Perkembangan Populasi Banteng di TN Alas Purwo

Banteng betina mencapai ukuran maksimal dalam tiga sampai empat tahun dan banteng jantan dalam lima sampai enam tahun. Kematangan seksual terjadi antara dua dan empat tahun Choquenot 1993. Banteng mencapai umur rata-rata 14-17 tahun di alam liar, dan mencapai umur 26 tahun di penangkaran. Prayurasiddhi 1997. Karena kesulitan di lapangan untuk membedakan anak dari induk kelas umur muda atau dewasa, dalam penelitian ini fekunditas dihitung secara general. Fekunditas banteng di lokasi penelitian adalah sebesar 0,324. Dalam ekologi terdapat istilah potential fecundity dan realized fecundity Krebs 1978. Dimana potential fecundity merupakan kemampuan suatu betina untuk menghasilkan anak dalam satu periode kelahiran secara teori, sedangkan realized fecundity merupakan kemampuan suatu betina untuk menghasilkan anak dalam satu periode kelahiran pada kehidupan nyata. Banteng memiliki potential fecundity satu ekor anak setiap periode kelahiran.. Berdasarkan hasil penelitian ini fekunditas banteng di TN Alas Purwo memiliki nilai dibawah potential fecundity. Nilai fekunditas tersebut merupakan realized fecundity untuk banteng di lokasi penelitian. Angka realized fecundity tersebut menunjukan bahwa dalam satu tahun banteng dapat melahirkan satu ekor anak namun kecil kemungkinan untuk melahirkan lagi di tahun berikutnya, karena setelah melahirkan banteng betina dewasa memerlukan waktu untuk merawat anaknya sebelum mengandung anak berikutnya. Masa kebuntingan banteng adalah 9,5-10 bulan. Setelah melahirkan banteng betina akan menyusui anaknya selama 10 bulan.

5.2.4 Ukuran Populasi Minimum Lestari

Berdasarkan hasil penghitungan populasi minimum lestari dengan sistem persamaan aljabar linear dengan metode eliminasi didapatkan ukuran populasi minimum lestari banteng di Padang Penggembalaan Sadengan, TN Alas Purwo sebanyak 94 ekor dengan rincian seperti pada Tabel 5. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 5 Ukuran populasi minimum lestari banteng di TN Alas Purwo Kelas Umur Jumlah individu Jantan Betina Total Anak 7 21 28 Remaja 9 28 37 Dewasa 6 23 29 Total 22 72 94 Ukuran populasi minimum lestari yang harus dicapai tidak terlalu jauh dengan kondisi populasi pada saat dilakukan penelitian. Perbedaan terletak pada jumlah individu pada setiap kelas umurnya. Ukuran MVP menunjukkan jumlah individu anak dan remaja jauh lebih banyak dibandingkan jumlah individu dewasa dan masih dalam kondisi struktur populasi yang berkembang. Semakin banyak jumlah individu pada kelas umur yang lebih muda mengindikasikan bahwa populasinya akan meningkat dengan asumsi kematian pada setiap selang waktu adalah konstan. Ukuran populasi minimum lestari bervariasi pada setiap spesies dan pada setiap populasi, tergantung pada parameter demografi, lingkungan dan faktor genetik Shaffer 1981. Ukuran populasi minimum lestari pada gajah Asia yang dihitung oleh Sukumar 1993 dengan menggunakan perangkat lunak Vortex menunjukan ukuran populasi yang berbeda pada dua populasi yang memiliki laju pertumbuhan populasi yang berbeda, 25-30 ekor untuk populasi gajah Asia dengan laju pertumbuhan 0,02 2 pertahun dan 65-80 ekor untuk populasi dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat yakni 0,005 0,5 pertahun. Hardcourt 2002 menyatakan bahwa ukuran populasi minimum lestari pada primata juga bervariasi sesuai dengan luas wilayah. Indrawan et al. 2007 menyatakan bahwa ukuran populasi spesies yang terancam punah, khususnya di alam seringkali berada di bawah ukuran minimum lestarinya MVP. Hasil sensus banteng di Padang Penggembalaan Sadengan menunjukkan angka 93 ekor, sedangkan hasil penghitungan MVP menunjukan hasil 94 ekor. Hasil penelitian ukuran MVP terhadap rusa yang dilakukan di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran dan TN Alas Purwo menunjukkan angka populasi minimal lestari sebesar 97 ekor dan 10.367 ekor, sedangkan ukuran populasi pada saat itu adalah 68 ekor dan 7.992 ekor Yuliawati 2011.

5.3 Analisis Sensitivitas terhadap Peluang Hidup dan Fekunditas

Analisis sensitivitas dilakukan terhadap peluang hidup dan fekunditas dengan melakukan penambahan dan pengurangan masing-masing sebesar 10, 20, 30, 40, dan 50. Hasil analisis sensitivitas terhadap peluang hidup dan fekunditas dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Analisis sensitivitas peluang hidup dan fekunditas terhadap ukuran populasi minimum lestari No. Skenario Ukuran MVP ekor 1 Peluang hidup dan fekunditas awal 26 2 Peluang hidup dan fekunditas turun 10 88 3 Peluang hidup dan fekunditas turun 20 81 4 Peluang hidup dan fekunditas turun 30 78 5 Peluang hidup dan fekunditas turun 40 75 6 Peluang hidup dan fekunditas turun 50 72 7 Peluang hidup dan fekunditas naik 10 103 8 Peluang hidup dan fekunditas naik 20 114 9 Peluang hidup dan fekunditas naik 30 131 10 Peluang hidup dan fekunditas naik 40 151 11 Peluang hidup dan fekunditas naik 50 177 Analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap peluang hidup dan fekunditas menunjukkan bahwa peningkatan nilai peluang hidup dan fekunditas akan menyebabkan peningkatan ukuran populasi minimum lestari dan sebaliknya apabila dilakukan pengurangan terhadap masing-masing nilai peluang hidup dan fekunditas akan menyebabkan penurunan ukuran populasi minimum lestari. Hasil uji sensitivitas terhadap MVP selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.4 Produktivitas dan Daya Dukung

