Peluang Hidup Ukuran Populasi Minimum Lestari

yang optimal maka perlu dilakukan rehabilitasi Padang Penggembalaan Sadengan sehingga produktivitas rumputnya tidak menurun. Luas Padang Penggembalaan Sadengan yang mempunyai luas 84 ha, saat ini hanya 44 ha saja yang ditumbuhi rerumputan pakan satwa, sisanya telah terinvasi oleh jenis tanaman lain, terutama enceng-enceng dan kirinyu dan pohon johar akibat susksesi. Upaya rehabilitasi Padang Penggembalaan Sadengan sudah dimulai sejak tahun 1985 berupa pembakaran gulma alang-alang sampai dengan tahun 1997. Padang Penggembalaan Sadengan mulai terinvasi oleh enceng-enceng dan kirinyuh pada tahun 1999. Invasi kedua jenis tumbuhan tersebut sampai puncaknya pada tahun 2003. Seluruh Padang Penggembalaan Sadengan tertutup, tanaman rumput yang tersisa ± 2 Ha BTNAP 2008. Beberapa upaya rehabilitasi padang penggembalaan Sadengan yang telah dilakukan oleh pengelola antara lain : a. Pembabatan enceng-enceng dan kirinyuh Pembabatan enceng-enceng dan kirinyuh dimulai tahun 2003 di mana pada saat itu enceng-enceng lebih dominan dari kirinyuh. Pada tahun 2007 populasi enceng-enceng menurun, namun sebaliknya kirinyuh semakin mendominasi. Enceng-enceng merupakan salah satu gulma yang paling sulit diberantas. Pembabatan enceng-enceng dilakukan dengan menggunakan parang dan mesin pemotong rumput. Enceng-enceng merupakan tumbuhan yang memiliki umur pendek, hanya 1 tahun, berbunga pada bulan Mei dan buah masak pada bulan Oktober-November. Setelahnya biji mulai lepas dari buah dan jatuh ke tanah menunggu hujan untuk tumbuh kembali. Enceng-enceng sangat membutuhkan cahaya matahari atau hidup subur di daerah terbuka dan kering. Biji memiliki masa dormansi yang cukup tinggi meskipun telah dilakukan pembabatan, biji berpeluang untuk tumbuh kembali. Pembabatan dengan mesin pemotong rumput dilakukan pada saat tumbuhan berukuran ±20-30cm, dipotong mendekati tanah, sedangkan pembabatan menggunakan parang menjelang fase pembungaan. Kirinyuh sulit diberantas karena memiliki biji yang sangat kecil dan mudah tertiup angin. Kecepatannya dalam adaptasi cukup menyulitkan pemberantasannya. Dari kenyataan tersebut, metode pendongkelan dilakukan dan ternyata hasilnya cukup optimal. Kirinyuh yang masih kecil tidak perlu dibabat, namun cukup angsung dicabut atau didongkel. Gambar 14 Kirinyuh dan enceng-enceng. b. Pendongkelan Pendongkelan dilakukan bagi gulma yang tidak mati dengan cara pembabatan seperti kirinyuh dan telekan Lantana camara. Gulma dengan ketinggian 1-2 meter dibabat lebih dahulu sebelum dilakukan pendongkelan. c. Pembuatan sumber air berupa sprinkle Pembuatatan sumber air yang telah dilakukan adalah untuk mengoptimalkan kembali saluran air yang ada dengan sedikit modifikasi dalam pembagian maupun penyebarannya berupa sprinkle. Jumlah springkle yang ada ada sepuluh buah dengan kondisi sebagian kurang terawat. Keuntungan pemasangan sprinkel antara lain penyebaran air bisa diatur sesuai dengan kepentingan, sedangkan kekurangan dari sprinkel adalah perlunya perawatan rutin agar tidak terjadi kerusakan. Pemasangan titik-titik air terbukti mampu menstimulasi pertumbuhan rumput sepanjang tahun dan menekan pertumbuhan kirinyuh dan telekan di sekitarnya. d. Persemaian rumput Pembuatan persemaian rumput merupakan usaha peningkatan pembinaan habitat agar lebih optimal dan juga sebagai acuan dalam penanaman maupun perawatan rumput agar tumbuh sempurna dan dapat