kesetimbangan. 3.
Menjelaskan tetapan
kesetimbangan 40,0
100,0 25,0
95,0 30,0
80,0 4.
Menghitung harga Kc dan Kp berdasarkan konsentrasi zat dalam
kesetimbangan dan tekanan parsial gas pereaksi dan hasil pereaksi
pada keadaan setimbang dan menghitung Kc berdasarkan Kp.
11,6 76,7
15,0 70,8
21,6 68,3
5 Menafsirkan
data percobaan
mengenai konsentrasi pereaksi dan hasil
reaksi pada
keadaan setimbang
untuk menentukan
derajat disosiasi
dan tetapan
kesetimbangan 10,0
90,0 45,0
80,0 30,0
70,0
6. Menjelaskan kondisi optimum
untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang didasarkan
pada reaksi kesetimbangan melalui diskusi.
20,0 100,0
15,0 75,0
40,0 100,
Berdasarkan tabel 14. pada kelompok atas terjadi peningkatan yang signifikan yaitu yaitu pada indikator 3 dan 6 dimana terjadi peningkatan
hingga 100, pada kelompok tengah peningkatan yang signifikan hingga 95 terjadi pada indikator 3. Sedangkan pada kelompok bawah peningkatan yang
signifikan hingga 100 terjadi pada indikator 6. Setelah perlakuan yang diberikan kepada masing-masing kelompok. Kelompok atas, tengah, dan
bawah mengalami peningkatan signifikan yaitu 6 indikator, semua indikator tercapai diatas 50. Berdasarkan persentase siswa yang menjawab benar tiap
indikator diatas, dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing kelompok mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari 6 indikator sudah tercapai.
C. Interpretasi Data dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan data penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kimia
bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada diagram distribusi frekuensi hasil
belajar siswa sebelum perlakuan adalah sebagai berikut :
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
9,5 - 17,5
17,5 - 25,5
25,5 - 33,5
33,5 - 41,5
41,5 - 49,5
49,5 - 57,5
Batas Nyata Gambar. 2. Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sebelum
Perlakuan
Berdasarkan diagram batang diatas menunjukkan bahwa persentase siswa terbanyak pada rentang 17,5 – 25,5 sebanyak 20 siswa, selanjutnya
rentang nilai 33,5 – 41,5 sebanyak 8 siswa, rentang 9,5 – 17,5 sebanyak 6 siswa dan rentang nilai 49,5- 57,5 sebanyak 1 siswa. Dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar sebelum perlakuan dari 40 siswa belum mencapai SKBM yaitu rentang nilai diatas 65.
Adapun Hasil belajar siswa setelah perlakuan dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
F re
k u
en si
3 4
8 12
5 8
2 4
6 8
10 12
44,5 - 52,5
52,5 - 60,5
60,5 - 68,5
68,5 - 76,5
76,5 - 84,5
84,5 - 92,5
Batas Nyata
Gambar 3. Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Sesudah Perlakuan
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa persentase siswa terbanyak pada rentang 68,5 – 76,5 sebanyak 12 siswa, selanjutnya rentang
nilai 60,5 – 68,5 sebanyak 8 siswa, rentang 84,5 – 92,5 sebanyak 8 siswa, rentang nilai 76,5 – 84,5 sebanyak 5 siswa, 52,5 – 60,5 sebanyak 4 siswa dan
rentang 44,5 – 52,5 sebanyak 3 siswa. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar setelah perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 85 dari
jumlah siswa telah mencapai SKBM. Selain itu berdasarkan rata-rata hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia terdapat pengingkatan yaitu
rata-rata sebelum perlakuan 26,5 sedangkan rata-rata hasil belajar siswa setelah perlakuan 71,7. Maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada
konsep kesetimbangan kimia yaitu peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif. Dari pengujian homogenitas F
hitung
lebih kecil dari F
tabel
maka datanya homogen. Sementara itu, dari pengujian normalitas didapat L
hitung
sebesar 0,08, sedangkan L
tabel
sebesar 0,14, karena L
hitung
lebih kecil dari L
tabel
maka distribusi datanya normal. Selanjutnya pada uji t diperoleh t
hitung
sebesar 20,5 dan t
tabel
sebesar 1,98, karena t
hitung
lebih besar dari t
tabel
maka Ho ditolak. Ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa pada
materi Kesetimbangan Kimia.
