Ukuran Populasi Optimum Lestari

Pada struktur umur yang menyusun populasi banteng di Padang Penggembalaan Sadengan, TN Alas Purwo jumlah individu terbanyak adalah pada kelas umur dewasa, lalu kelas umur remaja dan yang paling sedikit adalah pada kelas umur anak. Apabila dibuat piramida struktur umur, kondisi ini akan membentuk piramida terbalik di mana populasi akan mengalami kemunduran, tetapi karena setiap kelas umur memiliki selang umur berbeda maka struktur umur yang sebenarnya adalah jumlah individu pada kelas umur tersebut dibagi dengan selang umurnya. Setelah dibagi dengan selang umurnya struktur umur populasi banteng di Padang Penggembalaan Sadengan, TN Alas Purwo seperti tersaji pada Gambar 9. Gambar 9 Struktur umur banteng di TN Alas Purwo. Struktur umur tersebut menunjukan keadaan populasi yang berkembang, di mana jumlah individu anak lebih banyak dibandingkan dengan jumlah individu pada kelas umur di atasnya. Struktur umur tersebut juga menunjukan seks rasio antara jantan dan betina pada setiap kelas umur. Seks rasio kelas umur remaja dan dewasa didapatkan dari pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan seks rasio anak didapatkan dari seks rasio pada kelas umur di atasnya yaitu kelas umur remaja, karena sangat sulit untuk membedakan anak jantan dan betina di lapangan. Seks rasio jantan remaja dan betina remaja 1: 3 sedangkan seks rasio jantan dewasa dan betina dewasa adalah 1:4. Kondisi seks rasio pada populasi tersebut tergolong normal di mana jumlah betina lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jantan. ‐5 5 10 15 anak remaja dewasa Jantan Betina Hasil penelitian Alikodra 1983 tentang struktur umur banteng di TN Ujung kulon menunjukkan suatu piramida yang terbalik, di mana jumlah banteng pada kelas umur muda terlalu sedikit jika dibandingkan jumlah banteng pada kelas-kelas umur yang lebih tua.Kedaan ini menunjukkan adanya gangguan pada kondisi reproduksinya yang erat kaitannya dengan keadaan kualitas padang rumput yang kurang bagus dan adanya penyakit yang menyerang banteng.

5.2.2 Peluang Hidup

Berdasarkan penghitungan peluang hidup banteng di lokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa tipe kurva survivorship untuk banteng adalah tipe 1. Gambar 10. menunjukan grafik peluang hidup banteng di lokasi penelitian. Grafik tersebut mendekati bentuk kurva tipe 1. Walaupun ada kematian di awal kelahiran pada kelas umur anak namun cenderung bertahan sampai kelas umur dewasa hingga akhirnya menurun drastis. Gambar 10 Grafik peluang hidup banteng di TN Alas Purwo. Peluang hidup banteng di Padang Penggembalaan Sadengan, TN Alas Purwo pada kelas umur anak ke remaja cukup besar yaitu 0,453 dan naik pada kelas umur remaja ke dewasa yaitu 0,552. Peluang hidup anak ke remaja yang 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 anak remaja dewasa . Peluang hidup peluang hidup lebih kecil dari pada peluang hidup remaja ke dewasa antara lain karena adanya predator di sekitar mereka di samping karena ketahanan anak belum terlalu kuat dibanding dengan remaja dan dewasa. Beberapa predator yang menjadi ancaman antara lain adalah ajag Cuon alpinus dan Panthera pardus. Beberapa faktor yang menjadi penyebab kecilnya peluang hidup dan besarnya angka kematian pada kelas umur ke remaja antara lain penah ditemukannya kasus berupa induk betina yang kembung karena banyak minum dan adanya pemangsaan terhadap betina yang sedang bunting oleh ajag. Secara umum, gangguan terhadap habitat dan populasi banteng di TN Alas Purwo dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor alamiah dan akibat campur tangan manusia. Faktor alamiah antara lain pemangsaan, kebakaran hutan dan penyakit. Faktor akibat campur tangan manusia antara lain perburuan liar, pengambilan hasil hutan non kayu, dan pola pemanfaatan lahan di daerah penyangga, khususnya hutan produksi.

5.2.3 Fekunditas

Fekunditas atau keperidian merupakan kemampuan betina untuk melahirkan anak dalam satu periode kelahiran. Fekunditas pada mamalia besar biasanya dihitung untuk jangka waktu satu tahun Alikodra 2002. Dalam penelitian ini fekunditas dihitung dengan cara membagi jumlah individu anak dengan jumlah individu betina produktif. Umur betina produktif yang digunakan yaitu umur 3-17 tahun. Jumlah anak setiap induk 1-2 ekor, namun umumnya satu ekor setiap induk. Menurut Hoogerwerf 1970 banteng liar merupakan monoestrus yang artinya mempunyai satu musim kawin dalam satu tahun. Umur termuda banteng betina mampu untuk berkembang biak adalah tiga tahun, sedangkan banteng jantan lebih dari 3 tahun. Banteng dapat mencapai umur 21-25 tahun,sehingga seekor banteng betina sepanjang umurnya dapat menurunkan anak sebanyak 21 kali. Alikodra 2002 menyatakan bahwa bagi golongan satwa liar yang mempunyai musim melahirkan, lebih mudah untuk dikenali struktur umurnya dianding satwa yang tidak mempunyai musim dalam melahirkan anak-anaknya. Banteng betina mencapai ukuran maksimal dalam tiga sampai empat tahun dan banteng jantan dalam lima sampai enam tahun. Kematangan seksual terjadi antara dua dan empat tahun Choquenot 1993. Banteng mencapai umur rata-rata 14-17 tahun di alam liar, dan mencapai umur 26 tahun di penangkaran. Prayurasiddhi 1997. Karena kesulitan di lapangan untuk membedakan anak dari induk kelas umur muda atau dewasa, dalam penelitian ini fekunditas dihitung secara general. Fekunditas banteng di lokasi penelitian adalah sebesar 0,324. Dalam ekologi terdapat istilah potential fecundity dan realized fecundity Krebs 1978. Dimana potential fecundity merupakan kemampuan suatu betina untuk menghasilkan anak dalam satu periode kelahiran secara teori, sedangkan realized fecundity merupakan kemampuan suatu betina untuk menghasilkan anak dalam satu periode kelahiran pada kehidupan nyata. Banteng memiliki potential fecundity satu ekor anak setiap periode kelahiran.. Berdasarkan hasil penelitian ini fekunditas banteng di TN Alas Purwo memiliki nilai dibawah potential fecundity. Nilai fekunditas tersebut merupakan realized fecundity untuk banteng di lokasi penelitian. Angka realized fecundity tersebut menunjukan bahwa dalam satu tahun banteng dapat melahirkan satu ekor anak namun kecil kemungkinan untuk melahirkan lagi di tahun berikutnya, karena setelah melahirkan banteng betina dewasa memerlukan waktu untuk merawat anaknya sebelum mengandung anak berikutnya. Masa kebuntingan banteng adalah 9,5-10 bulan. Setelah melahirkan banteng betina akan menyusui anaknya selama 10 bulan.

5.2.4 Ukuran Populasi Minimum Lestari

Berdasarkan hasil penghitungan populasi minimum lestari dengan sistem persamaan aljabar linear dengan metode eliminasi didapatkan ukuran populasi minimum lestari banteng di Padang Penggembalaan Sadengan, TN Alas Purwo sebanyak 94 ekor dengan rincian seperti pada Tabel 5. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.