Penelitian yang Relevan LANDASAN TEORI

Pengajaran sastra, jika dilakukan dengan bijaksana, dapat mengantar para siswa berkenalan dengan pribadi-pribadi dan pemikir- pemikir besar di dunia serta pemikiran-pemikiran utama dari zaman ke zaman. 3. Mengembangkan Cipta dan Rasa Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra; yang bersifat penalaran; yang bersifat afektif; dan yang bersifat sosial; serta yang bersifat religius. Karya sastra sebenarnya dapat memberikan peluang-peluang untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan semacam itu. Oleh karenanya, dapatlah ditegaskan, pengajaran sastra yang dilakukan dengan benar akan dapat menyediakan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan tersebut lebih dari apa yang disediakan oleh mata pelajaran yang lain, sehingga pengajaran sastra tersebut dapat lebih mendekati arah dan tujuan pengajaran dalam arti sesungguhnya. 4. Menunjang Pembentukan Watak Dalam pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak. Pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Disbanding pelajaran- pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia. Kedua, pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa yang antara lain meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Dalam penelitian ini, pembelajaran sastra berfokus pada analisis unsur intrinsik sastra. dalam menganalisis dan mengapresiasi suatu karya sastra, diperlukan aspek-aspek dalam keterampilan berbahasa. Adapun empat aspek keterampilan berbahasa ialah membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Siswa dapat menafsirkan suatu teks sastra dengan membaca, agar mendapat pemahaman yang utuh akan suatu karya. Setelah itu siswa dapat mengungkapkan pemahaman yang didapatkannya lalu menganalisis dengan menulis. Pengajaran sastra di sekolah sangat bermanfaat. Adapun tujuan pengajaran sastra adalah agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehingga merasa terdorong dan tertarik untuk membacanya. Dengan membaca karya sastra diharapkan mereka mempunyai pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai, dan mendapatkan ide-ide baru. 50 Dengan adanya pembelajaran sastra di sekolah, siswa dapat mempunyai kepekaan serta mendapakan pengalaman baru. Pengalaman batin saat membaca dapat membuat siswa mengerti pada nilai-nilai yang tertanam dilingkungaannya. Selain itu, siswa juga mendapatkan ide-ide baru dan memperbanyak kosa kata untuk dirinya. 50 Semi, op.cit. h, 194

BAB III PROFIL MARTIN ALEIDA

Dalam pengajaran sastra di Indonesia, nama sastrawan Martin Aleida jarang sekali ditemukan. Oleh karena itu, penulis hanya menemukan profil Martin Aleida dalam profil penulis di tiap karyanya dan beberapa artikel dari Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin.

A. Biografi Martin Aleida

Martin Aleida lahir pada 31 Desember 1943 di Tanjung Balai, kota kecil di pantai timur Sumatera. Ia sudah gelisah dengan politik dan keyakinan sejak masih kecil. Kesenjangan sosial yang ia lihat, para buruh dan nelayan di kotanya yang berjuang setiap hari, membentuk ide dan tema untuk setiap cerita pendek yang ia tulis. Martin berasal dari keluarga Muslim yang kolot, dengan ayah yang merupakan pemimpin Masyumi partai politik Muslim, tapi dikembangkan oleh golongan kiri. Sejak muda, Martin sudah menulis cerita pendek. 1 Martin Aleida merupakan satu dari banyak korban tragedi 1965. Para korban biasanyan akan mengganti nama untuk mempertahankan hidupnya. Nama Martin Aleida merupakan pemberian nama oleh dirinya sendiri pada saat ia menjadi penulis di Horisan tahun 1968. Ayah Martin merupakan pengagum Martin Luther. Aleida adalah semacam kata seru sebagai tanda kagum, yang hidup di kalangan penduduk Melayu di pesisir Sumatera Timur yang sudah berasimilasi dengan para pendatang yang berbahasa Mandailing. Lalu, kedua kata tersebut dirangkai sendiri olehnya. 2 Ia mulai menulis cerita pendek ketika masih duduk di kelas dua sekolah menengah atas. Cerita-ceritanya antara lain diterbitkan di dua harian yang 1 Bodrek Arsana, Writin As A Testimo ny , Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin. 2 Ibid 31