Perbedaan Penerapan Metode Guided Discovery Learning dan Metode

123 3,623 2,030. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Guided Discovery Learning efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada mata pelajaran matematika materi bilangan pecahan.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Perbedaan Penerapan Metode Guided Discovery Learning dan Metode

Konvensional terhadap Minat Belajar Siswa Pengamatan data hasil minat belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan perbedaan. Perbedaan pada minat belajar siswa di kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan adanya perbedaan minat belajar siswa antara yang dalam proses pembelajarannya menerapkan metode Guided Discovery Learning dan konvensional. Salah satu ciri pembelajaran yaitu adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suasana edukatif Setijowati, 2013: 2. Oleh karena itu, keaktifan guru harus disertai dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya tumbuh dari dalam diri siswa yaitu berupa gejala psikologis. Tidjan 1976 dalam Suyono dan Hariyanto 2015: 177, menyatakan gejala psikologis sebagai minat yang menunjukkan perasaan senang terhadap suatu objek. Perasaan senang yang timbul pada diri siswa menunjukkan bahwa siswa berminat dalam pembelajaran. Minat dalam diri siswa dapat tumbuh salah satunya dengan penggunaan metode Guided Discovery Learning, dalam tahap pelaksanaan metode Guided Discovery Learning terdapat komponen pembelajaran yang merangsang minat siswa, sehingga siswa berminat terhadap pembelajaran. Komponen pembelajaran 124 tersebut yaitu menarik perhatian siswa, mendorong interaksi siswa, dan memberikan pengalaman yang darinya pengetahuan dapat dikontruksi. Ketiga komponen pembelajaran tersebut, memiliki pengaruh besar terhadap minat siswa dalam pembelajaran. Kegiatan menarik perhatian siswa, kegiatan ini bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi siswa dengan cara guru memberikan apresepsi yang unik dan mengasyikan, dengan demikian perhatian siswa akan terpusat kepada guru. Hal ini baik dilaksanakan sebagai persiapan siswa menghadapi pembelajaran. Kemudian, kegiatan mendorong interaksi sosial, melalui kegiatan ini siswa diberikan keleluasaan untuk mengemukakan pendapat, menjawab, dan mengajukan pertanyaan, sehingga siswa lebih tertantang dan tertarik terhadap pembelajaran. Selanjutnya, kegitan memberikan pengalaman untuk mengkontruksi pengetahuan, kegiatan ini bisa menumbuhkan minat siswa dengan memberikan pengalaman yang dekat dengan kehidupan siswa, misalnya kegiatan siswa di rumah, di sekolah dan di masyarakat. Hal tersebut yang menjadikan minat di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Kriteria minat siswa dalam pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan pada empat dimensi minat belajar, yakni: 1 kesukaan, 2 ketertarikan, 3 perhatian, dan 4 keterlibatan. Keempat dimensi minat belajar ini kemudian dijabarkan menjadi sembilan indikator, yakni: 1 gairah, 2 inisiatif, 3 responsif, 4 kesegeraan, 5 konsentrasi, 6 ketelitian, 7 kemauan, 8 keuletan, dan 9 kerja keras, Sudaryono, dkk, 2013: 90. Kesembilan indikator ini kemudian dijabarkan ke dalam 19 deskriptor yang digunakan untuk membuat instrumen penelitian. 125 Berdasarkan hasil nilai indeks angket minat belajar siswa kelas eksperimen, diperoleh hasil indikator tertinggi pada indikator ‘konsentrasi” dengan nilai indeks sebesar 87,50, sedan gkan yang terendah pada indikator “kesegeraan” dengan nilai indeks sebesar 72,57. Indikator tertinggi kelas kontrol terdapat pada indikator “inisiatif” dengan nilai indeks sebesar 73,96, sedangkan nilai indeks terendah pada indikator “ketelitian” dengan nilai indeks sebesar 67,37. Berdasarkan data nilai indeks tiap indikator tersebut dapat dianalisis sebagai berikut, nilai indeks indikator tertinggi kelas eksperimen pada indikator “konsentrasi” dibandingkan dengan kelas kontrol, terdapat selisih sebesar 17,01, selanjutnya indikator terendah kelas eksperimen pada indikator “kesegeraan” dibandingkan dengan kelas kontrol terdapat selisih sebesar 1,38. Indikator tertinggi kelas kontrol terdapat pada indikator “inisiatif” dibandingkan dengan kelas eksperiemen, terdapat selisih sebesar -11.45, selanjutnya indikator terendah kelas kontrol pada indikator “ketelitian” dibandingkan dengan kelas eksperimen, terdapat selisih -17,71. Selanjutnya, dilakukan perbandingan nilai deskriptor minat belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol. Deskriptor minat belajar kelas eksperimen yang paling tinggi yaitu pada deskriptor “Saya memperhatikan guru yang sedang memberikan pelajaran” dengan nilai indeks 93,05. Deskriptor terendah terletak pada deskriptor “Saya menggunakan waktu luang di rumah untuk bermain bersama teman- teman” dengan nilai indeks 65,98. Deskriptor minat belajar kelas kontrol tertinggi pada deskriptor ”Saya belajar dengan tekun agar mendapatkan nilai yang baik” dengan nilai indeks 81,25. Deskriptor terendah terletak pada deskriptor 126 “Saya menggunakan waktu luang di rumah untuk bermain bersama teman-teman” dengan nilai indeks 55,56. Dari data nilai indeks tersebut terdapat kesamaan pada deskriptor terendah kelas eksperimen dan kontrol, yaitu deskriptor “Saya menggunakan waktu luang di rumah untuk bermain bersama teman- teman” pada indikator kerja keras. Hal ini karena siswa di kedua kelas tersebut kurang diberikan tugas dan latihan soal. Kemudian deskriptor tertinggi di kelas eksperimen yaitu deskriptor “Saya memperhatikan guru yang sedang memberikan pelajaran” dibandingkan dengan kelas kontrol memiliki perbedaan yang signifikan dengan selisih nilai indeks 22,21, hal ini karena siswa kelas eksperimen mengkontruksi pengalaman mereka menjadi pengetahuan, dan guru mendorong siswa untuk membuat abstraksi, kedua hal ini terdapat dalam komponen pembelajaran Guided Discovery Learning, sedangkan nilai indeks deskriptor tertinggi kelas kontrol terdapat pada deskriptor “Saya belajar dengan tekun agar mendapatkan nilai yang baik” dibandingkan dengan kelas eksperimen, terdapat selisih sebesar -5,56. Berdasarkan hasil analisis data nilai indeks masing-masing indikator, diperoleh nilai rata-rata presentase minat belajar siswa kelas eksperimen sebesar 81,64, nilai tersebut termasuk dalam kriteria sedang, sedangkan kelas kontrol hanya memperoleh nilai rata-rata sebesar 70,30 dan tergolong kriteria rendah. Hal ini berarti terdapat perbedaan minat belajar yang signifikan antara yang proses pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery Learning, dengan yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu, perbedaan minat belajar siswa ini, dapat diketahui melalui uji hipotesis penelitian. 127 Pengujian hipotesis yang menyatakan perbedaan minat belajar siswa, diperoleh hasil t hitung t tabel 5,3111,994, dan nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,000 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, atau terdapat perbedaan minat belajar siswa antara yang pembelajarannya menggunakan metode Guided Discovery Learning dan yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

4.4.2 Perbedaan Penerapan Metode Guided Discovery Learning dan Metode