Ketergantungan terhadap negara atau inisiatif awal masyarakat?

- Penanaman gaharu menggunakan metode jalur yang diterapkan pada hutan- hutan sekunder berbatu Mnsen, dengan tutupan tajuk yang cukup, sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman informan tentang sifat ekologis jenis gaharu cukup baik. Informan paham bahwa gaharu bersifat toleran terhadap cahaya cenderung dapat hidup di bawah naungan, serta dapat berasosiasi dengan jenis pohon lainnya di daerah bebatuan. Informan lainnya JW mulai mengembangkan gaharu berdasarkan informasi yang diperolehnya setelah beberapa lama bermukim di Papua New Guinea. Iya saya memang karena di sana PNG, saya sudah ikut perkembangan dunia, dan tanaman apa yang bisa diekspor dengan nilai yang besar, salah satunya yang saya lihat di PNG mereka kembangkan adalah kalau bukan Vanili 41 atau Gaharu.. ya memang kita punya orang di sini cari kesana JW Di sisi yang lain, kelangkaan dan nilai kayu yang tinggi telah mendorong salah satu informan TM untuk menanam Jati di lahan miliknya. Dulu bapa pernah cerita, dia bilang kalau kayu jati di Jawa sudah mahal skali….Dan karena kondisi lahan di sini juga, makin lama dia punya ini…kurang to… butuh pupuk yang banyak, trus lokasi banyak yang kosong, sudah tidak ini…, akhirnya tanam pohon saja. Biar untuk ke depan saja, karena Bapa usia sudah begini, tua jadi, biar untuk ade-ade punya sekolah ke depan nanti. Bisa bantu dorang TM Program top-down tawaran pemerintah Tidak seperti inisiatif individu sebagaimana penjelasan sebelumnya, reforestasi melalui inisiatif dan tawaran pemerintah telah disambut oleh kebanyakan warga. Program pemerintah ini kemudian diakomodasi melalui kelompok-kelompok tani yang terbangun. 50 hektar ini kami sukseskan, ditingkatkan lagi salah satu program langsung dari pusat, disebut program dunia internasional begitu…. 300 hektar, jadi turun langsung dari pusat Jakarta. Bersama dengan kontraktor CV. Tunggal Jaya. Mereka pingin turun lakukan pertemuan lansung dengan kami, saya rasa kewalahan, karena saya punya pendapat, wilayah saya ini 300 ini, daerah ini tidak mampu. Kecuali ambil ke pantai. Tapi dari sini ke pantai, siapa yang mampu lanjutkan ke Pantai? SM Data yang dapat diakses menunjukkan bahwa sampai tahun 2008, telah dibentuk 152 Kelompok Tani Hutan KTH yang tersebar di seluruh Biak Gambar 28. 41 Vanili Vanilla planifolia adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong. Gambar 28. Sebaran KTH di tiap Distrik di Biak Walaupun tidak dibahas secara khusus bagaimana tingkat penyebaran KTH bisa terjadi demikian, namun yang bisa dipelajari dari sini adalah: di semua Distrik di Biak, program Reforestasi sudah digelontorkan dan disambut oleh masyarakat. Dari uraian di atas, bagaimanakah sebenarnya bentuk dari AK yang terjadi? Selanjutnya, rangkuman hasil analisis terhadap semua kelompok yang diwawancarai dapat dilihat pada Tabel 12. 5 10 15 20 25 30 Sebaran KTH s.d 2008 KTH 122 Tabel 12. Karakteristik kelompok dan komponen pendorong AK terkait Reforestasi di Biak-Papua Rumere Warnares Kapisa Rumaropen Rumpaidus Wompere Kafiar Taman Korwa Msen  Aktor Utama Posisi Anggota Keret Mananwir Mnu aktif Mananwir Keret Mantan Mananwir Mantan Mananwir Tokoh Pejuang Anggota Keret Mananwir Keret Manseren Anggota Keret Amber Mananwir Mnu aktif  Lokasi Timur Timur Barat Timur Timur Warsa Utara Yendidori Barat  Konsentrasi Gerakan Marga Kecil Marga Kecil- Lintas Mnu Marga Besar Marga Kecil Marga Kecil Marga kecil Marga Besar Marga Kecil Lintas Mnu  Identitas Kolektif Kuasi-Tradisional Primordial Kuasi- Tradisional Primordial Kuasi- Tradisional Primordial Kuasi- Tradisional Primordial Kuasi- Tradisional Primordial Kuasi- Tradisional Primordial Kuasi- Tradisional Primordial Kuasi- Tradisional Primordial