F re
k u
en si
Dari hasil pretes dan postes didapatkan kemajuan hasil belajar yang signifikan yaitu pada pretes didapatkan nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 55,
sedangkan pada postes nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 90. Pada Standar Ketuntasan Belajar Minimal SKBM yang ditetapkan untuk mata pelajaran
kimia adalah 65. Rentangan nilai adalah 10 nilai terendah dan 100 untuk nilai tertinggi yang diharapkan. Dari hasil postes diketahui bahwa nilai tertinggi
yang dicapai siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 50. Diantara 40 orang siswa yang mendapatkan nilai 65 ke atas memenuhi batas SKBM adalah 33
siswa 82,5, sedangkan 7 siswa 17,5 belum mencapai batas SKBM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran
kimia bernunsa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh tersebut disebabkan melalui pembelajaran kimia bernuansa
nilai dengan pendekatan kontekstual, guru mendorong siswa untuk memahami materi kesetimbangan kimia dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa terlibat langsung dalam kegiatan praktikum dan diskusi. Dalam kegiatan praktikum dan diskusi siswa berusaha
memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramlawati dan
Nurmadinah dalam jurnalnya “Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Setting Kooperatif untuk meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI
IPA 3 SMA Negeri Takalar”, dapat disimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar pada siklus 1 skor rata-rata prestasi belajar kimia siswa sebesar 68,85
dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 24 siswa dan pada siklus 2 skor rata-rata sebsar 75,51 dengan siswa yang tuntas belajar sebanyak 37
orang. Berdasarkan hasil observasi, disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar kimia semakin meningkat, perhatian siswa terhadap
proses belajar mengajar kimia semakin meningkat yaitu ditandai dengan perubahan sikap siswa terlihat semakin berkurangnya aktivitas lain pada
proses pembelajaran serta keberanian dan motivasi siswa semakin meningkat yaitu ditandai dengan banyak siswa yang angkat tangan untuk mengerjakan
soal di depan kelas.
112
Hal tersebut senada dengan penelitian Damriani 2006 bahwa berdasarkan hasil penlitian dan observasi, diperoleh bahwa
pembelajaran dengan menggunakan contextual teaching dan learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Rata-rata pada aktivitas siswa
yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 sebesar 83,67, pada siklus 2 sebesar 90,14 dan pada siklus 3 sebesar 94,2. Sedangkan rata-rata
hasil belajar siswa untuk setiap aspek yang dinilai pada siklus 1 sebsar 74,2, pada siklus 2 sebesar 83,67 dan 87,4 pada siklus 3.
113
Dari angket siswa untuk mengetahui hasil belajar afektif, diperoleh respon positif pada tahap penerimaan, respon dan penilaian. Adapun beberapa
indikator yang berkaitan dengan nilai-nilai yang ditanamkan pada konsep Kesetimbangan Kimia antara lain : menyadari pentingnya belajar kimia
menghasilkan rata-rata 64,3, menyenangi kegiatan pembelajaran bernuansa nilai menghasilkan rata-rata 62,8, mensyukuri nikmat dan karunia Allah
SWT menghasilkan rata-rata 63,25, menghindari pergaulan yang buruk 64,16, dan terdorong untuk peduli terhadap sesama menghasilkan rata-rata
62,8. Berdasarkan persentase setiap indikator pada ranah afektif, disimpulkan bahwa pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan
kontekstual berpengaruh positif. Adapun nilai-nilai yang ditemukan dalam pembelajaran kimia
bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual pada konsep kesetimbangan kimia adalah nilai sosial, nilai agama, dan nilai praktis. Nilai agama meliputi
sikap saling tolong-menolong antara sesama, mensyukuri nikmat yang telah Allas SWT telah berikan kepada manusia yaitu berupa keseimbangan alam
beserta isinya serta kepedulian sosial. Nilai sosial yang terdapat dalam pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual yaitu
manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain maka sudah seyogyanya manusia harus berinteraksi dengan masyarakat
dalam kehidupannya, selain itu juga manusia harus pandai dalam berinteraksi
112
Ramlawati dan Nurmadinah, ”Penerapan...
