Inovasi dan transfer teknologi

melakukan penanaman gaharu di dalam hutan-hutan sekunder yang disebut MSen hutan berbatu Gambar 30. Memang pohon ini kalau tanah polos kurang ini…, dia cocok di tanah berbatuan. Kalau di Waropen kan campuran pasir. Kalau kita di sini, kalau dia campuran batu, dia pasti cepat Gambar 30. Jalur tanaman gaharu dalam MSen Selain itu, informan berusaha untuk mengembangkan teknik perkecambahan gaharu. Metode yang dikembangkan adalah sistem penanaman langsung dan teknik perkecambahan benih tanpa menggunakan hormon pertumbuhan. Teknik inovasi ini telah berdampak bagi peluang suksesnya pengembangan tanaman gaharu 45 di Mnsen dan tersedianya anakan gaharu untuk penanaman di lahan-lahan baru Gambar 31. Pernyataan informan terkait teknik perkecambahan benih yang dilakukan sbb: Waktu mau buat persemaian ini, saya tidak tahu bagaimana mau membuat bibit. Tapi begitu saya coba-coba, saya tadinya pertama kali buat bibit, saya ambil tanah ini, lalu saya sebar dia di tempat terbuka. Karena saya pernah pergi ke PM staf pemerintah, “PM coba ajar saya bagaimana cara pembibitan yang baik”, tapi beliau seolah-olah tidak mau dengar saya punya ini….Saya bilang biar sudah saya coba-coba sendiri.. Saya mulai ambil tanah- tanah ini, saya turunkan 10 ribu bibit gaharu yang dia punya buahnya ini, itu buah pertama, 45 Gaharu yang dimaksud adalah Aquilaria filaria Gambar 31. Anakan Aquilaria filaria umur 3 minggu, 3 bulan, dan 8 bulan Demikian pula upaya ujicoba berulang yang dilakukan informan hingga berhasil mengecambahkan benih sebagaimana pernyataan: Saya coba melakukan perkecambahan benih gaharu, nyatanya mati habis gagal. Saya coba yang kedua lagi, saya coba tanah ini dicampur dengan pasir lagi, dan ternyata berhasil, tapi karena pengaruh hujan, banyak yang mati… Oh… berarti dia pas dengan pasir. Jadi, kali ini yang ada ini benih yang masih tersedia, saya mulai dengan menggunakan pasir. Pasir yang digunakan bukan sembarang pasir. Pasir saya ambil dekat dengan lokasi yang kelihatannya subur karena ada bekas daun-daun yang jatuh sebagai pupuk, saya anggap pasir ini yang tepat. Dengan demikian proses perkecambahan bisa berlangsung dengan baik. Kecenderungan inovasi-inovasi ini justru terlihat muncul pada kelompok- kelompok masyarakat yang memiliki inisiatif awal yang kuat untuk menanam tanaman jangka panjang secara mandiri pada lahannya. Dimensi inovasi ini menjadi penting bagi AK di ranah masyarakat adat ketika aktor bersedia untuk berbagi atau melakukan transfer teknologi inovasi kepada warga masyarakat lainnya. Untuk hal ini informan menyatakan bersedia pula untuk membagi informasi dan teknik perbenihan yang dilakukannya, apabila diminta oleh sesama anggota masyarakat sekitar. Ya.. terutama dari keluarga besar saya, kemudian dari marga lain, seperti Wader, mereka mau juga untuk melakukan penanaman. “Kalau kami mau buat barang ini tanam gaharu, nanti kami hadirkan kamu TR dan kamu kasih petunjuk buat kami. Ini karena kamu sudah berhasil”. Saya kemudian bilang “bersedia Ilmu saya tetap akan dibagi-bagi”. TR

c. Kompleksitas reforestasi, ukuran kelompok dan kecenderungan orientasi

Dengan menghubungkan tipologi AK dengan orientasi nilai dan skala reforestasi yang terjadi, maka tiap tipologi dapat ditempatkan dalam kuadran pada Gambar 32. Efek AK terhadap reforestasi dapat dikatakan sebagai hasil transformasi. Hubungan yang tampak didasarkan atas dampak reforestasi terhadap agen masyarakat kelompok kecil hingga lintas kelompok, dan kompleksitaskreativitas bentuk reforestasi yang terjadi reforestasi yang mengandalkan standar prosedur pemerintahtidak ada inovasi hingga cenderung inovatif atau kreatif serta berkolaborasi dengan lebih banyak program pemberdayaan pemerintah lainnya. Gambar 32. Hubungan kolektivitas dan orientasi serta wujud reforestasi Berdasarkan gambaran di atas, aksi kolektif yang berbasiskan masyarakat adat komunal yang dapat dikuatkan di Biak adalah: 1. Aksi kolektif yang digerakkan oleh anggota komunitas yang didukung oleh kekuatan dari luar. Inisiatif yang ada pada masyarakat telah membuktikan bahwa kelompok ini mampu untuk mengembangkan teknik dan melalukan inovasi atas lahan-lahan yang ada. Lahan-lahan msen dapat didayagunakan untuk melakukan reforestasi. Reforestasi dilakukan menggunakan jenis-jenis yang bernilai tinggi, disamping memperhatikan eksistensi jenis-jenis kayu lain dalam tapak yang sama. Pada kelompok ini, negara dapat memberikan penguatan-penguatan pada kreativitas yang telah dilakukan kelompok.