Traceability Mampu Telusur Identifikasi titik kritis traceability menggunakan metode pendekatan Failure Modes Effects and Criticality Analysis (FMECA) pada industri pengolahan udang breaded di PT Y

mandatory bagi semua komoditi pangan dan pakan yang masuk ke kawasan Eropa. RASFF disepakati dengan menerapkan dua macam notifikasi yaitu notifikasi ALERT dan notifikasi INFORMASI. Notifikasi ALERT adalah notifikasi yang bertalian dengan produk yang ada di pasar kawasan Eropa, yang beresiko serius bagi pengguna. Notifikasi INFORMASI adalah notifikasi yang berhubungan pada produk yang beresiko bagi pengguna, namun diasumsikan tidak beredar di pasar Eropa misalnya tertahan di perbatasan, produk terlanjur kadaluarsa, ada periode waktu lama antara penemuannya dengan notifikasi. Notifikasi ALERT mengharuskan langkah penahanan, pelepasan, atau pengendalian sesegera mungkin. Sedangkan notifikasi INFORMASI tidak mengharuskan adanya langkah aksi secara cepat RASFF 2009. Pada keseluruhan kasus notifikasi pada tahun 2000 keatas untuk kategori produk: Crustacea dan produk turunan Crustacea Crustaceans and products thereof terdapat 87 notifikasi. Pada tahun 2008, terdapat 3 notifikasi yang disebabkan oleh kondisi higiene yang buruk serta bahaya kimia kloramfenikol dan merkuri.

2.4 Traceability Mampu Telusur

Pengertian traceability berdasarkan Derrick dan Dillon 2004 adalah kemampuan untuk menelusuri, mengikuti, dan mengidentifikasi unit batch produk “dengan unik” pada keseluruhan tahapan produksi, proses, dan distribusi. Menurut ISO 22005 2007, sistem traceability merupakan alat yang berfungsi membantu suatu organisasi beroperasi dalam suatu rantai pasok pangan atau pakan untuk mencapai sasaran hasil yang didefinisikan dalam sistem manajemen. Traceability adalah kemampuan untuk dapat mengikuti pergerakan pangan atau pakan pada setiap tahapan produksi, pengolahan, dan distribusi. Pergerakan pangan atau pakan tersebut juga termasuk asal bahan baku, riwayat selama pengolahan atau distribusi serta pada keseluruhan bagian produksi dan rantai proses produksi. Perusahaan harus melakukan perekaman terhadap pelaksanaan traceability dan dokumen perekaman traceability tersebut harus tetap disimpan. Peraturan Uni Eropa No.178 2002 pada pasal 3 menyatakan bahwa traceability adalah kemampuan untuk menelusuri dan mengikuti riwayat dari pangan, pakan, hewan yang menghasilkan pangan food-producing animal, dan bahan tambahan yang akan dicampur ke dalam panganpakan pada keseluruhan tahapan proses produksi, pengolahan dan distribusi. Keseluruhan tahapan tersebut yaitu mulai pada saat produksi awal dari kolam, tambak laut, proses produksi di pabrik, penyimpanan, distribusi penjualan hingga saat mencapai konsumen akhir yaitu orang-orang yang tidak menggunkana pangan tersebut sebagai bagian dri operasi aktivitas dalam bisnis panganpakan Regulation EC No. 1782002. CAC 2010 juga menyampaikan definisi traceability seperti pada UE No.178 2002, yaitu kemampuan untuk mengikuti pergerakan pangan secara spesifik pada masing-masing tahapan produksi, pengolahan dan distribusi. Moe 1998, traceability merupakan salah satu subsistem penting dalam manajemen mutu. Pengembangan sistem internal traceability digunakan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi pengumpulan data, kontrol sistem plant control dan jaminan mutu produk. Traceability menyediakan informasi sejarah produk yang menghubungkan antara bagian hulu upstream pada rantai pasok perusahaan seperti pada saat proses pemesanan bahan baku ke bagian hilir downstream seperti proses pengiriman sesuai dengan karakter masing-masing produk, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk tujuan pelaporan bagi kedua belah pihak ataupun bagi pihak ketiga Regattieri et al. 2007. Kemampuan sistem traceability dalam menelusuri produk yaitu mencakup tracable dan trackable. Trackable tracing yaitu kemampuan sistem dapat mengikuti jejak produk dalam rantai produksi pangan mulai dari pemasok hingga mencapai konsumenke bagian hilir downstream. Tracking menjadi salah satu faktor kritis efisiensi penarikan produk dari pasaran. Tracing merupakan kemampuan suatu sistem dalam mengidentifikasi asal dan karakteristik suatu bahan baku tracing back ke bagian hulu upstream Dupuy et al. 2005. Sistem mampu telusur terdiri dari tiga komponen yaitu: 1 Mampu telusur terhadap pemasok supplier traceability yaitu untuk menjamin bahwa asal bahan baku ingredient dapat diidentifikasi dari rekaman record dan dokumentasi; 2 Mampu telusur terhadap rantai proses process traceability yaitu untuk menjamin bahwa semua bahan-bahan ingredient, rekaman proses dari suatu pabrik dapat diidentifikasi; 3 Mampu telusur terhadap pelanggan customer traceability yaitu untuk menjamin bahwa pelanggan dari semua produk yang disuplai dapat diidentifikasi Wiryanti 2009. Moe 1998, sistem yang bagus dalam pengawasan kualitas dan traceability dalam proses produksi dapat menghasilkan beberapa keuntungan kompetitif bagi perusahaan, yaitu: a Meningkatkan pengawasan terhadap proses, melalui petunjuk sebab- akibat cause-and-effect sehingga dapat diketahui produk yang tidak memenuhi standart perusahaan; b Menghubungkan secara langsung antara produk akhir dan data bahan baku, sehingga secara spesifik dapat meningkatkan proses produksi dan memberikan jaminan penggunaan bahan baku untuk menghasilkan produk akhir; c Mencegah pencampuran bahan baku yang berkualitas baik dengan bahan baku yang berkualitas rendah sehingga menghasilkan campuran mixed produk yang tidak menguntungkan bagi perusahaan; d Proses audit mutu menjadi lebih mudah. Traceability berarti menyediakan informasi lebih bagi produsen perusahaan dalam menjamin mutu dan kemanan produk, serta adanya transparansi sistem perusahaan sehingga dapat membantu menemukan tahapan proses produksi yang bermasalah pada rantai produksi pangan supply chain yang kompleks. Traceability menjadikan pemerintah lokal setempat dapat mengidentifikasi produk yang memiliki bahaya bagi kesehatan konsumen serta penarikan produk jika diperlukan Schroder 2008. Sistem perekaman record keeping yang merupakan salah satu dasar dari sistem Mampu Telusur Traceability sebenarnya telah ada dalam konsep Hazard Analysis Critical and Control Point HACCP, yaitu pada prinsip keenam: penetapan sistem perekaman. Penerapan sistem HACCP ditekankan pada pelaksanaan Pre-requisite Program PRP, analisis resiko bahaya baik kontaminasi mikroorganisme patogen, objek fisik, kimiawi dan pengendalian titik kritis. Rekaman pada kegiatan pemantauan HACCP merupakan catatan dan dokumen untuk menjamin dan mengendalikan Titik Kendali Kritis TKK Critical Control Points CCP secara efektif sehingga produk tersebut aman dikonsumsi dan memenuhi batas keberterimaan Thaheer 2005. Penerapan ISO memadukan Standar Internasional yaitu prinsip-prinsip sistem dan tahapan penerapan HACCP yang dikembangkan oleh Komisi bersama antara FAO dan WHO dalam Codex Alimentarius Commission CAC dengan sistem Mampu Telusur Traceability. Pada saat terjadi penarikan produk dari pasar recall product maka perusahaan membutuhkan suatu sistem keterlusuran produk yang mampu mengidentifikasi lot bahan baku mulai dari pemasok langsung, proses produksi hingga distribusi produk. Sistem penelusuran produk traceability system ini membutuhkan dokumen dan rekaman saat pelaksanaan HACCP perusahaan yang berkaitan dengan analisis bahaya misalnya: rekaman pemantauan CCP secara berkala atau rekaman yang berkaitan dengan program verifikasi misalnya: rekaman jadwal kalibrasi, sertifikat hasil kalibrasi, jadwal internal audit dan laporan internal audit. Selain itu, rekaman identifikasi lot ingredient bahan pengemas dan produk akhir dari hasil perekaman pelaksanaan HACCP juga dapat digunakan untuk membantu saat terjadi recall product. Rekaman produk harus dipelihara pada periode tertentu untuk asessmen sistem sehingga memudahkan penanganan produk yang potensial tidak aman dan jika terjadi kasus penarikan produk Thaheer 2005.

