Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

perundangundangan tidak diperhatikan teknik penyusunan peraturan perundangundangan, maka peraturan perundang-undangan yang dihasilkan termasuk peraturan perundang-undangan yang tidak baik. Teknik penyusunan peraturan perundang-undangan meliputi kerangka peraturan perundang-undangan, hal-hal khusus, ragam bahasa dan bentuk peraturan perundang-undangan. Teknik penyusunan peraturan perundang-undangan tertuang dalam lampiran Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.

2. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Di samping perlu memiliki landasan, peraturan perundang-undangan juga perlu memperhatikan asas-asas peraturan perundang-undangan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, yakni nilai-nilai yang dijadikan pedoman dalam penuangan norma atau isi peraturan ke dalam bentuk dan susunan peraturan perundang-undangan yang diinginkan, dengan penggunaan metode yang tepat dan mengikuti prosedur yang telah ditentukan. 189 Asas-asas hukum dalam pembentukan peraturan perundang-undangan menurut Paul Scholten seperti di kutip oleh I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a adalah untuk dapat melihat benang merah dari system hukum positif yang ditelusuri dan diteliti. Asas-asas hukum ini juga dapat dijadikan patokan bagi pembentuk dari 189 I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-Undangan Di Indonesia, Bandung, PT. Alumni, 2008, hal. 81. Universitas Sumatera Utara cita hukum rechtsidee yang telah disepakati bersama. 190 Namun secara teoretikal asas-asas hukum bukanlah aturan hukum rechtsregel, sebab asas-asas hukum tidak dapat diterapkan secara langsung terhadap suatu peristiwa kongkret dengan menganggapnya sebagai bagian dari norma hukum. Meskipun demikian, asas-asas hukum tetap diperlukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan karena hukum tidak dapat dimengerti tanpa asas-asas hukum. 191 I.C Van Der Vlies dalam bukunya het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving membagi asas-asas dalam pembentukkan peraturan negara yang baik beginselen van behoorlijke regelgeving ke dalam asas-asas yang formal dan yang material. 1. Asas-asas Formal meliputi: a. Asas tujuan yang jelas beginsel van duidelijke doelstelling b. Asas organlembaga yang tepat beginsel van het juiste orgaan c. Asas perlunya pengaturan het noodzakelijkheids beginsel d. Asas dapatnya dilaksanakan het beginsel van uitvoerbaarheid e. Asas konsensus het beginsel van consensus 2. Asas-asas material meliputi : a. Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar het beginsel van duidelijke terminologi en duidelijke systematiek b. Asas tentang dapat dikenali het beginsel van de kembaarheid c. Asas perlakuan yang sama dalam hukum het rechtsgelijheids beginsel d. Asas kepastian hukum het rechtszekerheidsbeginsel e. Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual het beginsel van de induviduele rechs bedeling 192 190 Ibid., hal. 82. 191 A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintah Negara; Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV, Disertasi Doktor Universitas Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 302 192 Maria Farida Indrati, IlmuPerundang-Undangan-Jenis, Fungsi dan Materi Muatan, Yogyakarta:Kanisius 2007 hal. 253-254. Universitas Sumatera Utara Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto yang memperkenalkan enam asas perundang-undangan sebagaimana dikutip oleh Rosjidi Ranggawidjaja, yaitu: 193 1 Undang-undang tidak berlaku surut, 2 Undang-undang yang dibuat oleh Penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula, 3 Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang bersifat umum Lex specialis derogat Lex generali, 4 Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undangundang yang berlaku terdahulu Lex posteriore derogat lex priori, 5 Undang-undang tidak dapat diganggu gugat, 6 Undang-undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat maupun individu, melalui pembaharuan atau pelestarian asas Welvaarstaat. Selanjutnya menurut pendapat Amiroeddin Syarif seperti dikutip oleh B. Hestu Cipto Handoyo mengemukakan adanya lima asas perundang-undangan yaitu: a Asas tingkatan hirarkhis; b Undang-undang tak dapat diganggu gugat; c Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan Undang-undang yang bersifat umum Lex specialis derogat lex generalis; d Undang-undang tidak berlaku surut; dan e Undang-undang yang baru menyampingkan Undang-undang yang lama Lex posteriori derogat lex priori. 194

C. Sinkronisasi Peraturan Perundang-undangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinkron berarti pada waktu yang sama, serentak, sejalan, sejajar, sesuai, selaras. Sinkronisasi yaitu perihal menyinkronkan, penyerentakan, dan sama juga dengan kata harmonisasi yaitu upaya mencari keselarasan. 195 193 B. Hestu Cipto Handoyo, Op. Cit., hal. 81 Dalam bahasa Indonesia istilah yang hampir sama maknanya 194 Rosjidi Ranggawidjaja, Op. Cit., hal. 47. 195 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, Jakarta, 2005. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 48 152

Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 42 169

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 5 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 16

Analisis Hukum Mengenai Penerapan Asas Piercing The Corporate Veil Atas Tanggung Jawab Direksi Pada Sebuah Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 19 68

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

PELAKSANAAN CSR (Corporate Social Responsibility) SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Di PT. Air Mancur).

0 0 13

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Dalam Akuisisi Suatu Perusahaan Yang Merugikan Pemegang Saham Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 1

Implikasi Ketentuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas.

0 0 1