Biomassa merupakan hasil yang dipungut atau dipanen pada waktu tertentu persatuan bobot dan luas. Sedangkan produktivitas merupakan hasil yang dipungut atau persatuan bobot, luas, dan waktu Alikodra 2002. Produktivitas rumput di Padang penggembalaan Sadengan, TN Alas Purwo sebesar 53.614,85kghatahun Garsetiasih 2012. Produktivitas rumput dalam satu tahun adalah jumlah antara produktivitas rumput pada musim penghujan dengan produktivitas rumput pada musim kemarau. Jenis-jenis rumput pakan satwa banteng dan produktivitasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Produktivitas hijauan pakan di Padang Penggembalaan Sadengan pada musim hujan dan kemarau No Nama Daerah Nama Botani Produktivitas kghahari Musim hujan Kemarau 1 Domdoman Andropogon aciculatus Retz. 88,81 15,71 2 Paitan Paspalum conjugatum Roxb. 8,11 3,94 3 Putian Andropogon pertusus L. 2,66 1,22 4 Alang-alang Imperata cylindrica L. Beauv. 2,66 1,22 5 Kolomento Leersia hexandra Sw. 6,66 1,33 6 Teki Cyperus monochepalus Baker 5,6 0,33 7 Lamuran Andropogon caricosusu L. 0,1 1,30 Total 122,95 23,94 Sumber : Garsetiasih 2012 Hasil penelitian Pairah 2007 menunjukkan bahwa jenis grinting Paspalum longifolium Roxb., lamura Andropogon caricosus L, kolomento Leersia hexandra Sw. dan paitan Paspalum conjugatum Roxb. merupakan jenis pakan yang dimakan oleh banteng dengan proporsi lebih tinggi dibanding dengan jenis rumput lainnya. Jenis-jenis hijauan pakan tersebut ditemukan pada kotoran banteng dengan proporsi yang berbeda, proporsi yang tinggi mengindikasikan bahwa jenis tersebut disukai banteng. Kondisi Padang Penggembalaan Sadengan, TN Alas Purwo dapat dilihat pada Gambar 11. dan Gambar 12. mend bante didug sebes satw sumb duku dalam deng pada selur peng akan satw satw Gamba Daya duk dukung satw eng rata-rat ga daya du sar 263 eko Selain ba a lain seb ber pakan se ung berdasa m penelitia gan lingkung ang penggem Daya duku ruh padang ggembalaan n turun apab a menyemp a lain di pad ar 11 Padan kung menun wa pada su a perhari ad ukung Padan or. anteng, Pad agai habita eperti rusa, arkan produ an ini adala gannya dan mbalaan Sad ung padang penggemba yang ditum bila luas p pit dan ada dang pengg ng Penggem njukkan ke uatu periode dalah sebesa ng Penggem dang Pengg at bagi sum babi hutan, uktivitas hi ah bahwa b n tidak ada dengan deng g penggemb alaan yang a mbuhi oleh r adang peng nya tumpan gembalaan S mbalaan Sad mampuan s e tertentu. J ar 24,53 kg mbalaan Sa gembalaan mber pakan , dan kijang ijauan berk banteng tel tumpang ti gan jenis sa balaan Saden ada kembal rumput seba ggembalaan ng tindih p Sadengan. dengan, TN suatu areal Jika kebutu ekorhari A adengan, TN Sadengan j nnya, terut g. Hal ini me kurang. Asu lah mengal indih dalam atwa lainnya ngan bisa m li ke fungsi agai sumber n yang ditu emakaian s Alas Purwo atau kawa uhan makan Alikodra 19 N Alas Pur juga digun tama rumpu enyebabkan umsi yang ami penyes m persaingan a. meningkat ap semula, ya r pakan. Da umbuhi rum sumber pak o. asan untuk n tiap ekor 983, maka rwo adalah nakan oleh ut sebagai n nilai daya digunakan suaian diri n pakan di pabila luas aitu padang aya dukung mput pakan kan dengan Gambar pengam Pada saat dilak sisanya te terus berja dukungny meningkat dan perana

5.5 Ukura

Proy populasi penelitian populasi p Gambar 1 12 Padang matan satwa, ang pengge kukan penel lah terinvas alan. Upaya ya dilakukan tan fungsi p annya dalam an Populas yeksi matri pada tahu ini adalah pada setiap 3. Penggemba , dan tandon mbalaan Sa litian hanya si oleh jenis a peningkat n melalui k padang pen m menduku i Optimum iks Leslie un-tahun b 200 tahun p tahunnya alaan Saden n air untuk m adengan me a 44 ha ya s kirinyuh d tan produkt kegiatan re nggembalaan ung satwa ya m Lestari terpaut kep erikutnya. n. Dari hasi a. Selisih p ngan dengan menyuplai k empunyai lu ang ditumb dan enceng ivitas rump habilitasi, y n sehingga ang ada teta padatan me Populasi il proyeksi populasi ter n populasi b kebutuhan a uas awal 84 uhi rerump g-enceng, se put pakan b yaitu memp daya dukun ap terjaga. enghasilkan yang dipro tersebut di rsebut dapa banteng, me air bagi satw ha, namun putan, seme erta suksesi anteng dan pertahankan ng, produkt n ukuran-uk oyeksikan idapatkan s at dilihat d enara wa. n pada entara yang daya n dan tifitas kuran pada elisih dalam