Struktur pemerintahan masyarakat adat Biak

Gambar 12. Struktur Pemerintahan Adat yang eksis di Biak Wilayah pemerintahan adat terkecil di Biak adalah mnukampung. Pada semua wilayah Numfor dan Biak, beberapa mnu berada dalam suatu lembaga sup fyor atau sup Mnuk, yang mana sub fyorsub Mnuk ini berfungsi sebagai tempat penyelesaikan persengketaan apabila ditingkat mnu tidak mampu lagi di selesaikan. Pimpinan mananwir Sup fyor dan Bar, biasanya dipilih dari mananwir kepala mnu yang dianggap mampu oleh masyarakat atau beberapa mananwir mnu. Kemampuan menguasai adat setempat adalah syarat utama dari penentuan menjadi mananwir sup fyor. Di dalam wilayah pemerintahan mnu, terdapat beberapa keret utama yang mendiami wilayah Mnu dimaksud. Keret-keret ini biasanya terdiri atas keret kecil sim yang biasa diibaratkan dengan buah jeruk yang memiliki ruasruangan masing-masing. Pada waktu lalu, dengan adanya rumah adat Biak Runsram, maka akan jelas terlihat bahwa disetiap kamar rumah tersebut, akan terdapat sub keret yang merupakan keluarga-keluarga hasil ikatan perkawinan dengan keret lainnya. Keret memilki wilayahlahan untuk dikelola bersama seluruh anggota keluarganya. Pada waktu lampau, keret-keret utama memiliki wilayah penguasaan yang cukup luas, namun seiring dengan perkembangan penduduk dan kebutuhan lahan, maka pembagian-pembagian lahan kepada anggota keluarga merupakan hal yang tidak dapat dihindari. bahkan, potensi pendudukan lahan oleh keret lain dengan berbagai alasan kerap terjadi, sehingga tidak jarang menimbulkan konflik. Saat ini, beberapa keret harus memperjelas eksistensi mereka pada lahan-lahan tertentu dengan pemancangan papan nama batas hak ulayat Gambar 13. Gambar 13. Papan batas hak ulayat marga Gambar 14. Ketua Dewan Adat Biak III Kankain Kakara Byak dengan perangkat pengurus

4.2.4. Demografi

Saat ini, penduduk Biak-Numfor berjumlah 122.274 jiwa dengan kepadatan 48 jiwakm 2 . Jumlah Rumah tangga yang terdata sampai tahun 2009 adalah 27.135 KK yang tersebar pada 19 Distrik dan 187 Kampung BPS, 2010. Pada tahun 1961, diperkirakan penduduk Biak-Numfor masih berjumlah 40.000 jiwa Galis 1970. Penyebaran orang Biak di dalam wilayah Biak-Numfor bahkan keluar wilayah Biak telah didorong oleh beberapa faktor antara lain: - tuntutan budaya pemenuhan harta mas kawin, kekurangan pangankebutuhan ekonomi, serta ancaman keamanan; - “korfandi” persaingan sebagai motivasi utnuk memperoleh kebanggan, misalnya mampu berlayar menyeberangi lautan sejauh- jauhnya dan “Amberi” yaitu gambaran bahwa orang Amber orang Papua di luar orang Biak berhasil jika memiliki pendidikan, sehingga model ini perlu utnuk diikuti oleh orang Biak; - kegiatan berburu cenderawasih sampai keluar pulau Biak, yang tujuannya untuk dipersembahkan ke kesultanan Tidore; - mite “manarmakeri” yang mengatakan bahwa “koreri” negeri yang penuh damai dan berkelimpahan merupakan harapan orang Biak; dan - juga pada saat ini, merupakan panggilan tugas sebagai abdi ngara, yang bersedia ditempatkan dimana saja di wilayah RI PSMBP Uncen, 2001.

4.2.5. Sistem mata pencaharian

Pada masa lalu, mata pencaharian orang Biak antara lain nelayan menangkap ikan, berburu, meramu dan bercocok tanam. Bahkan setelah terjadi kontak dengan dunia luar, beberapa orang Biak telah melakukan kegiatan berdagang. Penangkapan ikan dengan alat-alat yang lebih modern dilakukan orang Biak sejak berinteraksi dengan orang China dan nelayan dari Buton, bahkan saat ini tidak jarang menggunakan bahan peledak. Kegiatan berburu osamifarmoram dilakukan orang Biak pantai atau pedalaman dan biasanya berlangsung selama musim ombakgelombang. Aktivitas berburu dilakukan berkelompok atau perorangan, bisa pada saat siang atau malam hari, dan umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki dewasa PSMBP Uncen, 2001 Aktivitas yang juga dilakukan orang Biak adalah meramu sebagai mata pencaharian sejak dahulu kala. Aktivitas ini dilakukan di rawa-rawa atau hutan, umumnya ialah mengambil sagu, mencari sayuran, jamur, ulat sagu. Proses meramu sagu kakar baryam. Tahapannya antara lain: menentukan sagu yang siap dipanen, membersihkan lokasi, menebang dan membelah batang sagu, mempersiapkan peralatan penyaringan sagu, pengerukan bagian dalam sagu, peremasan dan pengendapan melalui saluran yang telah dibuat Gambar 15. Kepemilikan sagu di sini bukanlah komunal, namun merupakan milik satu keluarga intikeluarga luas. Gambar 15. Proses Pengolahan Sagu Kegiatan bercocok tanam dilakukan dengan mekanisme shifting cultivation dengan cara menebang pohon atau membersihkan semak, pengumpulan dan pembakaran, selanjutnya dibiarkan beberapa lama hingga siap untuk ditanamai slash and burn. Pada tahapan pembersihan, laki-laki berperan penuh, sementara wanita dan anak-anak mengumpulkan ranting pepohonan yang dapat digunakan sebagai kayu bakar serta bahan pembuatan pagar kebun. Proses penanaman akan dilakukan oleh perempuan dan anak-anak, sementara laki-laki dewasa bertugas membangun pagar kebun. Tiba saatnya dilakukan pemanenan, perempuan dan anak-anak akan berperan utama dan laki-laki dewasa akan membantu mengangkut atau bahkan menjualnya ke pasar. Jenis tanaman utama