Pemeriksaan filth Pengemasan ke dalam polybag Pendeteksian logam Pengemasan ke dalam Master Cartoon MC

benda asing lain yang ditemukan, maka akan direkam untuk kemudian dilaporkan kepada QC staff. Setelah dilakukan pemeriksaan, tray disusun ke dalam long pan dan kemudian disusun ke dalam lorry. Lorrry dapat memuat sekitar 30 long pans. Setelah lorry penuh, maka lorry akan dimasukkan kedalam ABF untuk membekukan produk.

4.2.21 Pembekuan

Pembekuan udang breaded menggunakan ABF sehingga dihasilkan udang dengan suhu pusat  18 C. Tahap pembekuan dilakukan selama 6 jam hingga maksimal mencapai 2 hari pada suhu -30 C hingga -35 C. Udang yang dibekukan di dalam ABF harus kurang dari dua hari karena jika produk terlalu lama dibekukan, maka akan terbentuk kristal es di sekeliling udang. Pembentukan kristal es merupakan hal yang tidak diharapkan karena dapat mengurangi kualitas udang setelah penyimpanan. Jika ditemukan kristal es pada udang, maka udang akan dipindahkan dan dibekukan ulang kembali. Suhu ABF harus dipertahankan dan dicek pada waktu tertentu oleh staff QC.

4.2.22 Pemeriksaan filth

Sebelum udang dimasukkan ke dalam polybag, maka dilakukan pengecekan terhadap filth atau benda asing lainnya. Jika filth atau benda asing lainnya ditemukan maka akan direkam dan dilaporkan kepada Staff QC.

4.2.23 Pengemasan ke dalam polybag

Pengemasan produk dilakukan pada dua ruangan yang terpisah yaitu pada area bersih dan area kotor. Pada area bersih dilakukan pengemasan ke dalam polybag serta pengecekan terhadap filth dan pengecekan logam. Sedangkan, area kotor digunakan untuk melakukan pengemasan kedalam Master Cartoon MC. Pengemasan dilakukan ke dalam polybag plastik dan diberikan keterangan penomoran yaitu tanggal, bulan dan tahun produksi serta kode pemasok. Penomoran polybag dapat dilihat pada Gambar 6. Jika persediaan polybag belum ada, maka sementara udang akan dikemas ke dalam polybag sementara.

4.2.24 Pendeteksian logam

Tahap selanjutnya adalah pengecekan metal dan berat tray udang pada area pendeteksian logam. Sebelum metal detector dipakai, maka harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan Fe 1.0 dan Sus 2.0 pada setiap pergantian shift kerja. Produk akan dilewatkan melalui conveyor ke dalam metal detector dan sekaligus dilakukan pengecekan berat. Jika berat udang tidak memenuhi standard atau ditemukan logam, maka produk secara otomatis akan dipisahkan oleh mesin untuk kemudian dilakukan pengecekan ulang. Gambar 6 Pelabelan pada kemasan primer polybag

4.2.25 Pengemasan ke dalam Master Cartoon MC

Polybag akan ditransfer ke ruang pengepakan packing area, lalu pengecekan terhadap tanggal produksi dan tanggal kadaluwarsa produk serta pengemasan polybag ke dalam kemasan sekunder yaitu Master Cartoon MC. Pengemasan sekunder menggunakan horizontal flow wrapping machine atau super wrapper machine. Mesin pengemas ini berfungsi merekatkan plastik kemasan sekunder dengan menggunakan panas. Pengemasan sekunder ini akan disatukan ke dalam Master Cartoon dan diikat menggunakan strapping machine. Label pada master cartoon harus dicek yaitu tanggal produksi, tanggal kadaluwarsa, kode shift saat pengemasan, dan jenis udang. Gambar 7 Pelabelan pada kemasan sekunder Kode jam waktu produksi saat pengemasan berlangsung dilakukan berdasarkan kode yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kode jam waktu produksi dapat dilihat pada Tabel 5. YYYY MM DD A 2010 08 20 BU Keterangan: 2010 : Tahun pengemasan 08 : Bulan pengemasan 20 : Tanggal pengemasan I : Shift pengemasan I: untuk stuffing pada pukul 07.00-12.00 II: untuk stuffing pada pukul 13.00-21.00 BU : Kode pemasok B : Kode jam waktu packing Production hour code 2010 08 20 BU I.BU.B Keterangan: 2010 : Tahun pengemasan 08 : Bulan pengemasan 2 : Tanggal pengemasan BU : Kode area untuk asal pemasok Keterangan: YYYY : Year Tahun Pengemasan MM : Month Bulan pengemasan DD : Date Tanggal pengemasan A : Kode area untuk asal pemasok Tabel 5 Kode jam waktu produksi Code Production Time A 07.01 – 08.00 B 08.01 – 09.00 C 09.01 – 10.00 D 10.01 – 11.00 E 11.01 – 12. 00 F 12.01 – 13.00 G 13.01 – 14.00 H 14.01 – 15.00 I 15.01 – 16.00 J 16.01 – 17.00 K 17.01 – 18.00 L 18.01 – 19.00 M 19.01 – 20.00 N 20.00 – 21.00 Sumber: PT Y 2010

4.2.26 Penyimpanan dalam ruang pendinginan Cold Storage CS

Dokumen yang terkait

Usulan tindakan perawatan mesin pengolahan air minum dengan metode failure mode effect and criticality analysis (FMECA) di PT.Muawanah Al Masoem Bandung

0 11 43

Usulan tindakan perawatan mesin pengolahan air minum dengan metode failure mode effect and criticality analysis (FMECA) di PT.Muawanah Al Masoem Bandung

0 6 43

Optimasi sistem traceability dalam industri pengolahan udang breaded black tiger (Penaeus monodon) dengan pendekatan konsep batch dispersion

12 87 122

Evaluasi Sistem Traceability pada Produksi Chewy Candy di PT Sweet Candy Indonesia Menggunakan FMECA (Failure Mode Effects and Criticality Analysis)

1 12 69

Studi Pemeliharaan Ketel Uap dengan Metode Reability Centered Maintenance (RCM) Menggunakan Pendekatan Failure Modes And Effects Analysis Fmea pada PTPN V Unit PKS Kebun Lubuk Dalam

10 48 89

Development Of An Integrated Failure Mode Effect And Criticality Analysis (FMECA) And Analytical Hierachy Process (AHP) For Automotive Stamping Part.

0 2 24

IDENTIFIKASI FAILURE MODES

0 0 1

View of PENERAPAN METODE FAILURE MODE, EFFECT AND CRITICALITY ANALYSIS (FMECA) PADA DRIVE STATION ALAT ANGKUT KONVEYOR REL

1 4 6

Analisa Keandalan Sistem Distribusi 20kV di PT. PLN (Persero) Area Tanjung Karang Menggunakan Metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) - ITS Repository

0 1 99

TUGAS AKHIR - Analisa Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Proyek Reservoir Krembangan Surabaya Menggunakan Metode FMECA (Failure Mode And Effect Criticality Analysis) - ITS Repository

0 0 99