Sejarah dan Evolusi Tanggung Jawab Sosial Perusahan CSR

BAB II PERKEMBANGAN DAN RELEVANSI TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN SERTA PENGATURANNYA DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA

A. Sejarah dan Evolusi Tanggung Jawab Sosial Perusahan CSR

Sejarah keberadaan tanggung jawab sosial perusahan Corporate Social Responsibility sebenarnya telah ada sejalan dengan perkembangan aktivitas bisnis perdagangan itu sendiri, meskipun pada saat itu tidak terdapat konsep baku mengenai hal tersebut. Bahkan dalam Kode Hammurabi 1700-an SM yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. 62 Terjadinya industrialisasi menyebabkan perubahan besar terhadap masyarakat dan lingkungan. 63 Dampak dari industrialisasi adalah pada abad ke-19, para pekerja mengalami eksploitasi secara sistemik dimana mereka memperoleh upah yang rendah, lingkungan kerja seadanya dan sangat tidak manusiawi, harus bekerja dengan disiplin militer, diberhentikan dan mengalami pengangguran. Para pemberi kerja sampai dengan tahun 1920-an berkeinginan untuk melupakan atau mengangkat eksploitasi tersebut dengan meningkatkan keadaan kerja yang lebih baik dan manusiawi. 64 62 csrjatim.org2datasejarah-csr.pdf diakses tanggal 22 Februari 2013. 63 History of Corporate Social Responsibility and Sustainability, http:www.brass.cf.ac.ukuploadsHistory_L3.pdf, diakses tanggal 22 Februari 2013. 64 Sutan Remy Sjahdeni, “Corporate Responsibility”, Jurnal Hukum Bisnis,Vol. 26, No. 3 Tahun 2007, hal. 60. Universitas Sumatera Utara Tahun 1929, terdapat pandangan bahwa bisnis dimulai sejak berabad-abad lalu sebelum permulaan dari sejarah, namun bisnis selalu berkembang dalam cakupan yang luas tanpa dapat mengantisipasi bagaimana cara mengendalikan perubahannya tersebut dan menyadari tanggung jawabnya bagi masa depan masyarakat. 65 Pada awalnya, seiring dengan kemajuan revolusi industri dan lahirnya laissez faire 66 di Eropa dan Amerika Serikat, tujuan prinsip pendirian suatu perusahaan oleh para pemegang saham hanyalah untuk mencari keuntungan. Hal ini karena adanya pengaruh teori klasik yang sedang berkembang ketika itu, sebagaimana dirumuskan oleh Adam Smith bahwa “the only duty of corporation is to make profit”. 67 Diskusi yang pertama tentang apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terjadi pada tahun 1930-an di Amerika Serikat. Saat itulah istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility CSR lahir. Merrick Lebih lanjut Adam Smith menekankan bahwa mencari keuntungan merupakan cerminan watak dari para pelaku bisnis yang menjalankannya. Sifat ramah dan memberikan pelayanan dari para pelaku usaha selalu disertai niatan pamrih atas keuntungan yang mereka harapkan dari pelanggan. 65 J.J. Asongu, “The History of Corporate Social Responsibility”, Journal of Business and Public Policy, Vol. 1 Number 2, Spring 2007, hlm. 8. Mengutip Wallace B. Donham dalam pidatonya yang disampaikan di Nort Western University, “Business started long centuries before the dawn of history, but business as we now know it is new-new in its broaddening scope, new in its social significance. Business has not learned how to handle these changes, nor does it recognize the magnitude of its responsibilities for the future of civilization.”. 66 Laissez faire adalah bahasa Prancis yang berarti “biar saja berjalan sendiri”. Pada masa ini tugas pokok negara dilukiskan sebagai negara penjaga malam nightwatch state atau hanya sebagai penjaga keamanan warga negaranya. Sedangkan terhadap segala kegiatan ekonomi diatur oleh invisible hands atau pasar yang akan menciptakan keseimbangan antara permintaan dan penawaran secara kompetitif. 67 Sofyan Djalil, Konteks Teoritis dan Praktis Corporate Social Responsibility, Jurnal Reformasi Ekonomi Vol.4 No.1 Januari-Desember 2003, hal. 4. Universitas Sumatera Utara Dodd menyatakan, bahwa perusahaan-perusahaan besar mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat karena perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai kekuatan atau kekuasaan yang besar. Sebaliknya Adolf Berle menyatakan, bahwa perusahaan itu adalah milik para pemegang sahamnya dan oleh karena itu harus mengikuti kebutuhan-kebutuhan mereka saja. Posisi yang dominan pada waktu itu menolak tanggung jawab sosial perusahan tercermin dalam undang-undang perusahaan di Amerika Serikat adalah kepentingan utama para pemegang saham. Setiap keputusan perusahaan ada di tangan para pemegang saham. 