Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

2 paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Allah SWT menegaskan dalam al- Qur’an Surah At-Tin ayat 4:        Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Qs. At-Tin: 4. Steven J. Stein dan Howard E. Book menjelaskan “kecerdasan pada hakikatnya merupakan sebuah proses terpadu yang melibatkan pertimbangan, pemecahan masalah dan penalaran”. 1 Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Alisuf Sabri bahwa “kecerdasan secara umum dapat dipahami sebagai suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia”. 2 Membahas pengertian kecerdasan dalam berbagai perspektif memang cukup kompleks, lebih-lebih dewasa ini bermunculan beragam kecerdasan. Pemahaman teoritik di atas bertujuan sebagai informasi, khususnya bagi masyarakat yang belum paham tentang intelligensi selain yang selama ini dipahami secara umum. Pada umumnya kecerdasan itu akan bermanfaat apabila dipraktekkan secara optimal dengan penuh penguasaan diri dan rasa syukur, nyata di dalam masyarakat, berlangsung bagi hajat hidup orang banyak tanpa terikat pada batasan-batasan tidak logis yang justru membuat seseorang tampak tidak cerdas. Semakin tinggi kecerdasan seseorang, maka ia akan semakin cepat, tepat dan berhasil penuh dalam memecahkan masalah. Namun sebaliknya, semakin rendah kecerdasan seseorang, maka ia akan semakin tidak dapat berbuat apa-apa apalagi untuk memecahkan masalah, mengurus kebutuhan diri yang rutin sehari-hari pun tidak mampu. Sejalan dengan hal di atas, ilmu Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku psikis individu dalam hubungannya dengan 1 Steven J. Stein dan Howard E. Book, Learning EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, Terj. dari The EQ Edge: Emotional Intelligence and You’r Success oleh Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, Bandung: Kaifa, 2002, Cet. I, h. 33. 2 Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet. I, h. 111. lingkungan telah mengklasifikasikan kecerdasan itu menjadi beberapa macam dan diantara banyak kecerdasan itu adalah kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan kognitif memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan mengingat konsep pendidikan khususnya di negara Indonesia lebih banyak mengedepankan serta mengukur tingkat kognitif siswa daripada mengukur tingkat emosional siswa dalam menentukan keberhasilan mereka. Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa “kecerdasan kognitif merupakan kecerdasan yang mengembangkan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual seseorang pada setiap jenjang belajar”. 3 Tanpa adanya kecerdasan kognitif siswa tidak akan dapat memahami, mengingat dan menguasai suatu materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam bidang pendidikan kecerdasan kognitif menjadi ciri khas tersendiri yang tidak bisa dilepaskan dari siswa. Begitu pula dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam SKI, tinggi rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif mereka. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sendiri adalah proses interaksi siswa dengan guru pada suatu lingkungan belajar yang didalamnya terdapat materi berisikan persitiwa sejarah masa lalu. Dalam pembelajaran sejarah terdapat beberapa aspek yang mesti diperhatikan oleh guru yakni menguasai fakta, konsep, struktur komponen pendidikan dan mengembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan. “Melalui kajian sejarah siswa dapat memperoleh gambaran mengenai latar belakang kehidupannya yang sekarang, sehingga belajar tentang peristiwa masa lampau memberikan pemahaman bahwa terdapat kontinuitas dengan 3 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. II, h. 54. kehidupan masa kini”. 4 Terkait dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini, Hariyono menjelaskan bahwa Pembelajaran mengenai materi Sejarah Kebudayaan Islam bukanlah pembelajaran yang dapat diajarkan atau dipelajari dalam tata cara matematika atau bahasa asing tingkat dasar, seperti memotong dan memisahkan urutan informasi serta pelbagai prinsip untuk di ingat langkah demi langkah. Akan tetapi, pembelajaran sejarah merupakan materi pembelajaran yang di dalamnya terdapat usaha untuk bagaimana menguasai kemampuan berfikir secara imaginatif, mengorganisir informasi dan menggunakan pelbagai fakta dalam rangka menemukan dan memahami ide yang signifikan. 