Pengaturan Biaya CSR Menurut UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM

Sumbangan Pembinaan Olahraga, dan Biaya Pembangunan Infrastruktur Sosial Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto.

1. Pengaturan Biaya CSR Menurut UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM

Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen . Dalam bahasa Inggris , PPN disebut Value Added Tax VAT atau Goods and Services Tax GST. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain pedagang yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak konsumen akhir tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 sepuluh persen. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah UU No. 8 Tahun 1983 berikut sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009 . 170 Dalam general report yang dimuat dalam buku cashiwers de droit Fiscal International volume LXVIIIb tahun 1983, Hans George Ruppe, seorang guru besar Hukum Fiscal dan Direktur The Institute for Financial Law of The University of Graz, Austria mengatakan bahwa pada hakekatnya konsepsi Pajak Pertambahan Nilai 170 http:id.wikipedia.orgwikiPajak_pertambahan_nilai Universitas Sumatera Utara semata-mata mengandung pengertian sebagai suatu tata cara pemungutan pajak, dari pada sebagai suatu jenis pajak. 171 Demikian pula Ben Terra, 172 Pada tahun 1916, dalam pertengahan perang Dunia I, Jerman menutup dana yang sangat besar untuk membiayai perang dengan jalan menerapkan the Stamp Sales Tax yang pada waktu itu merupakan pilihan yang cukup menarik. Namun demikian, dibalik itu terdapat sisi gelap dari Pajak Penjualan dan Pajak Peredaran Turnover taxOmzet blasting, yaitu sifat kumulatif yang melekat padanya. Sifat inilah yang mereshkan dunia usaha di Jerman dalam tahun 1919. The Satamp Sales Tax yang Guru Besar Hukum di universitas Amsterdam dan Leyden, di dalam bukunya yang mengupas tentang Pajak Pertambahan Nilai di Masyarakat Ekonomi Eropa yang diberi judul Sales Taxation antara lain menyatakan bahwa Sales Taxation can be levied in various ways, for examples, in a direct way, or in direct way as a retail sales tax or a value added tax. Secara meluas Pajak Pertambahan Nilai diterapkan di Eropah pada pertengahan dan abad-abad erikutnya, terutama di Spanyol diterapkan dengan nama “alcabala” dalam abad ke-14 dan kemudian diterapkan di beberapa negara lain yang berada dibawah pengaruhnya. Pemerintah Spanyol berusaha menerapkan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 10 the tenth penny di Belanda selaku salah satu propinsinya, yang berakibat membawa ke arah revolusi yang melahirkan kemerdekaan Belanda. 171 Untung Sukardji, Pajak Pertmbahan Nilai, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 9 172 Ibid. Universitas Sumatera Utara diterapkan dalam tahun 1916, pada tahun 1918 dikembangkan lagi menjadi “General Turnover Tax” yang dikenakan atas seluruh penyerahan barang dan jasa yang dilakukan oleh pengusaha. Dilihat dari system pemungutannya, pajak peredaran yang diterapkan init tergolong the multi stage gross turnover tax sehingga bersifat kumulatif. Oleh karena itu banyak pengusaha yang melakukan protes terhadap pemerintah. Setelah melalui perjalan waktu yang cukup panjang, baru pada tanggal 1 Januari 1968, Jerman menerapkan Consumption Type Value Added Tax sebagai pengganti turnover tax. Prancis merupakan negara Eropa pertama yang mengadopsi VAT sampai tingkat pedagang besar pada tahun 1954, mendahului Jerman sebagai pencetus pertama ide VAT. Di Asia Vietnam adalah negara pertama yang menerapakan VAT, pada tahun 1973, kemudian disusul oleh Korea pada tahun 1977, Republik Rakyat Cina Pada tahun 1984, sedangkan Indonesia menerapkan VAT mulai tahun 1985 bersamaan dengan Turki. 173 Sebagaimana halnya dengan UU PPh, UU PPN telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dilakukan perubahan dengan dikeluarkannya UU Nomor 42 Tahun 2009 yang merupakan perubahan keempat atas UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nialai PPN barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM. Pemakaian sendiri BKP danatau JKP atau 173 Khadka, Rup Bahadur: VAT in Asia and the Pacific Region, Asian Pacific Tax and Investment Research Centre, Singapor, 1998, hal 9 Universitas Sumatera Utara Pemberian Cuma-cuma adalah objek PPN sebagaimana tertera dalam batang tubuh UU PPN Pasal 1A, yaitu: 1 Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah: a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian; b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli danatau perjanjian sewa guna usaha leasing; c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang; d. pemakaian sendiri danatau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak; e. Barang Kena Pajak berupa persediaan danatau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan; f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya danatau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang; g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; dan h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak. 2 Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah: a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud a Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang; Universitas Sumatera Utara b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang; c. Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak terutang; d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 8 huruf b dan huruf c. Pasal 4A 1 Dihapus. 2 Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut: a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya; b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak; c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan d. uang, emas batangan, dan surat berharga. 3 Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. jasa pelayanan kesehatan medis; b. jasa pelayanan sosial; c. jasa pengiriman surat dengan perangko; d. jasa keuangan; e. jasa asuransi; f. jasa keagamaan; g. jasa pendidikan; h. jasa kesenian dan hiburan; i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan dara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri; k. jasa tenaga kerja; l. jasa perhotelan; m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum; n. Jasa penyediaan tempat parkir; o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan q. Jasa boga atau katering Berdasarkan ketentuan tersebut pelaksanaan kegiatan CSR berupa pemberian barang kena pajak atau memberikan produknya secara gratis atau membagikan hadiah kepada masyarakat tetap terutang PPN sebesar 10 sepuluh persen dari nilai barang yang diberikan yang termasuk dalam kategori pemakaian sendiri danatau pemberian Universitas Sumatera Utara cuma-cuma atas Barang Kena Pajak, kecuali barang yang disumbangkan merupakan adalah jenis barang yang tidak dikenakan PPN. Demikian juga dengan pemberian jasa tetap terutang PPN sebesar 10 sepuluh persen, kecuali jasa yang diberikan merupakan jasa yang tidak dikenakan PPN seperti pemberian pelayanan kesehatan, jasa pelayanan sosial dan jasa pendidikan.

C. Insentif Pajak atas Biaya CSR di Beberapa Negara

Dokumen yang terkait

Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 48 152

Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 42 169

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 5 16

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 2 16

Analisis Hukum Mengenai Penerapan Asas Piercing The Corporate Veil Atas Tanggung Jawab Direksi Pada Sebuah Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 19 68

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

PELAKSANAAN CSR (Corporate Social Responsibility) SEBAGAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Studi Di PT. Air Mancur).

0 0 13

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Dalam Akuisisi Suatu Perusahaan Yang Merugikan Pemegang Saham Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 1

Implikasi Ketentuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas.

0 0 1