68 Tujuan perusahaan mencari keuntungan juga telah mendapat penguatan secara legal pada kasus Dodge v Ford Motor company di tahun 1919. Pada kasus ini Ford dikalahkan karena menjual mobil dengan harga murah demi memenuhi kepentingan dan kemanfaatan masyarakat umum sosial. Adof Berle menekankan perlindungan hak pemegang saham dari kecurangan para direksi machinations. Pandangan Berle ini kemudian melahirkan doktrin share holder primacy dan fiduciary duty. 69 Perkembangan konsep tanggung jawab sosial perusahan mengalami perkembangan dalam sejarah keberadaannya. Mengingat tanggung jawab sosial perusahan muncul sebagai salah satu tuntutan dari stakehoders, sebagai akibat dari hak yang dimilikinya terganggu oleh eksistensi perusahaan. Sesuai dengan 68 Erman Rajagukguk, Konsep Dan Perkembangan Pemikiran Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, www.ermanhukum.comArtikel20Hukum.htm 69 Mukti Fajar ND, Op.Cit, hal. 11. Universitas Sumatera Utara metaanalisis dan memperhitungkan karakter dekadenya perkembangan tanggung jawab sosial perusahan CSR dapat dibagi menjadi 3 tiga periode, yaitu: 70 1. Perkembangan awal tanggung jawab sosial perusahan tahun 1950 – 1960 2. Perkembangan pertengahan tahun 1970 – 1980 3. Perkembangan baru tahun 1990 - sekarang. Penggunaan istilah Corporate Social Responsibilities CSR dalam sejarah modern mulai dikenal sejak terbitnya buku Howard R. Bowen berjudul ”Social Responsibilities of the Businessmen” pada era tahun 1950-an yang mengemukakan bahwa kewajiban perusahaan untuk menetapkan tujuan bisnis yang selaras dengan tujuan dan nilai-nilai masyarakat. 71 Sejak era 1950-an hingga 1960-an, perusahaan menjalankan konsep tanggung jawab sosial dengan mengutamakan pada prinsip derma dan prinsip perwalian. Konsep tanggung jawab sosial dengan prinsip derma berasal dari kesadaran pribadi pemimpin perusahaan untuk berbuat sesuatu kepada masyarakat. Sementara prinsip perwalian menyatakan perusahaan merupakan wali yang dipercaya dalam pengelolaan sumber daya, sehingga perusahaan harus mempertimbangkan dengan seksama berbagai kepentingan dari pemangku kepentingan yang terkena dampak keputusan dan praktik operasi perusahaan. 72 Perkembangan tanggung jawab sosial perusahan berlanjut ke era tahun 1970- 1980an yang mengedepankan arus utama pemikiran Archie B. Carroll yang 70 Nor Hadi, Corporate Social Responsibility, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hal 48. 71 Archie B. Carrol, “A History of Corporate Social Responsibility: Concept andPractice”, dalam The Oxford Handbook of Corporate Social Responsibility, Great Britain: Oxford University Press, 2008, hal. 25. 72 Ibid., hal. 26. Universitas Sumatera Utara menjelaskan tanggung jawab perusahaan ke dalam empat kategori, yaitu economic responsibilities, ethical responsibilities, legal reponsibilities, dan discretionary responsibilities. 73 Perkembangan pemikiran Corporate Social Responsibilities CSR pada dekade 1980 terpengaruh oleh suatu pandangan dari The Confideration of British Industries pada tahun 1973 yang mengarahkan tanggung jawab perusahaan publik di Inggris pada dimensi etik dalam aktivitas perusahaan dan perusahaan harus terlibat dalam fungsi perusahaan, dan kewajiban moral selain mementingkan keuntungan dan tanggung jawab hukum saja. 74 Selanjutnya pada dekade tahun 1980-an pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahan diarahkan pada corporate social performance, yaitu adanya prinsip tanggung jawab sosial, kemampuan memberikan respon terhadap isu sosial di sekitar perusahaan. Selain itu, perkembangan tanggung jawab sosial perusahan juga dipengaruhi oleh peran perusahaan multinasional yang membawa variasi baru pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahan untuk dapat diterima oleh stakeholder di negara perusahaan multinasional beroperasi. 75 Pendapat yang paling kontroversial terhadap inisiasi tanggung jawab sosial perusahan datang dari Milton Friedman, pemenang Nobel Bidang Ekonomi Tahun 1976. Pernyatan Friedman yang dimuat The New York Times Magazine, 13 September 1970 mengatakan bahwa: “There is one and only one social responsibility 73 Ibid., hal. 33. 74 Kim Kercher, Corporate Social Responsibility: Impact of Globalisation and International Business, Corporate Governance eJournal, Bond University, 2007, hal. 3. 75 Archie B. Carrol, Op. Cit., hal. 34-35 Universitas Sumatera Utara of business-to use its resources and engage in activities designed to increase its profits.” 