113
Damriani, “Meningkatkan …h.22.
karena sikap manusia juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan nilai praktis yang terdapat dalam pembelajaran kimia bernuansa
nilai dengan pendekatan kontekstual yaitu aplikasi dari konsep kesetimbangan kimia dalam kehidupan yaitu pada bidang industri antara lain pada proses
pembuatan amonia Proses Haber Bosch dan asam sulfat Proses Kontak. Dalam proses tersebut menggunakan prinsip kesetimbangan kimia yaitu
pergeseran kesetimbangan kimia yang dipengaruhi oleh empat faktor. Hasil dari proses
tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Peneliti juga melakukan wawancara sehingga data tersebut dapat
dijadikan sebagai data penunjang hasil penelitian. Menurut siswa, pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan nilai dan kehidupan menarik,
dapat memotivasi untuk belajar kimia dan mengubah pandangan mereka tentang pelajaran kimia yang penuh dengan perhitungan menjadi pelajaran
kimia yang menyenangkan karena dapat dikaitkan dengan kehidupan mereka. Sebagian besar siswa tertarik dengan pembelajaran kimia bernuansa nilai
dengan pendekatan kontekstual karena untuk pertama kalinya siswa mempelajari materi kimia yang dikaitkan dengan nilai dan peristiwa sehari-
hari. Penanaman nilai melalui tayangan film, memberikan pengaruh yang positif pada diri siswa yaitu siswa merasa termotivasi untuk meningkatkan
hasil belajar. Selain itu, pembelajaran kimia bernuansa nilai menjadikan pembelajaran tidak monoton karena siswa dilibatkan dalam kegiatan diskusi
dan praktikum. Namun sehubungan dengan nilai-nilai yang ditanamkan pada
pembelajaran kimia bernuansa nilai, menurut sebagian besar siswa belum sepenuhnya dapat dilakukan karena membutuhkan proses yang panjang bukan
dalam 3 atau 4 pertemuan. Siswa hanya dapat menerima nilai tersebut saja sedangkan aplikasi dari nilai tersebut dalam proses kehidupannya. Menurut
Tyler dalam Mimin, nilai adalah suatu objek, aktivitas, ide yang dinyatakan individu dalam mengarahkan minat, sikap dan kepuasan. Nilai berakar lebih
dalam dan lebih stabil dibandingkan dengan sikap individu.
114
Senada dengan pendapat Tyler, Brian Hill dalam The Australian National Framework for
Values Education menjelaskan bahwa nilai adalah “ the ideals that give
significance to our lives, that are reflected through the priorities that we choose, and that we act on consistently and repeatedly“.
Nilai sebagai sesuatu yang dapat memberikan hal yang signifikan terhadap kehidupan kita, yang
tercermin pada prioritas hidup yang kita pilih sehingga kita dapat melakukannya secara konsisten dan berulang kali.
115
Untuk pertama kalinya siswa mempelajari ilmu Kimia yang dikaitkan dengan nilai. Menurut siswa nilai tersebut belum dapat diterapkan dalam
kehidupan siswa, nilai tersebut hanya dapat diterima dan direspon sedangkan aplikasinya butuh proses panjang. Nilai tersebut tidak dapat langsung
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tetapi semua nilai tersebut akan tertanam sejalan proses kehidupan. Selama penelitian berlangsung, menurut
pengamatan peneliti diungkapkan bahwa dengan penerapan pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual minat belajar siswa
tumbuh dengan baik, mau bekerja sama dengan temannya saat kegiatan praktikum, sikap ingin tahu dan mengerjakan tugas dengan senang hati. Hal
ini senada dengan pendapat Suryani, bahwa penggunaan pendekatan kontekstual memiliki potensi tidak hanya mengembangkan ranah pengetahuan
dan keterampilan proses saja, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dalam
kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi sesama teman melalui pembelajaran kooperatif sehingga mengembangkan keterampilan sosial.
