karena dapat diterima secara wajar oleh masyarakat dan kemungkinan dapat berlaku untuk jangka waktu yang panjang.
188
a. Dasar Filosofis. Terkait dengan apa yang diharapkan dari peraturan perundang-
undangan, misalnya untuk menjamin keadilan, ketertiban, kesejahteraan, dan sebagainya. Dasar filosofis biasanya menyangkut masalah cita hukum
rechtsidee, yang tumbuh dari sistem nilai dalam masyarakat mengenai baik dan buruk, hubungan individual dan kemasyarakatan, kebendaan, kedudukan wanita,
dan sebagainya. Dasar filosofis peraturan perundang-undangan adalah Pancasila, oleh karena itu setiap pembentukan peraturan perundang-undangan seharusnya
memperhatikan secara sunguh-sungguh cita hukum atau nilai yang terkandung dalam Pancasila.
b. Dasar sosiologis. Terkait dengan kondisi atau kenyataan yang hidup dalam
masyarakat. Kenyataan yang hidup dalam masyarakat dapat berupa kebutuhan, tuntutan atau masalah yang dihadapi. Dengan memperhatikan dasar sosiologis
diharapkan peraturan perundang-undangan yang dibuat akan diterima dan ditaati oleh masyarakat secara wajar, tanpa ada paksaan. Peraturan perundang-undangan
yang diterima dan ditaati secara wajar akan mempunyai daya laku yang lebih efektif, karena tidak diperlukan daya paksa dan alat pemaksa.
c. Dasar yuridis . Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan dasar
yuridis, yaitu pertama, keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan
188
Direktorat Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kajian Harmonisasi Peraturan Perundang- undangan Dalam Mendukung Pembangunan Nasional, Jakarta, 2005.
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan. Artinya, setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh badan atau pejabat yang berwenang. Apabila suatu peraturan perundang-
undangan dibuat oleh badan atau pejabat yang tidak berwenang, maka peraturan perundang-undangan tersebut batal demi hukum. Sebagai konsekuensi hukumnya,
peraturan perundang-undangan tersebut dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal secara hukum. Kedua, keharusan adanya kesesuaian antara bentuk
atau jenis peraturan perundang-undangan dengan materi yang diatur. Ketidaksesuaian antara jenis dan materi ini dapat menjadi alasan untuk
dibatalkannya peraturan perundang-undangan tersebut. Ketiga, keharusan mengikuti tata cara atau prosedur tertentu. Apabila tata cara atau prosedur
tersebut tidak diikuti, peraturan perundang-undangan tersebut mungkin batal demi hukum atau tidakbelum mempunyai kekuatan hukum mengikat. Keempat,
keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
d. Teknik perancang peraturan perundang-undangan . Hal yang tidak kalah