76 Inti esai tersebut adalah bahwa Friedman ingin menegaskan bahwa korporasi tidak memiliki tanggung jawab sosial. Tujuan satu-satunya dari bisnis adalah mencari keuntungan. Meminjam kata-kata Friedman, tujuan korporasi adalah mencetak uang sebanyak mungkin. Menurut Friedmen tindakan korporasi itu benar jika kegiatannya adalah bertujuan untuk menambah laba dan berarti keliru jika dilakukan tidak untuk menambah laba. Satau-satunya tanggung jawab sosial dari korporasi menurud Friedman adalah lewat peningkatan laba korporasi, sedangkan kegiatan sosial lainnya yang terkadang dilakukan oleh korporasi hanyalah window dressing saja. Social awareness adalah kepentingan dan tanggung jawab personal, bukan tanggung jawab perusahaan. 77 Tahun 1990-an merupakan periode dimana praktik tanggung jawab sosial perusahan diwarnai dengan beragam pendekatan, seperti pendekatan integral, pendekatan stakeholders maupun pendekatan civil society. Ragam pemberdayaan tersebut telah mempengaruhi praktik community development yang lebih manusiawi dengan bentuk pemberdayaan. Pada era 1990-an hingga saat ini perkembangan CSR berlandaskan pada sustainable development yang dipelopori The World Commission Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab sosial dari bisnis merusak sistem ekonomi pasar bebas. Doktrin ini juga bersifat ancaman terhadap masyarakat yang bebas dan demokratis. 76 Mukti Fajar ND, Op. Cit., hal. 11. 77 Nizam Jim Wiryawan, Perlunya Reposisi dan Revitalisasi Kebijakan Pasar Bebas Neo- Liberalis Dalam Era Kebangkitan Nasional Indonesia: Diskursus Untuk Memajukan Pebisnis Nasional Domestik Republik Indonesia, Jakarta 2008, hal.3. Universitas Sumatera Utara on Environmentand Development. 78 Salah satu terobosan besar dalam perkembangan CSR adalah apa yang dikemukan dalam buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21th Century Business, karangan John Elkington, yang memberikan terobosan besar dalam CSR. Hal ini sejalan dengan 3 tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the World Commissionon Environment and Development dalam Brundtland Report 1987. Elkington sendiri mengemas CSR dalam tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah tripple bottom lines, yaitu: 79 a. Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang b. People, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. c. Plannet, perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlangsungan keragaman hayati. Konsep triple bottom line ini cukup banyak direspon oleh banyak kalangan karena mengedepankan strategi integral dengan memadukan antara social motive dan economic motive. Guna mencapai tujuan tersebut, perusahaan-perusahaan tidak mungkin dapat bekerja secara sendirian. Harus ada keterlibatan pihak pemerintah dan masyarakat secara langsung dalam tujuan pembangunanan. Menurut Evans khususnya pemerintah negara merupakan suatu kelembagaan dan aktor sosial yang penting dalam tata kehidupan masyarakat modern. Tanpa pemerintah negara maka pasar sebagai kelembagaan kunci lain dalam kehidupan modern tidak akan mampu berfungsi dengan baik. Dalam hal ini negara dibutuhkan tidak hanya untuk menjaga 78 Archie B. Carrol, Op. Cit., hal. 34-35 79 Edi Suharto, CSR COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan di Era Globalisasi, hal 4. Universitas Sumatera Utara keteraturan sosial, tetapi juga untuk memberikan landasan bagi mekanisme pasar agar dapat berjalan dengan baik. 80 Selain itu perkembangan CSR pada era ini terjadi karena perubahan orientasi CSR yang bersifat sukarela yang tidak memiliki kaitan dengan strategi dan pencapaian tujuan jangka panjang, menjadi suatu kegiatan strategi yang memiliki keterkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan dalam jangka panjang.

B. Tanggung Jawab Perusahaan

Dokumen yang terkait

Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 48 152

Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 42 169

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 5 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 16

Analisis Hukum Mengenai Penerapan Asas Piercing The Corporate Veil Atas Tanggung Jawab Direksi Pada Sebuah Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 19 68

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

PELAKSANAAN CSR (Corporate Social Responsibility) SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Di PT. Air Mancur).

0 0 13

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Dalam Akuisisi Suatu Perusahaan Yang Merugikan Pemegang Saham Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 1

Implikasi Ketentuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas.

0 0 1