Purely Financial Purpose atau Budgetary Purpose Fungsi anggaran. Regulatory Purpose Fungsi mengatur.

fungsi pajak, yaitu: Purely Financial Purpose atau Budgetary Purpose dan Regulatory Purpose.

a. Purely Financial Purpose atau Budgetary Purpose Fungsi anggaran.

Tujuan pertama pemungutan pajak adalah untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan oleh pemerintah uantuk membiayai pengeluaran belanja negara guna kepentingan dan keperluan seluruh masyarakat. Tujuan ini oleh penulis kontemporer disebut revenue adequacy, yaitu bahwa pemungutan pajak itu ditujukan untuk mengumpulkan penerimaan yang memadai atau yang cukup untuk membiayai belanja negara. Sebagai sumber pendapatan negara , pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

b. Regulatory Purpose Fungsi mengatur.

Tujuan-tujuan lain diluar tujuan pengumpulan sumber daya untuk membiayai kegiatan pemerintah fungsi budgeter adalah yang termasuk fungsi mengatur dari pajak. Pemungutan pajak itu harus adil. Menurut Richard Goode sebagaimana dikutif oleh Mansury 146 146 Mansyuri, Op.Cit., hal. 9. : The belief tahat the individual income tax is the fairest of all tax arises from the conviction that that accords best with ability to pay. Disamping pemungutannya yang berkeadilan, pajak juga menurut Adolf Wagner harus mempunyai fungsi mengatur kembali distribusi penghasilan redistribution of income dengan cara melakukan pemungutan pajak proggressif yang disalurkan kembali kepada anggota masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga distribusi Universitas Sumatera Utara penghasilan dapat diperbaiki menjadi lebih adil. 147 Azas yang harus dipegang teguh untuk mencapai keadilan dalam pemungutan pajak tersebut disebut juga azas keadilan atau oleh Adam Smith disebut equality priciple. Tujuan kedua sehubungan dengan fungsi mengatur adalah tujuan agar memberi kepastian hukum. Terutama dalam menyusun undang-undang pajak senantiasa perlu diusahakan, agar ketentuan yang dirumuskan jangan sampai dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda antara fiskus dan Wajib Pajak. Azas-azas pemungutan pajak oleh para ahli sudah banyak disarankan sebelum Adam Smith menerbitkan bukunya An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of Nations. Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, beberapa ahli yang mengemukakan tentang asas pemungutan pajak, antara lain Adam Smith, pencetus teori The Four Maxims. Menurut 5 . Asas Pemungutan Pajak Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal The Four Maxims, pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada empat azas yaitu: 148 a. Azas Equality and Equity, Azas ini mengandung arti persamaan dan keadilan, di mana undang-undang pajak senantiasa memberi perlakuan yang sama terhadap orang-orang yang berada 147 Musgrave, Richard A. dan Alan T. Peacok, Classics in the Theory of Public Finance, London: McMillan Company Limited New York: St. Martin’s Press Inc., hal 15. 148 Smith, Adam. 1976. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation. Book 5th. Chicago: The University of Chicago Press, hal. 350-352. Universitas Sumatera Utara dalam kondisi yang sama. Dalam hal ini di dalamnya terkandung maksud adanya larangan terhadap perlakuan diskriminatif. Dalam menganalisis kriteria keadilan, menurut Musgrave dapat dilakukan dengan 2 dua pendekatan. 149 Pendekatan kedua yaitu prinsip kemampuan untuk membayar ability to pay, yang berarti distribusi beban pajak harus sesuai dengan kemampuan ekonomis wajib pajak yang bersangkutan atau dengan kata lain pajak tersebut dibebankan kepada para Wajib Pajak berdasarkan kemampuan untuk membayar masing-masing. Pendekatan ini mempunyai keunggulan karena memasukkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat distributif, sedangkan kelemahannya tidak mempertimbangkan masalah penyediaan barang-barang publik. Keadilan dalam pemungutan pajak juga dibedakan antara keadilan horizontal dan keadilan vertikal. Menurut Joseph A. Pechman dan Pendekatan pertama yaitu prinsip manfaat benefit principle, prinsip manfaat mempunyai kelebihan karena menghubungkan sisi pengeluaran dan sisi penerimaan pajak dalam kebijakan anggaran, sedangkan kelemahannya karena tidak diikutsertakannya pertimbangan-pertimbangan yang bersifat redistributif. Pendekatan manfaat tidak dapat diterapkan secara umum atas pajak yang diperlukan untuk membiayai semua kegiatan pemerintah, melainkan hanya dapat diterapkan untuk memungut pembayaran untuk membiayai kegiatan pemerintah tertentu saja, misalnya kegiatan pemerintah di bidang public utilities. 149 Musgrave, Ricard A dan Peggy B. Musgrave. 1993. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Edisi kelima terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 247. Universitas Sumatera Utara Benyamin Okner dalam bukunya Who Bears the Tax Burden? Yang kemudian dijelaskan oleh A.B. Atkinson seperti yang dikutip oleh Mansury bahwa the concept of horizontal equity adalah mengenai beban pajak atas orang-orang yang jumlah besar penghasilannya sama besarnya tanggungannya adalah sama. 150 Harvey S. Rosen menyebutkan bahwa: 151

b. Azas Kepastian Hukum Certainty.

Dokumen yang terkait

Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 48 152

Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 42 169

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 5 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 16

Analisis Hukum Mengenai Penerapan Asas Piercing The Corporate Veil Atas Tanggung Jawab Direksi Pada Sebuah Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 19 68

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

PELAKSANAAN CSR (Corporate Social Responsibility) SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Di PT. Air Mancur).

0 0 13

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Dalam Akuisisi Suatu Perusahaan Yang Merugikan Pemegang Saham Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 1

Implikasi Ketentuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas.

0 0 1