BAB II LANDASAN TEORI
Dalam penelitian ini, akan dikemukakan beberapa teori dan pendapat para ahli yang sesuai dengan penelitian. Teori-teori tersebut yaitu mengenai hakikat
cerpen, citra perempuan dan pembelajaran sastra.
A. Hakikat Cerpen
Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yaitu prosa. Sebuah cerpen merupakan media seorang pengarang yang ingin menyampaikan gagasannya.
Walaupun cerpen merupakan karya fiksi, akan tetapi tidak jarang pengarang menyampaikan sebuah fakta.
Cerpen ialah cerita pendek.
1
Pendapat lain mengatakan bahwa cerpen cerita pendek sebagai genre fiksi adalah rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu
yang di dalamnya terjadi konflik antar tokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur.
2
Akan tetapi, ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tidak ada satu kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli.
Edgar Allen Poe sastrawan kenamaan Amerika mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar
antara setengah sampai dua jam —suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan
dalam sebuah novel.
3
Pendapat lain menurut B. Mathews mengatakan: “Bukan cerita pendek jika
tidak ada sesuatu yang akan diceritaka n…. Suatu cerita pendek yang terjadi
adalah suatu ketidakmungkinan sama sekali .” Henry Scidel Camby, antara lain
mengatakan bahwa “kesan yang satu dan hidup, itulah seharusnya hasil dari cerita
pende k.” Ellery Sedgwick mengatakan bahwa “cerita pendek adalah penyajian
1
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keeempet, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 264
2
Heru Kurniawan, Penulisan Sastra Kreatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h 59
3
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013, h. 12
10
suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan hal-
hal yang tidak perlu atau “a short-story must not be cluttered up with
irrelevance .” Nugroho Notosusanto mengatakan bahwa
“cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi
rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya se ndiri.” L.A.G. Strong, antara
lain berkata bahwa “singkat dan lengkap” atau brevitywith completeness adalah
sifat-sifat pokok cerita pendek. Akhirnya, Ajip Rosidi memberi batasan dan keterangan bahwa
“cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebulatan ide
…. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat, dan singkat. Semua bagian dari sebuah
cerpen harus terikat pada suatu kesatuan jiwa: pendek, padat, dan lengkap. Tidak ada bagian-bagian yang boleh dikatakan
“lebih” dan bisa dibuang.”
4
Menurut Satyagraha Hoerip, cerita pendek adalah karakter yang
“dijabarkan” lewat rentetan kejadian daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu persatu. Apa yang
“terjadi” di dalamnya lazim merupakan suatu pengalaman atau penjelajahan. Dan reaksi mental itulah yang pada hakikatnya disebut cerpen.
5
Sastra adalah kegiatan kreatif, sebuah karya seni.
6
Sebuah cerpen merupakan hasil dari proses kreatif seorang pengarang. Pengarang menuangkan segala
imajinasinya ke dalam sebuah cerpen dengan gaya bahasanya tersendiri. Namun, dalam sebuah cerpen pengarang perlu memadatkan semua imajinasinya dalam
bentuk yang lebih singkat tanpa mengurangi kualitas karyanya. Cerpen akan membuat pembaca terkesan hanya dalam sekali duduk saja.
Kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak
—jadi, secara implisit—dari sekedar apa yang diceritakan. Karena bentuknya yang pendek, cerpen memiliki karakteristik pemadatan dan pemusatan
terhadap sesuatu yang dikisahkan. Cerita tidak dikisahkan secara panjang lebar
180
4
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, Bandung: Angkasa, 2011, h. 179-
5
Atar Semi, Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, 1988, h. 34
6
Rene Wellek dan Austin Werren, Teori Kesusastraan, Jakarta: Gramedia, 1995, h.9