116
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Sodiq Mahfuz Pembelajaran Kimia Pada Sub Bahan Kajian Pencemaran Lingkungan
Yang Terintegrasi dengan Nilai-nilai Agama studi eksperimen kelas II caturwulan 3 di Madrasah Aliyah Negeri Magelang Hasil dari penelitian
114
Haryati, Model..., h. 39.
115
Webster, “Does the Australian …, h.3.
116
Suryani, “Pengaruh Penerapan ...
tersebut adalah menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa konsep, sikap pada kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kelas kontrol, dan pengembangan sikap antara sebelum dengan sesudah pembelajaran kimia pada sub pokok bahasan pencemaran lingkungan yang
terintegrasikan nilai agama pada kelas eksperimen mengalami peningkatan pengembangan sikap yang signifikan. Selain itu juga ditemukan bahwa
melalui pembelajaran kimia yang terintegrasi nilai agama, siswa lebih kreatif, berani mengemukakan pendapat dan peduli terhadap isu-isu pencemaran
lingkungan yang ada di masyarakat. Penelitian yang dilakukan senada dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rini Prisma Gusti, “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Biologi Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Model Pembelajaran Berbasis
gambar Picture and Picture Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Kota Padang Panjang”, dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsep
kontekstual dengan model pembelajaran berbasis gambar dapat memperbaiki pemahaman siswa pada konsep biologi dan dapat meningkatkan keterampilan
sains siswa khususnya keterampilan mengidentifikasi, pemahaman dan analisis gambar. Selain itu diperoleh nilai rata-rata ulangan akhkir siklus yaitu
7,04.
117
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan oleh peneliti di atas adalah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
siswa tentang Kesetimbangan Kimia melalui pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual memberi pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada konsep Kesetimbangan
Kimia.
117
Prisma Gusti, “Upaya Peningkatan ...
b Keterbatasan Penelitian
Kita tidak memungkiri bahwa setiap penelitian pasti memiliki kekurangan atau keterbatasan. Peneliti merasakan adanya beberapa
keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan. Keterbatasan tersebut di antaranya adalah kurangnya jam belajar yang digunakan untuk pembelajaran
kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual. Pada waktu kegiatan praktikum dan diskusi, siswa dikoordinasikan dalam kelompok dan
mendiskusikan LKS yang diberikan. Diskusi tersebut seharusnya dilakukan dengan waktu yang agak lama agar para siswa dapat lebih mengeluarkan
pengetahuan dan pendapatnya. Selain masalah waktu, peneliti juga mengalami kesulitan dalam
penanaman nilai yang disisipkan pada materi kesetimbangan kimia diperlukan kerja keras karena nilai tersebut merupakan hal yang baru bagi siswa kelas XI
IPA 2. Selain hal tersebut di atas, penelitian ini adalah hal baru bagi penulis. Oleh karena itu, kemampuan penulis pun terbatas untuk meneliti secara lebih
mendalam.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil belajar
siswa serta didapatkan respon yang baik dari siswa terhadap pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual yaitu siswa termotivasi
untuk meningkatkan prestasinya. Adapun bukti-bukti yang menunjang kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Hasil analisis data pretes dan postes, diperoleh nilai rata-rata sebelum
perlakuan adalah 26,5 dan rata-rata sesudah perlakuan adalah 71,7. Sedangkan rata-rata mean N-Gain untuk kelompok atas sebesar 0,71
pada kategori tinggi, kelompok tengah 0,62 pada kategori sedang, dan kelompok bawah 0,49 pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa.
2. Hasil analisis data menggunakan statistik uji “t” diperoleh nilai t
hitung
= 20,5, sementara pada taraf signifikansi 5 = 0,975 pada derajat kebebasan
dk = 60 dan 120, didapat t
tabel
= 1,98. Karena t
hitung
t
tabel
20,5 1,98 maka H
o
ditolak, yang berarti terdapat peningkatan hasil belajar siswa tentang Kesetimbangan Kimia melalui pembelajaran kimia bernuansa nilai
dengan pendekatan kontekstual. 3.
Sedangkan dari hasil wawancara diperoleh bahwa pembelajaran kimia bernuansa nilai mudah untuk diikuti dan menyenangkan, serta memotivasi
siswa dalam mempelajari konsep kesetimbangan kimia.