Kelompok keturunan dan sistem kekerabatan

Amberamberi, yakni sebutan kepada orang-orang Papua non Biak, dan saat ini sering digunakan untuk menyebut pendatang orang non Papua. Nenek moyang orang Biak diyakini berasal dari sebelah timur daerah Biak, di daerah daratan Tanah Papua. Keluarga pertama yang mencapai daerah Sarwombo kemudian adalah Sarwom dan Manampaisem. Sarwom yang disebut juga Kapisa menempati Gunung Sarwombo, dan Manampaisem menempati gunung Sambune di Sansundi. Suatu waktu, terdampar juga dari Timur seorang bernama Piapiawan, yang akhirnya dirawat dan dipelihara oleh SarwomKapisa. Dari sinilah orang Biak menyebarmenguasai seluruh dataran Biak, Supiori dan Numfor, bahkan hingga kepulauan Raja Ampat dengan nama-nama marga tertentu Wawancara: Kafiar. Kelompok keturunan ini berbeda dengan di daerah daratan Papua seperti orang Mioko di Mimika. Orang Mioko memiliki 3 kelompok turunan atau taparu nenek moyang, yang masing-masing taparu memiliki kelompok-kelompok golongan tertentu dengan memiliki akses pemanfaatan sumberdaya alamnya. Kelompok ini dikenal dengan istilah tatau. Setiap tatau memiliki nama-nama marga tersendiri lihat Suharjito, 1998. Dalam sistem kekerabatan, Orang Biak menganut sistem patrilineal, dengan 3 tiga kelompok kekerabatan, yaitu: a sim 21 keluarga batihinti, b rum 22 keluarga luas, dan c keret 23 klen kecil. Sistem kekerabatan ini erat berkaitan dengan hukum perkawinan adat, hukum waris adat, dan hukum tanah adat Sumiarni, 2008. Perkawinan memiliki arti dan dampak yang luas. Perkawinan bermakna sebagai ikatan kekerabatan yang saling membantu serta sarana untuk hidup rukun dan damai di dalam dan sesama keret. Pelaksanaan perkawinan melalui tahapan-tahapan mulai dari peminangan hingga pelaksanaan pernikahan. Perkawinan dalam satu keret dibolehkan asal kedua mempelai berasal dari kamarsim yang berbeda. Terdapat beberapa norma terkait Perkawinan yang harus diikuti seperti kewajiban membayar denda. Sementara aturan adat juga mengatur bagaimana jika perceraian terpaksa dilakukan. Mas kawin yang diminta pihak perempuan biasanya tidak lebih dari mas kawin yang pernah diterima ibu orang tua mempelai wanita, walaupun saat ini 21 Sim adalah kelompok kekerabatan yang anggotanya terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak-anak mereka yang belum kawin keluarga batih. 22 Rum adalah gabungan beberapa keluarga batih sim yang tinggal dalam rumah besar Rum Som atau Aberdado 23 Keret adalah gabungan keluarga luas yang merasa berasal dari keturunan seorang nenek moyang klen kecil terjadi pergeseran-pergeseran nilai yang dipersyaratkan pihak perempuan. Sebagai contoh, jika mempelai wanita mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, atau bekerja dalam profesi tertentu, maka nilai mas kawin akan disesuaikan juga. Mas kawin yang diberikan oleh pihak laki-laki, kemudian akan dibagi kepada 1 keret perempuan, dan 2 orang tua kandung perempuan pas pas sus, sebagai makna penghargaan atas pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua. Pewarisan harta dilakukan ketika orang tua masih hidup kepada semua anak dalam keluarga, baik laki-laki atau perempuan. Perempuan pun memiliki hak mendapatkan pembagian harta, agar anak perempuan nantinya atau jika sudah menikah, akan diakuimemiliki martabat dimata keluargakeret suaminya. Duda tidak memiliki hak atas harta istrinya yang meninggal, karena begitu perempuan meninggal, harta tersebut kembali ke keret. Sementara itu, Janda memiliki hak atas harta suami yang telah meninggal. Ini memiliki dua makna: sebagai jaminan untuk mengasuh anak-anak, dan juga bertujuan agar Janda tersebut tidak lari keluar dari keret suami, dan menikah dengan laki-laki lain dari keret lainnya. Menurut Hukum Tanah Adat di Biak, hak milik atas tanah dimiliki secara bersama oleh suatu keret, dimana lahan milik keret dikenal dengan istilah Saprop Keret. Tanah milik bersama ini semakin berkurang karena: a jumlah anggota keret semakin banyak, b saprop keret telah diberikan kepada pendatang atau c pemerintah, d dijual kepada pengusaha. Namun demikian, di Biak dikenal istilah Obyek Milik bersama Common Property Resources, seperti laut, teluk, danau besar, sungai, hutan atau mata air, serta binatang buruan. Keputusan untuk menggunakanmemanfaatkan sumber daya dalam CPR ditentukandiberikan oleh pimpinan mananwir keret setelah berdiskusi dengan anggotanya. Tanah keret dapat juga dimanfaatkan oleh orang dari luar keret mandaman atau amber setelah diberi ijin oleh mananwir, namun hanya sebatas hak pakai atau hak sewa. Pada saat sekarang banyak terjadi transaksi jual-beli lahan keret, bahkan okupasi dari keret lain, yang menimbulkan konflik antar masyarakat. Prinsipnya ialah tidak dikenal peralihan hak bersama menjadi hak pribadi perorangan, kecuali untuk anggota keret. Inilah point kunci dimana pengelolaan sumber daya alam dapat mendudukkan posisinya. Jika anggota keret dikatakan memiliki lahan keretnya, maka dia hanya bisa: membangun rumah, berkebun, menyewakan kepada pihak lain, namun sekali-kali tidak dapat menjualnya ke pihak luar keret. Artinya hak milik di sini berarti tidak mutlak . Di sini ada istilah Syowi, satu Bapa punya sudara perempuan, karena dia sayang sama saudara perempuan, dia berikan sebidang tanah, mengajak untuk tinggal dan berkebun bersama suami dan anak-anak di lahan tersebut. Maksudnya dia tidak mau dia punya saudara itu jauh. Ini yang selama ini terjadi kekuasaan diambil alih oleh anak-anak Saudara perempuan, ini yang sering menimbulkan pertengkaran di kampung, karena jual beli tanah itu, mereka jual oleh saudara perempuan, padahal mereka hanya dapat hak pakai dan hak tinggal. Sampai saat ini masih berusaha diluruskan oleh adat Kurni 24 Istilah kekerabatan dalam struktur masyarakat Biak dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Sistem kekerabatan Biak 24 Aktivis Perempuan Dewan Adat Biak Aw ek Aw ek Akap Akap Akap Up Up Up Kpu Bin Kpu Snon Kpu Bin Kma Kma Mebin Sna Me Naek Srar Napirnam Napirnam Aw ek Aw ek Akap Akap Akap Up Up Up Kpu Bin Kpu Snon Kpu Bin Sna Sna Me Kma Mebin Naek EGO Namek Binbanyo Manbahyo Swa Srar Rifyo Rifyo Srar Naek Napirnam Napirnam Romaw a Inai Inbikin Inbikin Romaw a Inai Fno Fno Bam Bam Bam Bam Kpu Snon Kpu Bin Kpu Snon Kpu Bin Kpu Bin Kpu Bin Up Up Up Up Up Up Akap Akap Akap Akap Akap Akap Aw ek Aw ek Aw ek Aw ek

