4. Latar Latar Waktu
a. Suara
Latar waktu merupakan waktu terjadinya peristiwa yang terdapat dalam cerpen. latar waktu memberikan gambaran pada
masa itu. Latar waktu dalam cerpen Suara ialah sekitar tahun 1950- an dan sekitar kurang lebih 50 tahun-an setelah itu.
“Sementara dia, katanya, dengan giginya yang sudah tumbang semuanya mana mungkin bisa menyanyi lagi. Dan dengan mata
berkaca-kaca dia menyesali bahwa di antara para seniman yang sering nongkrong di kafe itu tak ada yang mengenalnya sebagai
penyanyi tenar pada akhir tahun 1950-an. Kalaupun ada satu- dua seniman tua yang kadang-kadang mampir ke situ.
”
40
b. Aku Sepercik Air
Latar waktu dalam cerpen Aku Sepercik Air ialah masa senja seorang perempuan.
“Andainya sepanjang siang tadi, ya seandainya seluruh hidupku kujalani dengan aman dan tenang, tentulah senja yang celaka
ini takkan terlalu menyesakkan pikiranku. Lebih dari empat puluh aku sekarang. Anakku Cuma dua. Yang tertua laki-laki,
jadi duda sekarang. Yang satu lagi gadis sedang ranum remaja.
41
c. Malam Kelabu
Latar waktu dalam cerpen Malam Kelabu ialah setelah peristiwa G30SPKI.
“Tiga bulan setelah G-30S, karena dua alasan, dia terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan pulang kemari. Pertama,
40
Martin Aleida, Dendam Perempuan, , h. 36
41
Martin Aleida, Leontin Dewangga, h. 97
dia merasa khawatir akan keadaan keluarganya. Kedua, karena kiriman dari orangtuanya tiada datang lagi.
”
42
Latar Tempat
Latar tempat merupakan lokasi terjadinya sebuah peristiwa dalam sebuah cerpen. Dengan adanya latar tempat, pembaca dapat
membayangkan suasana tempat di mana peristiwa berlangsung.
a. Suara
Selat Malaka
Latar tempat dalam cerpen suara antara lain saat Juwita hendak meresapi bagaimana nelayan-nelayan menarik suara, ber-
sinandong, ketika pulang menjelang matahari menyuruk di balik kota.
“Suatu ketika, kota nelayan kami gempar ketika dia bergabung dengan serombongan nelayan dan pergi melaut
mendekati pinggang Selat Malaka. ”
43
Gedung Kesenian Jakarta GKJ
Gedung Kesenian Jakarta menjadi saksi akan ketenaran Juwita. Setelah berpuluh-puluh tahun akhirnya Juwita bertemu
Pinora di kafe seberang GKJ, kemudian Juwita menjadipengunjung tetap kafe itu.
“Ketika tampil di Gedung Kesenian, presiden republik dan seluruh keluarganya datang menyaksikan.
”
44
Kali Ciliwung
Kali Ciliwung merupakan kali yang terletak di dekat kafe yang sering dikunjungi Pinora dan Juwita. Di kali ini juga Pinora
menemukan kertas peninggalan Juwita. “Hari ketiga setelah kliping yang dihanyutkan itu kuterima,
pelayan kafe menyerahkan sebuah amplop berperangko
42
Martin Aleida, Mati, Baik-Baik Kawan, h. 30
43
Martin Aleida, Dendam Perempuan, h. 28
44
Ibid, h. 31
kepadaku. Di dalamnya terselip dua lembar kertas yang sama seperti yang kupungut dari permukaan Ciliwung.
Bedanya pada kata-kata “Hanya seorang biduan…,” stabile
merah tua digariskan dengan tegas oleh tarikan tangan dari seorang yang menyesali diri.
”
45
b. Aku Sepercik Air
Latar dalam cerpen Aku Sepercik Air antara lain, yaitu:
Jalan Raya Gunung Sahari dan Kali Ciliwung
Di atas tebing Sungai Ciliwung, Munah dan Nizam membangun kios untuk berjualan bensin. Namun sayang, usaha itu
tidak berjalan lama. Nizam harus kalah dengan persaingan yang ada, lalu gulung tikar.
“Di tepi jalan raya Gunung sahari, di atas tebing Ciliwung, suamiku mendirikan tempat berjualan be
nsin.”
46
“Langit tiba-tiba kuning menembaga, menyepuh jalan raya,
menyepuh puncak-puncak bangunan yang menjulang langit, melamur riak Kali Ciliwung di depan mataku.
”
47
Jakarta
Jakarta merupakan tempat Nizam mengajak istrinya hidup. Di Jakarta pula lah nasib Munah menjadi lebih menderita.
“Jakarta tersungkup senja, terapit antara keremang- remangan penghujung siang dan pangkal malam.
”
48
Tanjung Balai
Tanjung Balai ialah tempat asal Munah dan Nizam, namun pada akhirnya Nizam memutuskan merantau ke Jakarta dan Munah
sebagai istri harus mengikuti suaminya. “Dari hulu air Sungai Asahan mengasah kedua tebingnya,
menyeret lumpur, pasir dan bangkai dedaunan dan menimbunkannya di depan kota kecil kami, Tanjung
Balai.
”
49
45
Martin Aleida, Dendam Perempuan, h. 41
46
Martin Aleida, Leontin Dewangga, h. 100
47
Ibid, h. 96
48
Ibid, h. 96
49
Ibid, h. 97
c. Malam Kelabu
Latar tempat dalam cerpen Malam Kelabu antara lain, saat Armada baru saja tiba di Solo.
Stasiun Kereta Api Balapan dan Mojo, Bengawan Solo
“Satu jam setelah turun di Stasiun Kereta Api Balapan, sekarang Kamaluddin Armada sudah berada di atas tebing
Bengawan Solo, di satu daerah bernama Mojo, menunggu perahu tambang yang akan menyeberangkannya ke tebing
sebelah sana.
”
50
Soroyudan
Soroyudan merupakan tempat tinggal Parttini Mulyoraharjo. Tempat yang menjadi tujuan Armada pula, namun
menjadi tempat Armada berputus asa. “Jika jalan ini terus diikuti, tentu akan sampailah aku ke
satu gerbang tua, sebagaimana ynag ditulis Partini, dia berbisik di dalam hati. Pintu gerbang itu pastilah pintu
Soroyudan, kata hatinya pula.
”
51
Bacem
Jembatan Bacem merupakan tempat Armada mengakhiri hidupnya. Armada sudah sangat putus asa karena ditinggal oleh
Partini. Partini yang menjadi korban karena ayahnya adalah seorang PKI.
“Matahari menghilang ke dalam bumi tiga jam yang lalu. Jembatan Bacem, kira-kira lima kilometer di selatan
Soroyudan, mulai sepi. ”
52
Latar Suasana
50
Martin Aleida, Mati, Baik-Baik Kawan, h. 21
51
Ibid, h. 29
52
Ibid, h. 39