Reforestasi, struktur agraria dan aksi kolektif

melakukan kajian di Biak, Numfor dan Supiori, dan menegaskan bahwa lahan di Biak terbagi habis ke dalam wilayah-wilayah keret tertentu. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan pola penyebaran keret-keret ke seluruh daratan Biak, maka dipastikan tidak semua keret di Biak akan memiliki formasi lengkap mbrur, yafdas dan marires. Beberapa keret paling tidak memiliki yafdas dan beberapa kawasan yang telah menjadi marires. Hubungan tipe lahan dan struktur agraria yang ada dapat dilihat pada Tabel 16. Salah satu contoh mbrur adalah kawasan hutan Sarwombo di Biak Utara. Sampai tulisan ini dibuat, keterangan tokoh adat dan sebagian informan, bahwa kawasan Sarwombo adalah milik Keret Kafiar. Saya mau kasih sedikit gambaran, bahwa kalau kita bicara tentang marga, untuk daerah Sarwom ini, tidak ada marga yang masuk ke mari. Hanya dia yang keluarkan. Di sini mengeluarkan penyebaran masyarakat di Biak dari sini, ke Timur, ke Barat ataupun Utara, maupun ke Barat sana. Jadi kalau sampai di suatu tempat, dia bilang, kamu dari sini, ya kami dari sini. Pernah orang tanya saya, mengapa Biak mempunyai satu bahasa, saya jawab “wah.. itu datangnya dari satu marga, yang kemudian berkembang”. Jadi di Biak Timur berasar dari sini. Jadi Sarwom, Warpur, Iraria. Warpur ini karena mereka menyusul dari belakang. Kalau orang-orang yang di Biak Timur, mereka bilang “kita tinggalkan kita punya gunung dan tanah kita”, sehingga mereka menggunakan fam Sarwom K . Pengelolaan dan pengawasan wilayah Sarwombo menjadi sulit karena selain wilayahnya luas, akses masuk ke hutan relatif lebih mudah, kecuali pada wilayah-wilayah yang bermedan sulit atau bertopografi berat. Itu karena hak kepemilikan di hutan Sarwombo kental pada marga Kafiar. Sehingga marga lain menyadari diri sebagai pihak pengguna, dan bukan pihak pemilik, itu faktor pertama. Faktor kedua, mungkin medan yang berat, sehingga mereka tidak mampu untuk melawan tantangan medan itu. Saya yakin kalau medannya tidak berat, mungkin itu hanya retorika. Sebab bagaimana ekonomi mendesak seseorang sekarang ini untuk memanfaatkan apa yang dia rasa menjadi miliknya IS. Tipe lahan yang berikut adalah yafyafdas yang merupakan areal yang dibuka untuk kebunladang dan bila mana tidak ada lagi pohon-pohon besar disebut juga sebagai yapur. Kalau kita katakan mbrur itu yang sementara ada di atas gunung ini Sarwombo. Yang masih utuh. Sekarang kita turun ke Yafdas, Yafdas itu orang sudah berkebun di situ dan dia sudah tinggal sampai hampir jadi mbrur lagi. Kayu-kayu sudah besar dan tinggi, orang-orang tidak berkebun lagi disitu. Sekarang ini, kita turun ke Yapur, atau bekas-bekas kebun itu, Yapur itu sama seperti yang ada di sinisekeliling kita ini. Bekas kebun yang tidak ada lagi kayu-kayu besar tumbuh lagi K. Sementara marires merupakan daerah yang cenderung kritis dan dibiarkan oleh pemiliknya. Marires itu tidak ada lagi kayu, yang ada hanya rumput pakis mampenas, dan juga tempat lain kosong, tinggal terbuka..K Dari ketiga bentuk lahan ini, jelas terlihat bahwa akses dan kontrol dapat bervariasi bergantung pada sumberdaya yang akan dikelola atau dimanfaatkan. Teori akses Ribot dan Peluzo 2003 kemudian menggambarkan konsep akses sebagai “kemampuan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan dari sesuatu”. Berdasarkan konsep ini, semua bentuk lahan berpotensi diakses melalui berbagai kapasitas yang dimiliki masyarakat, sehingga kecenderungan untuk memanfaatkan lahan akan lebih tinggi pada mbrur dan yafyafdas kemudian terakhir adalah marires. Masyarakat sangat terikat dengan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan lahan yafdas akan dikelola untuk menghasilkan tanaman-tanaman pangan pokok keluarga. Sementara di marires, lahan kurang subur karena telah digarap berulang kali, sehingga penggunaannya menjadi relatif kurang intensif dan cenderung