2.5 Dokumentasi dan Perekaman

Dokumen yang terkait

Usulan tindakan perawatan mesin pengolahan air minum dengan metode failure mode effect and criticality analysis (FMECA) di PT.Muawanah Al Masoem Bandung

0 11 43

Usulan tindakan perawatan mesin pengolahan air minum dengan metode failure mode effect and criticality analysis (FMECA) di PT.Muawanah Al Masoem Bandung

0 6 43

Optimasi sistem traceability dalam industri pengolahan udang breaded black tiger (Penaeus monodon) dengan pendekatan konsep batch dispersion

12 87 122

Evaluasi Sistem Traceability pada Produksi Chewy Candy di PT Sweet Candy Indonesia Menggunakan FMECA (Failure Mode Effects and Criticality Analysis)

1 12 69

Studi Pemeliharaan Ketel Uap dengan Metode Reability Centered Maintenance (RCM) Menggunakan Pendekatan Failure Modes And Effects Analysis Fmea pada PTPN V Unit PKS Kebun Lubuk Dalam

10 48 89

Development Of An Integrated Failure Mode Effect And Criticality Analysis (FMECA) And Analytical Hierachy Process (AHP) For Automotive Stamping Part.

0 2 24

IDENTIFIKASI FAILURE MODES

0 0 1

View of PENERAPAN METODE FAILURE MODE, EFFECT AND CRITICALITY ANALYSIS (FMECA) PADA DRIVE STATION ALAT ANGKUT KONVEYOR REL

1 4 6

Analisa Keandalan Sistem Distribusi 20kV di PT. PLN (Persero) Area Tanjung Karang Menggunakan Metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) - ITS Repository

0 1 99

TUGAS AKHIR - Analisa Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Proyek Reservoir Krembangan Surabaya Menggunakan Metode FMECA (Failure Mode And Effect Criticality Analysis) - ITS Repository

0 0 99