Dokumentasi dan Perekaman Identifikasi titik kritis traceability menggunakan metode pendekatan Failure Modes Effects and Criticality Analysis (FMECA) pada industri pengolahan udang breaded di PT Y

Critical Control Points CCP secara efektif sehingga produk tersebut aman dikonsumsi dan memenuhi batas keberterimaan Thaheer 2005. Penerapan ISO memadukan Standar Internasional yaitu prinsip-prinsip sistem dan tahapan penerapan HACCP yang dikembangkan oleh Komisi bersama antara FAO dan WHO dalam Codex Alimentarius Commission CAC dengan sistem Mampu Telusur Traceability. Pada saat terjadi penarikan produk dari pasar recall product maka perusahaan membutuhkan suatu sistem keterlusuran produk yang mampu mengidentifikasi lot bahan baku mulai dari pemasok langsung, proses produksi hingga distribusi produk. Sistem penelusuran produk traceability system ini membutuhkan dokumen dan rekaman saat pelaksanaan HACCP perusahaan yang berkaitan dengan analisis bahaya misalnya: rekaman pemantauan CCP secara berkala atau rekaman yang berkaitan dengan program verifikasi misalnya: rekaman jadwal kalibrasi, sertifikat hasil kalibrasi, jadwal internal audit dan laporan internal audit. Selain itu, rekaman identifikasi lot ingredient bahan pengemas dan produk akhir dari hasil perekaman pelaksanaan HACCP juga dapat digunakan untuk membantu saat terjadi recall product. Rekaman produk harus dipelihara pada periode tertentu untuk asessmen sistem sehingga memudahkan penanganan produk yang potensial tidak aman dan jika terjadi kasus penarikan produk Thaheer 2005.

2.5 Dokumentasi dan Perekaman

Unsur utama pelaksanaan sistem traceability adalah melakukan dokumentasi dan perekaman. Dokumen merupakan data-data yang terdokumentasi, misalnya pedoman mutu, Prosedur mutu, log book, spesifikasi, instruksi kerja, dan formulir. Rekaman merupakan hasil dari sesuatu yang didokumentasikan, misalnya formulir pemantauan pemeriksaan yang telah diisi dan disahkan. Selain itu juga dibutuhkan penyimpanan rekaman. Penyimpanan rekaman dilakukan setidaknya selama „self life‟ produk. Penyimpanan rekaman dibutuhkan untuk memudahkan penelusuran produk jika terjadi penyimpangan maupun memudahkan dalam menarik kembali recall produk di pasaran Wiryanti 2009. Proses dokumentasi dilakukan dengan mencatat “penanda khusus” atau berupa kode batch produk yang diproses pada tiap tahapan. Kode batch yang tertempel pada produk akan berbeda-beda pada tiap tahapan proses produksi dan tiap jenis produk Derrick dan Dillon 2004. Kode batch dicantumkan pada keseluruhan jenis barang sehingga mirip seperti label pada seluruh barangproduk di dalam perusahaan sebagai informasi keseluruhan tahapan dalam rantai pasok yaitu asal bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan produk Regattieri et al. 2007. Menurut Derrick dan Dillon 2004, ada tiga jenis metode yang dapat digunakan dalam melakukan sistem pelabelan: 1. Metode pelabelan dengan menggunakan kertas paper-based traceability Sistem ini paling banyak digunakan pada keseluruhan industri, yakni pengkodean dengan menggunakan kertas. Langkah awal sebelum menerapkan sistem ini adalah membuat “kode identifikasi batch” produk, sehingga QA dapat langsung mencatat tiap kode yang tertempel pada produk pada lembar dokumentasi tiap tahapan proses produksi Derrick dan Dillon 2004. Keuntungan penggunaan metode ini adalah murah dan sangat sederhana sehingga lebih fleksibel digunakan pada tiap tahapan proses produksi Derrick dan Dillon 2004; Regattieri et al. 2007. Metode ini membutuhkan ketelitian yang tinggi dari operator dalam penulisan kode dilakukan secara manual Regattieri et al. 2007. Proses recall akan menjadi lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama karena kemungkinan disintegritas data sangat tinggi Derrick dan Dillon 2004; Regattieri et al. 2007. 2. Metode pelabelan dengan menggunakan bar-codescanner bar-codescanner traceability Sistem ini menggunakan barcodes dan scanner untuk membaca serta memasukkan kode-kode tersebut ke dalam komputer. Metode ini menggunakan manajemen data sehingga tidak memakan waktu lama saat memberi kode dan memiliki tingkat ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan paper based system Regattieri et al. 2007. Penggunaan barcodes, scanner dan komputer membuat kode batch pada tiap tahapan proses tersebut dapat saling dihubungkan satu sama lain didalam basis data Derrick dan Dillon 2004. Proses scanning pada sistem ini masih menggunakan campur tangan manusia sehingga masih memungkinkan terjadinya kesalahan dan inefisiensi. Penyebab lain inefisiensi metode ini yaitu saat terjadinya kontak fisik pada label dan menyebabkan label rusak “optical damage” Regattieri et al. 2007. 3. Metode pengkodean dengan menggunakan teknologi modern yaitu radio- frequency identification RFID Perkembangan selama beberapa dekade terakhir sudah diimplementasikan sistem informasi teknologi information technology IT. Inovasi teknologi serta tehnik banyak dikembangkan dan digunakan untuk sektor perikanan, misalnya dalam sistem pelaporan, manajemen perusahaan serta manajemen mutu. Selain itu juga digunakan untuk mengatur dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan Derrick dan Dillon 2004. Pusat dari penggunaan IT adalah penggunaan komputer di dalam perusahaan. Komunikasi IT dengan menggunakan intranet perusahaan akan memudahkan komunikasi informasi secara cepat. Penggunaan e-mail dan Worl Wide Web juga akan mempermudah dan lebih mempercepat pemindahan informasi antara suplier dan customer Derrick dan Dillon 2004. Sistem RFID menggunakan frekuensi gelombang radio tertentu untuk membaca, dan atau memodifikasi data yang dimasukkan ke dalam elctronic circuit atau microchip yang biasanya dibungkus dengan plastik yang tidak mudah rusak sehingga membentuk “tag”. Sistem RFID terdiri dari tiga komponen yaitu transceiver yang berfungsi mengirimkan energi dalam bentuk gelombang radio melalui antena, kemudian bertemu dengan RFID tag, sehingga memancarkan sinyal radio yang ada didalam tag dan pada akhirnya diteruskan untuk menunjukkan informasi yang ada didalam tag. Transceiver dapat disatukan dengan berbagai macam peralatan mulai dari portal doorways; hand held scanner misalnya yang digunakan dalam bar- code scanner; atau peralatan lainnya Derrick dan Dillon 2004. Implementasi RFID di dalam perusahaan akan membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Akan tetapi, penggunaan metode ini dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja, waktu pengaplikasian kode yang cepat serta efisien Regattieri et al. 2007.