dibiarkan untuk memulihkan dirinya sendiri. Pemanfaatan di wilayah mbrur dibatasi oleh kondisi medan dan sejauh mana hak untuk menguasai telah diperoleh. Sementara pada lahan-lahan Yafdas, masyarakat dapat berkreasi untuk mengelolanya bagi kebutuhan keluarga berdasarkan hak milik yang telah didistribusikan. Apabila dikaitkan dengan reforestasi, maka makna pemanfaatan lahan menjadi terdefinisi ulang. Pada wilayah mbrur, masyarakat yakin bahwa hutan mampu meregenerasi dirinya dan suplai anakan alam tersedia cukup melimpah. Ini berarti bahwa reforestasi belum begitu perlu dilakukan. Sebaliknya di wilayah yafdas, reforestasi akan sangat terkait dengan seberapa jauh tanaman jangka panjangpohon yang ditanam memberikan manfaat kepada pemilik lahan. Sementara di marires, tindakan reforestasi tanpa insentif yang memadai bagi masyarakat akan menjadi tantangan tersendiri. Inilah sebabnya maka dalam uraian sebelumnya, dapat jelas dilihat bahwa peluang terjadinya inovasi-inovasi terkait reforestasi akan terjadi dilahan-lahan yafdas, sementara reforestasi di marires cenderung hanya diinisiasi oleh pemerintah dan memiliki pola-pola yang sederhana.Walapun demikian, perlu diingat bahwa pada kawasan yafdas dan marires, terdapat wilayah atau lahan yang disebut saprop keret, yang hanya diperuntukkan bagi penanaman tanaman semusim. Pada lahan saprop, sangat sulit untuk dilakukan penanaman tanaman jangka panjang karena dapat dianggap sebagai bentuk klaim atas lahan. Dengan demikian, untuk pelaksanaan reforestasi, maka paling tidak ada 3 tipe lahan yang terbagi menjadi beberapa sub wilayah menurut tingkat kepemilikannya yang perlu diperhatikan Tabel 14. Tabel 14. Hubungan tipe lahan dan struktur agraria Tipe lahan Struktur agraria dan statusnya Aktivitas terkait reforestasi yang cenderung akan menemui kesulitan sosialteknis Mbrur Merupakan wilayah marga besar Memanfaatkan hasil hutan kayu tanpa sepengetahuan dan ijin Mananwir Keret Menanam tanaman jangka panjang, karena struktur hutan yang masih utuh Yafyafdas Saprop milik bersama dalam suatu keret Apabila merupakan saprop, reforestasipenanaman tanaman jangka panjang tidak diperkenankan Reforestasi hanya dapat dilaksanakan pada lahan-lahan yang sudah didistribusi dialokasi kepada keret kecil atau batih. Apabila lahan masih dalam persengketaan, reforestasi tidak dapat dilaksanakan Milik keret kecil sim MamiaiMarires Saprop milik bersama dalam suatu keret Apabila merupakan saprop, reforestasi penanaman tanaman jangka panjang tidak diperkenankan Reforestasi hanya dapat dilaksanakan pada lahan-lahan yang sudah didistribusi dialokasi kepada marga kecil atau batih. Apabila lahan masih dalam persengketaan, reforestasi tidak dapat dilaksanakan Reforestasi yang akan dilakukan pada lahan-lahan marires memerlukan perlakukan teknologi yang memadai, karena struktur biofisik lahan yang spesifik dan cenderung kurang subur. Milik keret kecil sim Inisiatif reforestasi yang sementara dilakukan saat ini di Biak oleh negara, sangat memperhatikan struktur agraria yang ada. Instansi teknis Dishutbun Biak, memahami bahwa persetujuan para keret merupakan syarat utama apabila reforestasi model negara akan dilakukan di lahan keret lihat Lampiran 3 tentang dokumen persyaratan mengikuti program reforestasi. Sementara itu, jika inisiatif reforestasi berasal dari warga, maka keretaktor inisiator biasanya telah mengkonsolidasikan dan memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, sehubungan dengan wilayah atau hak milik keret lain yang ada. Sampai saat ini, belum ada pihak swasta yang secara langsung menginisiasi reforestasi di Biak. Apabila dikatakan bahwa terdapat hubungan secara tidak langsung antara penanaman gaharu dengan nilai ekonomis yang tinggi dari gaharu, fenomena reforestasi yang terjadipun belum mampu untuk membuktikan bahwa swasta berperan sebagai inisiator, sebagaimana inisiasi- inisiasi yang