yang  mengakomodasi  aktor-aktor penting  pada  lokasi  yang  relatif  tidak  mudah dijangkau dari basis bertolaknya peneliti, dan juga dengan kondisi sumber daya
peneliti yang representative.
Pendekatan  ini  memungkinkan  terjadinya  dialog  peneliti-informan  serta terjadinya  interaksi  antara  dan  dalam  kalangan  peneliti  dan  informan.    Sesuai
dengan pennjelasan Yin 2003  menyangkut strategi penelitian untuk menjawab pertanyaan  penelitian,  maka  peneliti  tidak  mungkin  melakukan  eksperimen
mengingat  kriteria  strategi  studi  kasus  yaitu,  sebagai  suatu  gejala  sosial  yang tidak dapat dilepaskan dari konteksnya.  Gejala sosial yang diungkapkan dalam
penelitian  ini  yaitu,  aksi  kolektif  dan  reforestasi  mengarahkan  penemuan  pada fenomena pola gerakan yang terjadi
3.3. Pengumpulan data dan informan sumber data
Keseluruhan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat analisis dan pembahasan studi ini antara lain:
1. Wawancara Mendalam Informan  ditentukan  dengan  kombinasi  semi-directive  dan  metode
snowball,  dimana  pelaksana  kegiatanprogram  reforestasi  merupakan  titik pangkal, dan sasaran akhir baca: sasaran tercapai akan berada pada informan
dari pihak masyarakat. Penentuan informan dimulai dengan meminta keterangan Kepala  Dinas  Kehutanan  dan  Perkebunan  Kabupaten-Biak  Numfor,  tentang
siapa  saja  yang  dapat  dimintai  keterangan.    Informasi  utama  yang  digunakan diperoleh  dari  9  kelompok  masyarakat  yang  telah  melakukan  kegiatan
reforestasi. Pertanyaan yang diberikan bersifat terbuka dan memiliki fleksibilitas sepanjang berada dalam konteks fokus. Aktor yang menjadi informan merupakan
individu  yang  berada  dalam  jejaring  personal  tertentu,  dan  dianggap  dapat mewakili kelompoknya.
2. Observasi Lapangan
Observasi  lapangan  lebih  banyak  dilakukan  bersamaan  dengan wawancara.  Pada  saat  kegiatan  wawancara  dilakukan,  peneliti  berkesempatan
untuk  melihat  kondisi  sekitar  responden,  dan  secara  simultan  memunculkan pertanyaan-pertanyaan  terkait  penelitian.  Makna  yang  ditangkap  utamanya
berasal dari perspektif partisipan.
3. Studi Dokumen Penelusuran dokumen dilakukan dengan mengumpulkan dokumen: aturan
yang  terkait,  berita  media  massa,  dan  publikasi  ilmiah  lainnya.  Hasil-hasil penafsiran Citra dalam bentuk peta juga termasuk dalam kategori dokumen yang
digunakan.
3.4. Analisis dan validasi data
Analisis  percakapan  atau  diskursus  dan  dokumen  akan  dipergunakan dalam penelitian ini; Untuk itu, kedekatan peneliti dengan aktor sosial merupakan
faktor esensi untuk menghasilkan data yang komprehensif, yang pada akhirnya, peneliti  mampu  untuk  memahami  jenis  dan  bentuk  percakapan  hingga
mengetahui strukturnya. Tahapan utama proses analisis data ialah transcribing, coding, categorization, dan teorizing.
Dialog  dengan  informan  dapat  dilakukan  sesering  mungkin  agar validitas data dapat dijamin oleh peneliti. Untuk hal ini, maka paling tidak perlu dilakukan:
Wawancara  berulang,  dalam  rangka  melakukan  konfirmasi-konfirmasi  dengan informan  dan  atau  subjek;  Triangulasi  data  antara  subjek,  dokumen,  dan
observasi langsung di lokasi penelitian; Menyampaikan hasil analisis sementara untuk  dipahami  dan  dikritisi  oleh  subjek;  dan  Pembahasan  dan  penarikan
kesimpulan sebagai akhir dari tahapan analisis.
3.5. Lokasi dan waktu penelitian
Proses  penelitian  ini  telah  berlangsung  pada  saat  ide  awal  kajian dimunculkan  di  awal  bulan  Maret  2010  dan  diakhiri  pada  saat  kunjungan
lapangan kedua pada bulan Agustus 2011. Pulau Biak Provinsi Papua akhirnya menjadi  lokasi  yang  dipilih  untuk  pelaksanaan  penelitian  pengambilan  data
karena  beberapa  alasan  antara  lain:  sebagai  wilayah  di  Papua  yang  memiliki ceritera  sejarah  yang  penting  Gambar  6,  beberapa  penelitian  menyangkut
struktur  sosial  masyarakat telah dikemukakan beberapa Antropolog  Mansoben 2003,  Roembiak  2002.  Disamping  itu,  pada  era  pelaksanaan  Gerakan
Rehabilitasi Lahan di Indonesia, Biak merupakan salah satu daerah yang pernah memperoleh predikat terbaik Nasional dalam sukses pelaksanaan GERHAN
19
.
19
Pemerintah Kabupaten Biak Numfor menduduki rangking 3 dalam Lomba Peduli Konservasi Hutan Nasional.
Acara  pengukuhan  pemenang  lomba  dipusatkan  di  Mataram,  Nusa  Tenggara  Barat,  Rabu kemarin,  dan  dihadiri  oleh  Wakil  Presiden  RI  H.  M.  Yusuf  Kalla,  sekaligus  menyerahkan
penghargaan  kepada  para  pemenang.  Untuk  Kabupaten  Biak  Numfor,  penghargaan  lomba pelestarian hutan ini diterima langsung oleh Bupati Biak Numfor, Yusuf Melianus Maryen, S. Sos