Kuasi- Tradisional Primordial  Solidaritas Mekanis Mekanis Mekanis Mekanis Mekanis Mekanis Mekanis Mekanis Mekanis  Kesadaran Praktis Praktis Praktis Praktis Praktis Praktis Praktis Praktis Praktis  Komitmen Anak Cucu Tabanas Hidup kayu Anak Cucu Anak Cucu Anak Cucu Anak Cucu Anak Cucu Anak Cucu Tabanas Hidup Kayu Invenstasi anak cucu Kayu 20 tahun yad  Inisiator awal Kolektivitas Negara Kolektivitas Negara Negara Kolektivitas Kolektivitas Kolektivitas Negara  Eksistensi Kerjasama Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Tetap atau cenderung berkurang Meningkat Tetap Tetap Meningkat  Komoditi Utama tertanam Aquilaria filaria, Intsia bijuga, Callophylum sp, Palaquium sp Phaleria sp, Tectona grandis Aquilaria filaria, Intsia bijuga, Callophylum sp, Jatropa Phaleria sp, Intsia bijuga, Callophylum sp, Palaquium sp, Jatropa Intsia bijuga, Callophylum sp, Palaquium sp Aquilaria filaria Intsia bijuga, Callophylum sp, Palaquium sp Tectona grandis Intsia bijuga, Callophylum sp, Palaquium sp  Etika Moral Orientasi Nilai Ideologi Mother IM, dengan kecenderungan relatif seimbangpada ideologi preservasi, konservasi, kontemporer IM dengan fokus pada konservasi dan kontemporer IM dengan kecenderung an preservasi IM dengan fokus pada konservasi dan kontemporer IM dengan fokus pada konservasi dan kontemporer IM dengan kecenderung an relatif seimbangpad a ideologi preservasi, konservasi, kontemporer IM dengan kecenderung an preservasi IM yang berciri konservatif dan terlihat sedikit kontemporer. IM dengan fokus pada konservasi dan kontemporer 5.2. Keterkaitan aksi kolektif dan reforestasi 5.2.1. Pola reforestasi dan inovasi Pola reforestasi yang terjadi merupakan implikasi dari tipe AK, dan dapat dihubungkan dengan pola tanam bahkan inovasi yang telah terjadi. Pola reforestasi tersebut dapat dijelaskan sebagaimana berikut.

a. Pola tanam dan komoditas

Reforestasi secara teknis dapat berlangsung apabila jenis tanaman memiliki kesesuaian dengan tempat tumbuh. Jenis cempedak yang dulu didatangkan warga dari Yapen ke Biak Timur, menurut informan OK, tidak dapat berkembang di Biak Barat, walaupun sudah dicoba beberapa kali. Pada sisi yang lain, jenis-jenis bernilai ekonomi tinggi seperti gaharu, telah dikembangkan masyarakat secara swadaya, walaupun pada akhirnya: 1 berkolaborasi dengan program penanaman gaharu dari pemerintah, serta 2 yang dapat disebut sebagai ‘kekeliruan pemahaman’, dimana jenis mahkota dewa telah dianggap sebagai gaharu.Pola tanam bervariasi, menggunakan jalur-jalur tanam yang dipersyaratkan pemerintah, tetapi juga tidak beraturan. Komposisi tanaman kemudian menjadi bervariasi dan cenderung berbentuk agroforestri 42 . Dari observasi di lapangan, kegiatan reforestasi yang terjadi di Biak, kemudian dapat dikelompokkan menjadi: 42 Definisi agroforestri menurut Nair 1984:2 beragam dan akhirnya telah diadopsi oleh World Agroforestry Center ICRAF sebagai: Suatu istilahdefinisi kolektif untuk sistem penggunaan lahan dan teknologinya, dimana tumbuhan berkayu digunakan bersamaan dalam unit pengelolaan lahan bersama-sama tanaman pertanian dan atau ternak, yang emiliki pola spasial ataupun temporal. Dalam sistem agroforestri, terdapat interaksi ekologi dan ekonomi antara berbagai komponen yang berbeda. Sardjono et al. 2003 kemudian memaparkan bagaimana klasifikasi Sistem Agroforestri tersebut berdasarkan: Komponen penyusunnya, meliputi: Agrisilvikultur, Silvopastura, Agrosilvapastura; Istilah teknis yang digunakan, antara lain: Sistem agroforestri, Sub-sistem agroforestri, Praktek Agroforestri, dan Teknologi Agroforestri; Masa perkembangannya: Tradisionalklasik dan modern; Zona agroekologi: Zona monsoon, zona tropis lembab, zona kering, zona pesisir dan kepulauan, zona pegunungan; Orientasi ekonomi: skala