dilakukan BUMN pada jaman pemerintahan Belanda. Pada waktu pendudukan Belanda, inisiatif oleh swasta BUMN milik Pemerintah Belanda pernah terjadi dan mewujudkan penanaman damar. Saat ini, penyadapan damar tidak lagi berlanjut, walapun sebagian tanaman pohon damar masih berdiri. Dengan demikian, dari struktur agraria yang ada, dapat dipetakan tipe AK yang lebih sesuai untuk mendorong reforestasi di lahan masyarakat. Hubungan- hubungan yang nampak selanjutnya akan menentukan tipe AK apa saja yang efektif bekerja di setiap tipe lahan di Biak dapat dilihat di Tabel 15. Dengan memahami tipe AK yang berpotensi bekerja pada struktur agraria tertentu, maka reforestasi yang dilakukan diharapkan dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Tiap struktur agraria yang ada, menunjukkan pentingnya aktor inisiator yang akan menggalang AK. Disamping itu, setiap upaya AK yang akan dibangun dalam struktur agraria tertentu, seyogyanya memperhatikan potensi-potensi kerjasama bahkan potensi konflik yang dapat terjadi. Berdasarkan potensi yang ada ini, kemudian akan memperkuat justifikasi AK tipe apa saja yang dapat didorong. Tabel 15. Eksistensi struktur agraria dan tipe AK Struktur Agraria Aktor Inisiatif Potensi Konflik Kerjasama Jenis potensi AK yang efektif bekerja Mbrur Tokoh adat Mananwir Keret Aktivitas penggunaan lahan di mbrur sangat ditentukan oleh manawir keret besar Manseren. Keputusan penggunaan mbrur dilakukan melalui proses-proses komunikasi dan kesepakatan yang didorong mananwir, karena terdapat lebih dari satu keret yang berkepentingan. Wujud AK non reforestasi: digerakkan oleh tokoh informal tokoh adat berbasis genealogis kekerabatan Yafdas MananwirNon Elit Keret Atau Negara; dapat dipikirkan kemungkinannya, apabila kapitalist menjadi inisiator kecuali lahan berkonflik Wilayah yafdas biasanya sudah dimiliki oleh keret tertentu, dan dibuktikan dengan eksisnya kebun. Kerjasama akan semakin kuat apabila pemanfaatan lahan oleh kegiatan lain mis reforestasi tidak menyingkirkan eksistensi kebun ladang yang ada Wujud AK: Inisiatif dari kolektivitas dalam kelompok yang didukung oleh kekuatan dari luar; digerakkan oleh tokoh kampung yang mendapatkan otoritas dari pemerintah atau; digerakkan oleh tokoh informal tokoh adat berbasis genealogis kekerabatan Marires Negara Potensi konflikkerjasama pada marires semakin kompleks karena lahan- lahan kritis tak produktif menurut masyarakat dapat saja dimanfaatkan melalui penjualan batu karang. Sementara reforestasi pada lahan ini membutuhkan penggunaan teknologi tertentu Wujud AK: digerakkan oleh tokoh kampung yang mendapatkan otoritas dari pemerintah atau; digerakkan oleh tokoh informal tokoh adat berbasis genealogis kekerabatan Berdasarkan uraian di atas, maka kegiatan kegiatan reforestasi dapat ‘dipertimbangkan untuk dilaksanakan’ apabila kondisi lahanhutan secara ekologis masih utuh KarmguMbrur. Kegiatan reforestasi yang dipaksakan pada wilayah ini, justru berpotensi menimbulkan konflik, karena berbagai keret masih memiliki kepentingan dalam wilayah-wilayah mbrur. Hal ini didukung pula oleh pernyataan tokoh Biak, tentang penanaman dalam wilayah Mbrur sebagai sesuatu yang perlu dipertimbangkan. … yang bapa lihat, ‘seandainya itu kita lakukan di Mbrur’, mungkin itu bisa berjalan secara alami dan tidak perlu perawatan. Tipe AK terkait reforestasi seyogyanya dapat didorong pada struktur agraria selain mbrur dan lahan berbentuk saprop keret Tabel 16. Tabel 16. Tipe AK terkait reforestasi yang dapat didorong pada struktur agraria lokal Ket: X = AK yang tidak terkait upaya penanaman tanaman jangka panjang,dan yang bermotif klaim lahan Dengan demikian, tipe reforestasi yang dapat ditunjang untuk memperkokoh kekuatan masyarakat adat setempat melalui aksi kolektif antara lain: Reforestasi berbasis kepeloporan mananwirmanseren. Menurut informan, lahan yang layak untuk dilakukan reforestasi adalah