dengan kelas kontrol, dan pengembangan sikap antara sebelum dengan sesudah pembelajaran kimia pada sub pokok bahasan pencemaran lingkungan
yang terintegrasikan nilai agama pada kelas eksperimen mengalami peningkatan pengembangan sikap yang signifikan. Selain itu juga ditemukan
bahwa melalui pembelajaran kimia yang terintegrasi nilai agama, siswa lebih kreatif, berani mengemukakan pendapat dan peduli terhadap isu-isu
pencemaran lingkungan yang ada di masyarakat. Selain itu, Intan Nuridian dalam Skripsinya yang berjudul Pengaruh
Integrasi Nilai-Nilai Akhlak Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Sikap Siswa Dari penelitian ini diperoleh temuan integrasi nilai-nilai akhlak pada
membelajaran kimia berpengaruh positif meningkatkan tiga aspek yang terlibat di dalam sikap seperti kognitif, afektif, dan konatif. Pada aspek
kogintif menyadari pentingnya belajar kimia peningkatan rata-rata sebanyak 7,51. Pada aspek afektif menyenangi kegiatan pembelajaran kimia
peningkatan rata-rata sebanyak 11,34. Pada aspek behaviorkonatif terdorong untuk mempelajari kimia lebih lanjut peningkatan rata-rata
sebanyak 12,92, mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT peningkatan rata-rata sebanyak 12,35, terdorong untuk berbuat baik kepada diri sendiri
dan orang lain peningkatan rata-rata sebanyak 11,43, terdorong untuk menjaga dan melestarikan alam semestalingkungan hidup peningkatan
sebanyak rata-rata 4,75.
C. Kerangka Pikir
Pada umumnya, pembelajaran yang diterapkan sebagian besar guru belum dapat memberikan pengaruh dan manfaat langsung bagi siswa dalam
kehidupannya sehari-hari. Siswa hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh guru dan mengeluarkan pengetahuan tersebut pada saat ujian
untuk mendapatkan nilai yang tinggi berorientasi pada aspek kognitif, tanpa mengetahui manfaat dari pengetahuan tersebut. Sehingga pembelajaran berjalan
tanpa meninggalkan sesuatu yang berarti bagi diri siswa. Hal tersebut dapat
mengakibatkan pembelajaran yang dialami siswa tidak bermakna dan siswa menjadi sosok yang kurang peka terhadap lingkungan.
Kondisi yang ada di sekolah saat ini umumnya nilai-nilai yang diterapkan dalam materi pembelajaran adalah nilai praktis dan nilai intelektual. Nilai
pendidikan, nilai sosial-politik dan nilai religius belum diintegrasikan dalam materi pembelajaran. Pada umumnya pengintegrasian nilai-nilai religi agama
dan nilai-nilai moral hanya dilakukan oleh guru agama atau pada saat pelajaran agama saja, sementara jam pelajaran yang tersedia untuk pelajaran agama dalam
sekolah hanya dua jam tiap minggunya. Kondisi ini didukung dengan guru mata pelajaran lain yang seolah tidak mempunyai beban tugas untuk mengintegrasikan
nilai agama dan nilai moral dalam pembelajaran dan mereka sibuk dengan materi dan mata pelajarannya masing-masing. Hal ini mengindikasikan bahwa orientasi
pendidikan yang selama ini berlangsung hanya mengedepankan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotor.
Salah satu kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari ilmu kimia adalah siswa menganggap kimia merupakan ilmu yang abstrak dan membosankan
karena dirasakan tidak terdapat manfaat langsung dari pelajaran tersebut. Sehingga sangat besar peranan guru dalam menentukan metode pembelajaran
kimia yang tidak membosankan siswa dan bersifat konkret yang dikaitkan dengan kehidupan siswa. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya guru mengkaitkan
nilai-nilai kehidupan pada pelajaran kimia sehingga dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasinya.
Salah satu usaha yang dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan proses belajar yang bermakna pada diri siswa yaitu melalui pemilihan strategi
pembelajaran dan pendekatan. Pendekatan yang tepat adalah pendekatan kontekstual, yang dapat mendorong siswa untuk mengaitkan materi yang sedang
dipelajari dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat memahami materi bukan semata-mata dari guru, melainkan membuat hubungan pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannnya dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari pembelajaran tersebut tidak hanya pada aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek
afektif. Apabila apa yang dipelajari oleh siswa dinilai bermanfaat, siswa akan
termotivasi untuk mempelajari lebih lanjut untuk memperoleh pengetahuan sehingga belajar merupakan hal yang menyenangkan dan menantang.
Pendekatan kontekstual yang mengintegrasikan nilai adalah pembelajaran yang menawarkan guru untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks
kehidupan siswa sehari-hari. Pendekatan kontekstual ini akan mempermudah guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai karena guru akan menganalogikan berbagai
contoh dalam kehidupan siswa sehari-hari yang dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari siswa. Nilai-nilai yang diintegrasikan dalam pembelajaran yang
bertujuan untuk memadukan dzikir dan pikir pun dengan sendirinya akan tercapai. Dalam hal ini, diharapkan pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Serta berpengaruh
positif dalam rangka menanamkan nilai-nilai keimanan dan dapat membentuk serta membina sikap siswa yang berakhlak mulia.
Berdasarkan kerangka pikir di atas, jika guru menerapkan pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual maka hasil belajar siswa
akan meningkat yaitu pada aspek kognitif dan afektif serta membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
D. Hipotesis