subsisten, skala semi- komersial, dan skala komersial; Sistem produksi: berbasis hutan, berbasis pertanian, dan berbasis keluarga; dan Lingkup Manajemen: tingkat tapak ataukah tingkat bentang lahan. Beberapa prinsip penting dalam sistem agroforestri yang berbeda dari sistem lain menurut Jose dan Gordon 2008 adalah: 1 Intentional: adanya kombinasi pohon, tanaman dan ternak yang dirancang, dibangun, dan dkelola secara bersama untuk menghasilkan produk yang beragam serta memberikan keuntunganmanfaat; 2 Intensive:sistem agroforestri dibuat dan secara intensif dikelola untuk memelihara produktivitasnya dan melindungi fungsi dan interaksi dan bahkan mengakomodasi teknik pemanfaatan, pemupukan, irigasi, pemangkasan dan penjarangan; 3 Integrated: komponen yang ada, secara strukturan dan fungsional dikombinasikan ke dalam unit manajemen yang terintegrasi sehingga kapasitas produksi lahan dimanfaatkan secara optimal; 4 Interactive: sistem agroforestri secara aktif memanipulasi dan memanfaatkan interaksi biofisik antar species yang ada, dalam rangka hasil yang optimal dari beragam produk, termasuk jasa lingkungan. Pertama: Pola agroforestri Pola yang masuk dalam kelompok ini adalah tumpang sari dan homegarden. Ketika mbrur 43 telah ditebang untuk diambil kayunya atau diusahakan sebagai kebun yafdas, maka lahan-lahan ini ditanami kembali oleh warga dalam bentuk homegarden yang terdiri atas kombinasi tanaman pokok kehutanan, perkebunan dan sebagian komoditas pertanian. Pola ini jelas terlihat di lahan JW, dimana gaharu dikombinasikan dengan sirih, pinang, nenas. Pada lahan-lahan yang cenderung mengarah ke marginalmarires, program penanaman yang didorong pemerintah mengambil peran utama, dan segera setelah tanaman tumbuh, pemilik lahan mengkombinasikannya dengan tanaman pertanian dalam bentuk tumpang sari Kedua: Pola non agroforestri. Pada kelompok ini, pemilik lahan memutuskan untuk tidak mengkombinasikan pohon dengan tanaman pertanian dengan alasan: Pola Mnsen memang dilakukan pemilik lahan di Yafdas agar gaharu dapat tumbuh, dan di sisi lain, karena lahan-lahan Msen adalah berbatu, maka akan tidak sesuai bila diaplikasikan dengan tanaman pertanian. Sementara pola monokultur yang dibangun di Marires, belum diusahakan dalam bentuk tumpang sari. Untuk kasus ini, terlihat bahwa pemilk lahan akan dibatasi dengan kemampuan mengelola memanfaatkan sela-sela tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian, hingga kemampuan akses dapat diatasi dengan cara memperbanyak partisipantenaga kerja untuk memanfaatkan sela tanaman reforestasi dapat dilakukan, sebagaimana dalam pola Tumpang sari 44 . 43 hutan utuh 44 Jika dilihat dari perspektif menanam pohon secara tradisional dalam skala kecil di Indonesia, maka menurut Snelder dan Lasco 2008:29, paling tidak terdapat beberapa model penanaman pohon antara lain: hutan rakyat village forest, talun village forest garden, dan kebun talunpekarangan homegardens. Sementara Alavalapati et al. 2004:2 mengelompokkan praktek agroforestri di daerah tropis antara lain: 1. Taungya Tumpangsari : Tanaman pertanian ditanam di antara dan selama masa-masa awal penanaman pohon 2. Homegarden kebun-pekarangan: Berbagai kombinasi antara pohon dan tanaman di pekarangankebun, bisa juga terdapat ternak yang dipelihara. 3. Improved fallow lahan pemberaan yang diperbaiki: Didominasi fast growing species dengan tujuan meningkatkan kesuburan tanah sekaligus menghasilkan produk ekonomis 4. Multipurpose trees pohon multiguna: Tanaman penghasil buah atau lainnya yang ditanam secara acak atau sistematis untuk menghasilkan buah, kayu bakar, pakan ternak, kayu dan lainnya 5. Kombinasi Pohon dan tanaman lainnya: Campuran tanaman multi layer perkebunan dan kehutanan 6. Silvopastur: Kombinasi pohon dan usaha ternak.