Pengembangan Alat Ukur Kecerdasan Kognitif
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesa
ikannya bahan pelajaran”.
42
Sumber lain yang penulis dapatkan menyebutkan bahwa hasil belajar adalah “bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
43
Hasil belajar ini digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan
taksonomi Benjamin S. Bloom hasil belajar tersebut dicapai melalui tiga kategori ranah, antara lain:
1. Ranah kognitif. Ranah ini berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan penilaian. 2. Ranah afektif. Ranah ini berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah psikomotorik. Ranah ini berkaitan dengan perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik, seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang dan mengoperasikan mesin.
44
Dari ketiga ranah di atas, hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan kognitiflah yang lebih dominan sebab dalam pendidikan di Indonesia,
umumnya lebih banyak mengedepankan serta mengukur tingkat kognitif siswa daripada mengukur tingkat emosional siswa dalam menentukan keberhasilan
mereka. Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Kecerdasan sangat berpengaruh terhadap kognitif siswa. Semakin cerdas siswa maka, akan
baik pula kognitifnya dan begitu pun sebaliknya. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar kognitif menekankan pada
kemampuan intelektual siswa. Hasil belajar kognitif ini dapat dioptimalkan dan dikembangkan dengan strategi belajar. Guru dapat mengubah teori-teori kognitif
42
Dimyathi dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, h. 250-251.
43
Indra Munawar,
“Pengertian dan
Definisi Hasil
Belajar”, dalam
http:indramunawar.blogspot.com, 30 Agustus 2010.
44
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006, h. 30.
dan pemrosesan informasi menjadi strategi-strategi belajar khas. Beberapa strategi belajar yang dimaksud adalah strategi mengulang, strategi elaborasi, strategi
organisasi, strategi metakognitif. Berikut ini uraian dari keempat strategi tersebut. a. Strategi mengulang. Merupakan strategi yang dilakukan dengan
menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa.
b. Strategi elaborasi. Merupakan strategi yang membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan
menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui.
c. Strategi organisasi. Merupakan strategi yang bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan
mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. d. Strategi metakognitif. Merupakan strategi yang berhubungan
dengan pengetahuan siswa tentang cara berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat.
45
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cakupan kecerdasan kognitif terdiri dari hasil belajar, inteligensi dan potensi intelektual. Hasil belajar
sendiri yakni suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar ini dapat dicapai melalui tiga ranah, yakni
kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dalam ranah kognitiflah yang lebih dominan dari ketiga ranah ini. Dalam pengembangan hasil belajar kognitif
ini dapat dilakukan dengan menerapkan empat strategi belajar aktif, diantaranya strategi mengulang, elaborasi, organisasi dan metakognitif.