yang berstatus yafyafdas atau marires. Setiap lahan di Biak telah alokasikan kepada keret-keret tertentu. Dalam hal ini, pemimpin kelompok masyarakat adat memiliki akses yang cukup besar kepada informasi-informasi dari agen luar, namun di sisi lain, pemimpin kelompok masyarakat ini juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan anggotanya. Mananwirmanseren dapat menggerakkan anggotanya untuk melakukan kegiatan reforestasi dilahan milik keret yang telah disepakati Tipe AK terkait reforestasi Struktur Agraria Mbrur Yafdas Marires Saprop Milik keret sim Saprop Milik keretsim Inisiatif dari kolektivitas dalam kelompok yang didukung oleh kekuatan dari luar - - X - X digerakkan oleh tokoh informal tokoh adat berbasis genealogis kekerabatan X X X X X digerakkan oleh tokoh kampung yang mendapatkan otoritas dari pemerintah - - X - X peruntukannya. Reforestasi dengan kepeloporan mananwir atau tokoh adat dibutuhkan ketika skala reforestasi cukup luas, dan melampaui batas lahan keret kecilsim tertentu. Reforestasi yang digerakkan oleh pemerintah yang cenderung berskala luas, perlu untuk menyesuaikan sistem pelaksanaannya dengan aturannorma lokal yang ada. Untuk inilah maka mananwirmanseren tidak dapat diabaikan. Lahan-lahan saprop keret seyogyanya tidak menjadi prioritas pelaksanaan reforestasi. Di dalam kawasan Yafdas dan Marires, reforestasi dapat pula didorong oleh Negara melalui pendekatan keret kecilkeluarga batih yang bersedia menunjukkan menyediakan lahannya; atau melalui penguatan dan fasilitasi terhadap aktivitas-ativitas reforestasi yang sebelumnya telah diinisiasi oleh masyarakat. Proses ini dapat dilakukan walaupun dalam skala yang kecil dan bersifat sporadis. Selain itu, reforestasi berbasis kolektivitas kelompok yang didukung kekuatan luar perlu untuk mendapat perhatian. Masyarakat memiliki rasionalitas tertentu tentang kemampuan lahan keret yang dimiliki. Umumnya, lahan yafyafdas merupakan sumberdaya utama untuk melakukan budidaya tanaman pangan masyarakat. Pada lahan-lahan ini, pertimbangan-pertimbangan terkait rasionalitas ekonomi akan menjadi perhitungan masyarakat. Apabila aktivitas reforestasi memberikan jaminan keuntungan baik secara finansial pada kurun waktu tertentu, maka reforestasi akan menjadi pilihan kelompok masyarakat. Dengan demikian, penentuan jenis-jenis yang sesuai keinginan masyarakat dan bernilai ekonomi tinggi, dapat ditawarkan. Penawaran dapat diinisiasi oleh berbagai pihak dengan menyertakan informasi detil tentang prospek pelaksanaan reforestasi. Beragam disain insentif kepada masyarakat hendaknya tidak menciderai aktivitas pengolahan lahan untuk pemenuhan nafkah masyarakat, yang selama ini telah dilakukan. Pola agroforestri merupakan model yang dipandang selaras dengan reforestasi berbasis rasionalitas ekonomi. Paling tidak ada 2 persoalan terkait lahan-lahan milik keret yang ada di Biak. Pertama, lahan mamiaimarires memiliki kualitas kesuburan yang relative rendah dari tipe lahan lainnya. Lahan-lahan ini cenderung ditinggalkan atau bahkan dialih fungsikan sebagai penghasil sumber daya tambanggalian untuk keperluan bahan bangunan. Kedua, lahan-lahan yang masih subur seperti yafyafdas, perlu untuk dipertahankan dari okupasi keret lain. Berdasarkan 2 hal ini maka, reforestasi berbasis kolektivitas menjadi krusial, oleh karena kepentingan bersama untuk mengatasi okupasipenyerobotan lahan ditingkat lokal dapat di atasi. Untuk reforerstasi ini, dibutuhkan aktor-aktor lokal penggerak yang inovatif dan juga merupakan pemimpin-pemimpin transformatif. Di dalam kawasan Yafdas dan Marires, reforestasi dapat didorong pula oleh Negara melalui pendekatan keret kecilkeluarga bati.; atau melalui penguatan dan fasilitasi terhadap aktivitas refoorestasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh masyarakat. Proses ini dapat dilakukan walaupun dalam skala yang kecil dan bersifat sporadis. Pada lahan marires, Negara juga dapat berperan dalam membantu memobilisasi sumber daya reforestasi yang dibutuhkan kepada masyarakat. 