3.3 Tata Laksana Penelitian
Tahapan penelitian dilakukan melalui tiga tahapan , yaitu:
3.3.1 Pemahaman terhadap proses produksi
Hal  dasar  yang  harus  dilakukan  sebelum  melakukan  penelitian  adalah memahami  proses  produksi  di  perusahaan.  Pada  tahapan  ini  juga  dilakukan
pemahaman terhadap proses traceability di perusahaan untuk mengetahui kegiatan di  ruang  produksi  serta  meminta  penjelasan  tentang  hal-hal  yang  kurang  jelas
kepada pembimbing di lapangan dan pelaku proses produksi dalam hal ini adalah operator  mesin.  Peneliti  juga  melakukan  pengamatan  dan  pengecekan  terhadap
kode  traceability  Traceability  Code  TC,  manajemen  TC  serta  mengumpulkan dokumen perekaman.
3.3.2 Pembuatan outline skema proses produksi
Tahap  awal  sebelum  dibuatnya  outline  skema  proses  produksi  adalah mengumpulkan  data  yang  berhubungan  dengan  tahapan  proses  selama  proses
produksi  di  perusahaan  dan  wawancara  secara  terstruktur.  Pengumpulan  data dilakukan  untuk  mengetahui  pelaksanaan  manajemen  TC  dalam  perusahaan.
Pengumpulan  data  dan  dokumen  dilakukan  untuk  mencatat  informasi  penting pada  tiap  tahapan  proses  meliputi  pengecekan  dan  pengamatan  keadaan  di
lapangan terhadap tahapan proses yang didokumentasikan dan metode pelabelan yang  digunakan.  Pengumpulan  data  selanjutnya  akan  digunakan    untuk
menentukan  penyebab-penyebab  terjadinya  kegagalan  causes  of  failures  pada masing-masing  tahapan  proses  untuk  digunakan  pada  tahapan  analisis  FMEA
serta melakukan penilaian titik kritis dengan menggunakan acuan pada Tabel 3.
3.3.3 Analisis data
Analisis  data  dilakukan  berdasarkan  sistem  Pakar  dengan  menggunakan aplikasi tehnik FMECA. Analisis FMECA terdiri dari dua tahapan analisis yaitu:
1 Analisis  ragam titik kegagalan dan analisis efek Failure Modes and Effects
Analysis FMEA. Analis FMEA dibagi menjadi dua tahapan analisis yaitu: a Analisis titik-titik kegagalan traceability failure mode analysis
Pada tahapan ini dilakukan beberapa tahapan yaitu: -  Menentukan function ID
-  Menentukan tahapan proses atau bisa disebut dengan function
-  Menentukan  titik-titik  kegagalan  traceability  failure  mode  dan penyebab terjadinya kegagalan-kegagalan tersebut causes of failures
Penentuan failure mode dapat dilihat dari pengamatan secara langsung atau  dari  dokumen  mengenai  berapa  kali  intensitas  terjadinya  pada
tahapan  tersebut.  Sedangkan  penyebab  terjadinya  kegagalan diidentifikasi  pada  masing-masing  tahapan  proses  Bertolini  et  al.
2006;  Braglia  2000.  Evaluasi  failure  mode  pada  penelitian  ini dilakukan dengan menggunakan Risk Probbality Number RPN.
b Analisis efek effects analysis Analisis efek dibedakan menjadi dua macam yaitu:
-  Analisis efek lokal local effect Misalnya: salah satu penyebab terjadinya kegagalan cause of failure
pada  tahapan  penerimaan  bahan  baku  adalah  kesalahan  manusia pekerja  human  error  maka  efek  lokal  local  effect  yang  terjadi
adalah terjadinya kekeliruan atau kesalahan dalam pendokumentasian recording error.
-  Analisis efek global global effect Misalnya:  kehilangan  informasi  yaitu  informasi  pada  perusahaan
menjadi salah atau informasi produk menjadi kurang lengkap. 2
Analisis kritikal Criticality Analysis CA Analisis kritikal dilakukan melalui empat tahapan:
a Menentukan tingkat kepelikan  Severity S
b Menentukan peluang terjadinya Probability P
c Menetukan  nilai  masing-masing  titik  kegagalan  dengan  menggunakan
metode RPN Bertolini et al. 2006; Bowles 2004; Carmignani 2009; Kwai- Sang et al. 2009.
RPN = S x O x D d
Menentukan posisi dalam matriks kritikal criticality matrix Analisis  kegagalan  secara  kualitatif  menggunakan  matriks  kritikal
Criticality matrix terhadap tingkat kepelikan severity classification dan peluang  terjadinya  probability  of  occurence  level  menggunakan  pakar.
Informasi  dalam  failure  criticality  dapat  dirangkum  secara  efisien  dalam
criticality  matrix, dimana  setiap  kolom  dihubungkan  untuk  menunjukkan
tingkatan  kepelikan  severity  level  dan  tiap  baris  menunjukkan  peluang terjadinya  occurence  level.  Semakin  ke  kiri  kolom  tersebut,  maka
menujukkan  bahwa  peluang  terjadinya  titik-titik  kegagalan  tersebut semakin tinggi begitu sebaliknya dan jika semakin ke atas baris tersebut,
maka  menunjukkan  bahwa  tingkat  kepelikan  kegagalan  tersebut  adalah semakin tinggi begitu juga sebaliknya Bertolini et al. 2006; US Military
Standard ,  MIL-STD-1629A  1983.  Matriks  analisis  kritikal  dapat  dilihat
pada Gambar 2. e
Menentukan tingkatan area kritis Criticality level Tahapan  ini  dilakukan  untuk  menentukan  permasalahan  tersebut  berada
pada salah satu tingkatan area kritis, yaitu: -  Unacceptable
-  Undesirable -  Acceptable with revision
-  Acceptable without revision Menentukan  tingkat  kepelikan  dan  peluang  terjadinya  kegagalan  dilakukan
berdasarkan pada MIL-STD-1629A yang dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil  dari  analisis  menunjukkan  perlu  tidaknya  tindakan  koreksi  dari
perusahaan.  Jika  hasil  dari  analisis  FMECA  didapat  bahwa  tahapan  tersebut berada  pada  area  kritis  criticality  level:  unacceptable  atau  undesirable,  maka
sebaiknya  dilakukan  tindakan  koreksi  sehingga  pada  akhirnya  diperoleh  bahwa tahapan  tersebut  menjadi  berada  pada  area    kritis:  acceptable  with  revision  atau
acceptable without revision. Tindakan koreksi yang dilakukan dapat berupa :
-  Adopsi prosedur baru untuk manajemen operasi atau -  Sejumlah  perbaikan  struktural  skema  proses  sehingga  adanya  modifikasi
dari skema produksi yang sudah ada sebelumnya di perusahaan.
3.4 Tehnik Pengumpulan Data