2.6 Metode FMECA

Dokumen yang terkait

Usulan tindakan perawatan mesin pengolahan air minum dengan metode failure mode effect and criticality analysis (FMECA) di PT.Muawanah Al Masoem Bandung

0 11 43

Usulan tindakan perawatan mesin pengolahan air minum dengan metode failure mode effect and criticality analysis (FMECA) di PT.Muawanah Al Masoem Bandung

0 6 43

Optimasi sistem traceability dalam industri pengolahan udang breaded black tiger (Penaeus monodon) dengan pendekatan konsep batch dispersion

12 87 122

Evaluasi Sistem Traceability pada Produksi Chewy Candy di PT Sweet Candy Indonesia Menggunakan FMECA (Failure Mode Effects and Criticality Analysis)

1 12 69

Studi Pemeliharaan Ketel Uap dengan Metode Reability Centered Maintenance (RCM) Menggunakan Pendekatan Failure Modes And Effects Analysis Fmea pada PTPN V Unit PKS Kebun Lubuk Dalam

10 48 89

Development Of An Integrated Failure Mode Effect And Criticality Analysis (FMECA) And Analytical Hierachy Process (AHP) For Automotive Stamping Part.

0 2 24

IDENTIFIKASI FAILURE MODES

0 0 1

View of PENERAPAN METODE FAILURE MODE, EFFECT AND CRITICALITY ANALYSIS (FMECA) PADA DRIVE STATION ALAT ANGKUT KONVEYOR REL

1 4 6

Analisa Keandalan Sistem Distribusi 20kV di PT. PLN (Persero) Area Tanjung Karang Menggunakan Metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) - ITS Repository

0 1 99

TUGAS AKHIR - Analisa Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Proyek Reservoir Krembangan Surabaya Menggunakan Metode FMECA (Failure Mode And Effect Criticality Analysis) - ITS Repository

0 0 99