5.3. Peta kekuatan aktor masyarakat untuk reforestasi di Biak 5.3.1. Eksistensi jaringan aktor-aktor Bagian sebelumnya telah menjelaskan bagaimana peran dari aktor-aktor masyarakat dalam mendorong AK. Namun dekimian, dalam cakupan yang lebih luas, aktor yang berjejaring secara umum dikelompokkan kedalam ruang-ruang “negara”, “masyarakat sipil” dan “swasta”. Hubungan aktor dapat berwujud kerjasama bahkan hingga menimbulkan konflik. Oleh karena itu, untuk memelihara relasi tersebut, kadangkala diperlukan resolusi konflik atau menyeimbangan kekuasaan antar aktor. Hubungan masing-masing aktor dalam ranah pengelolaan sumber daya alam, juga ditentukan oleh ideologi politikkekuasaan dan orientasi ekonomi yang dianut. Lazimnya, Negara merupakan regulator dan dalam menjalankan kekuasaannya, berbasiskan ide sentralisme, bahkan telah diejawantahkan kedalam sistem dekonsentrasi hingga desentralisasi. Di sisi lain, masyarakat sipil yang telah eksis sebelum suatu Negara eksis, juga memiliki otoritas serta kekuatan pengaruh pada wilayah tertentu. Setiap warga sipil mengorganisasikan dirinya melalui lembaga-lembaga informal atau adat yang semakin hari diperhadapkan dengan tantangan akulturasi dengan beragam pengaruh eksternal. Berjalan bersama dengan ‘negara’, ‘swasta’ kemudian dipandang sebagai mitra utama yang akan mampu membantu mengelelola sumber daya Negara termasuk sumber daya alam untuk kelangsungan Negara. Pemanfaatan hutan yang dilakukan oleh ‘swasta” telah memberikan dampak signifikan bagi upaya pemenuhan pundi keuangan Negara untuk melaksanakan pembangunan. Namun di sisi lain, terjadi ekses yang berdampak pada ‘termarginalkannya’ masyarakat sipil atau masyarakat adat di wilayahnya. Dharmawan 2005 -ketika menganalisis bagaimana merancang aktor yang dapat berfungsi menengahi kontestasi dari aktor negara, masyarakat sipil, dan swasta, guna mengelola suatu bentang alam dengan kompleksitas sosial, ekonomi, politik bahkan budaya, mengatakan bahwa setiap elemen yang berada di setiap ruang sosial-politik tersebut harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kelembagaan pengelolaan sumberdaya alam. Ini berarti bahwa potensi-potensi kerja sama, konflik, bahkan koeksistensi dari relasi antar aktor perlu dipahami dan dikelola dengan baik. Terkait reforestasi, maka setiap aktor dapat saja memiliki pemahaman tertentu terkait reforestasi, dan bahkan telah mengaktulaisasikannya dalam salah satu aktivitas rutin atau yang terprogramkan. Manawir adalah aktor sentral yang perlu mendapat perhatian di Biak, namun banyak aktor juga telah berperan dalam reforestasi di Biak, bahkan peran-peran yang dimainkan berbeda menurut bentuk dan masanya. Berdasarkan uraian sejarah reforestasi di Biak lihat BAB 4, maka dipandang perlu untuk menggambarkan bangunan karakteristik tatakelolanya. Untuk memudahkan kategorisasi, periodisasi yang dibangun adalah berdasarkan momen politis penting yang telah berlangsung di Tanah Papua. Karakteristik tersebut, ditampilkan pada Tabel 17. Tabel 17. Karakteristik tatakelola reforestasi di Biak Aspek tata kelola reforestasi Sampai integrasi NKRI Pasca integrasi

s.d. sebelum otsus

Pasca otonomi khusus Periode 1969 1970 s.d. 2000 2001 Aktor-aktor BUMN – Keret, difasilitasi oleh Negara Hindia Belanda Negara sebagai aktor utama, masyarakat sebagai penerima Keret subyek utama, pemerintah memberikan dukungan sumber daya Cara pandang pengelolaan SDA reforestasi Orientasi capital Orientasi negara Orientasi pada masyarakat, namun masih didominasi Negara Orientasi Etika lingkungan Antroposentris Antroposentris Ideologi Mama mulai dilirik Orientasi Politik dan Kebijakan Swasta sebagai penopang Negara kolonial Kepentingan pusat didahulukan, sementara Masyarakat lokal keret mau tidak mau menentukan