Pendekatan untuk Menentukan MVP

tahun yang pada musim kemarau airnya berasa sadah dan pada musim penghujan berasa tawar. Di beberapa tempat sumber air dalam jumlah kecil dapat diperoleh dari sistim rekahan atau celahan dari lapisan lapuk tebal serta endapan aluvium yang tipis. Sumber air semacam ini dapat ditemui di blok hutan Pecari Kuning dan Sadengan. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kucur, Gunung Kunci, Goa Basori dan Sendang Srengenge.

3.3 Flora, Fauna, dan Ekosistem

3.3.1 Flora

Keanekaragaman jenis flora darat di kawasan TN Alas Purwo termasuk tinggi. Hasil inventarisasi tumbuhan oleh TN Alas Purwo mencatat 158 jenis tumbuhan 59 famili mulai dari tingkat tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai tipeformasi vegetasi Hutan Pantai-Mangrove-Hutan Dataran Rendah. Secara keseluruhan, TN Alas Purwo merupakan taman nasional yang memiliki formasi vegetasi yang lengkap, di mana hampir semua tipe formasi vegetasi dapat dijumpai. Formasi vegetasi yang dimiliki mulai dari pantai hutan pantai sampai hutan hujan tropika dataran rendah.

3.3.2 Fauna

Satwa liar yang terdapat di TN Alas Purwo terdiri dari 31 jenis mamalia, 236 jenis burung dan 20 jenis reptil. Mamalia besar yang terdapat di TN Alas Puwo antara lain Banteng, Bos javanicus, macan tutul Panthera pardus, anjing hutan Cuon alpnus, kijang Muntiacus muntjak, dan rusa timor Rusa timorensis. Jenis primata yaitu lutung budeng Trachypithecus auratus dan monyet ekor panjang Macaca fascicularis. Jenis burung yang terdapat di TN Alas Purwo dan termasuk langka, yaitu Merak Pavo muticus, ayam hutan Gallus sp, rangkong Buceros rhinoceros, kangkareng perut putih Anthracoeros sp dan julang Anthracoeros convecus. Di TN Alas Purwo juga dapat dijumpai 16 jenis burung migran dari Austarlia yang biasa ditemui di sekitar Segoro Anak pada bulan November sampai akhir Januari. Sedangkan jenis reptil yaitu penyu yang terdapat di sekitar pantai TN Alas Purwo adalah penyu hijau Chelonia mydas, penyu belimbing Dermochelys coriacea, penyu sisik Erithmochelys imbricate dan penyu abu-abu Lepidochelys olivacea. Penyu-penyu tersebut memanfaatkan pantai sekitar TN Alas Purwo sebagai tempat mendarat dan bertelur BTNAP 2005.

3.3.3 Ekosistem

Keadaan ekosistem khas TN Alas Purwo secara alami didominasi oleh tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah yang merata di seluruh kawasannya.Selain itu, dijumpai juga ekosistem yang sangat beragam baik alami maupun buatan di antaranya terdiri dari 1 Ekosistem hutan pantai; 2 Ekosistem hutan mangrove; 3 Ekosistem hutan dataran rendah; 4 Ekosistem padang penggembalaan; 5. Ekosistem hutan jati hasil pembinaan habitat BTNAP 2011.

3.4 Padang Penggembalaan Sadengan

Upaya pembinaan populasi satwa, khususnya bantenngan pembuatan padang penggembalaan. Pada tahun 1975 dilakukan pembuatan padang penggembalaan di tiga tempat, yaitu padang penggembalaan Payaman seluas ±25 Ha, Pancur ±5 Ha, dan Sadengan 75 Ha. Padang Penggembalaan Payaman ternyata hanya jalur lintas satwa untuk mengasin dan tidak tersedia air minum, sehingga keberadaan satwa sangat jarang. Padang Penggembalaan Payaman dihutankan kembali dengan permudaan jambu mente, nangka dan lain sebagainya, setelah dinilai tidak layak. Padang penggembalaan yang kedua adalah Pancur seluas ±5 Ha. Perkembangannya hampir sama dengan Payaman sehingga difungsikan sebagai camping ground. Sadengan dibuka sebagai padang penggembalaan dengan luas 75 Ha menurut Surat Keputusan Direktorat Jenderal PPA tahun 1978, namun dalam kenyataan di lapangan ditemukan luas ± 84 Ha. Pembukaan Padang Penggembalaan Sadengan dilakukan dengan sistem tumpang sari yang melibatkan masyarakat sekitar hutan. Di dalam areal Padang Penggembalaan Sadengan terdapat 3 tiga sumber air utama yang permanen, yaitu sungai Basori, sungai Tengah, dan Sungai Selatan. Sungai Basori memiliki panjang ±0,782 km dan debit rata-rata 2,2 ls.