4.2.3. Struktur pemerintahan masyarakat adat Biak

Kabupaten Biak-Numfor memiliki Dewan Adat Biak Kankain Kakara Byak KKB yang merupakan representasi dari eksistensi masyarakat adat Biak secara keseluruhan. Secara tegas, KKB ada untuk mengawal hak dasar masyarakat adat Papua secara umum dan masyarakat Biak secara khusus. Prinsip dasar yang dianut serta merupakan tekad KKB, dinyatakan secara terbuka, sebagaimana yang terpampang di depan halaman kantor KKB Gambar 11. Gambar 11. Tekad bersama Kankain Kakara Walapun demikian, di setiap wilayah setingkat Distrik memiliki struktur Dewan Masyarakat Adat masing-masing dengan namanya sendiri. Sumiarni et al. 2008 setelah melakukan kajian di Biak dan Numfor menjelaskan bahwa struktur pemerintahan adat yang ada sebagai berikut: Gambar 12. Struktur Pemerintahan Adat yang eksis di Biak Wilayah pemerintahan adat terkecil di Biak adalah mnukampung. Pada semua wilayah Numfor dan Biak, beberapa mnu berada dalam suatu lembaga sup fyor atau sup Mnuk, yang mana sub fyorsub Mnuk ini berfungsi sebagai tempat penyelesaikan persengketaan apabila ditingkat mnu tidak mampu lagi di selesaikan. Pimpinan mananwir Sup fyor dan Bar, biasanya dipilih dari mananwir kepala mnu yang dianggap mampu oleh masyarakat atau beberapa mananwir mnu. Kemampuan menguasai adat setempat adalah syarat utama dari penentuan menjadi mananwir sup fyor. Di dalam wilayah pemerintahan mnu, terdapat beberapa keret utama yang mendiami wilayah Mnu dimaksud. Keret-keret ini biasanya terdiri atas keret kecil sim yang biasa diibaratkan dengan buah jeruk yang memiliki ruasruangan masing-masing. Pada waktu lalu, dengan adanya rumah adat Biak Runsram, maka akan jelas terlihat bahwa disetiap kamar rumah tersebut, akan terdapat sub keret yang merupakan keluarga-keluarga hasil ikatan perkawinan dengan keret lainnya. Keret memilki wilayahlahan untuk dikelola bersama seluruh anggota keluarganya. Pada waktu lampau, keret-keret utama memiliki wilayah penguasaan yang cukup luas, namun seiring dengan perkembangan penduduk dan kebutuhan