5 Secara materi, Sejarah Kebudayaan Islam yaitu cerita masa lalu, namun ruang lingkupnya tidak sesempit apa yang diwacanakan. Di dalamnya termaktub kebudayaan yang banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi, dan moral. Termaktub juga peradaban manusia yang direfleksikan dalam politik, ekonomi dan teknologi, yang tentu bisa dikaji guna kemajuan peradaban Islam masa kini. Manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis menjadi wujud dari peradaban dimaksud. Hal ini mengandung pemahaman bahwa Sejarah Kebudayaan Islam bukan sekedar cerita masa lalu. Ia kental dengan budaya dan peradaban Islam sebagai komparasi dan ruh semangat peradaban masa kini dan mendatang. Siswa harus bisa memahami dan menghargai prestasi budaya serta peradaban dari pelaku sejarah masa lalu. Sebab di setiap zamannya terkandung nilai dan semangat yang bermanfaat untuk siswa, sekarang dan mendatang. 6 Pada dasarnya, substansi materi Sejarah Kebudayaan Islam sangat kompleks dan membutuhkan daya nalar, analisis dan sintesis yang baik dalam proses pembelajaran. Hal ini tentu dipengaruhi juga oleh bagaimana guru menyampaikan materi tersebut sehingga tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan tercapai dengan baik dan kompleksitas materi pelajaran tersebut dapat dikuasai siswa sebagai akibat dari proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 4 Amru Sahmono, “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa ”, dalam http:hanckey.pbworks.comPembelajaran-Sejarah, 14 Februari 2010. 5 Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995, Cet. I, h. 196. 6 Anang Sumarna, “Aktualisasi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah”, dalam http:abineu.blogspot.com, 05 Maret 2010. Pembelajaran yang harusnya dikembangkan dalam Sejarah Kebudayaan Islam bukanlah pembelajaran yang membosankan, tetapi pembelajaran aktif dan transfo rmatif. ”Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran ”. 7 Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mencakup pengelolaan informasi dan transformasi. Umumnya, dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kerapkali guru terjebak dalam metode pengajaran yang justru jauh dari pembelajaran aktif dan transformatif serta cenderung membosankan siswa, seperti penerapan metode ceramah. Metode ini jelas mendatangkan kebosanan bila guru yang memberikan materi tersebut tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi siswa. Oleh karena itu, apabila terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh pula pada kecerdasan kognitif mereka dalam menyerap informasi Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam kegiatan belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa diharapkan tidak hanya dapat mengambil suatu kesan aktivitas edukatif yang diterapkan guru dalam bentuk life skill sesuai minat dan bakatnya, tetapi juga dapat menguasai materi pembelajaran secara teoritis. Bila mereka dapat menguasainya maka, materi itu pun bisa tersimpan dengan baik di memori otak mereka yang dapat terus di ingat dan inilah yang termasuk proses kognitif dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sering kali guru tidak menghubungkan materi dengan tujuan pembelajaran. Guru masuk kelas dan langsung bercerita atau mendikte kisah sejarah. Guru lupa bahwa kegiatan yang dilakukan di dalam kelas adalah bertujuan. ”Tujuannya bukan hanya menghabiskan jam mata pelajaran saja namun, mengajak siswa untuk belajar dan menumbuh kembangkan kecerdasan yang dimiliki dalam hal ini kecerdasan 7 Tarmizi Ramadhan, ”Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan”, dalam http:tarmizi.wordpress.com, 08 Maret 2010. kognitif yang meliputi proses belajar, persepsi, ingatan, berpikir dan memecahkan masalah”. 8 Sejarah Kebudayaan Islam seyogyanya dapat digunakan untuk menanamkan kekuatan mental dan daya ingat seseorang. Melalui proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam yang menarik dan memberikan peran aktif pada siswa akan dapat mempertajam kesenangan pencarian dan penemuan inquiry and discovery . “Dari pencarian dan penemuan inilah yang nantinya akan membangun proses penyesuaian pikiran siswa dengan objek-objek sejarah yang mereka temukan. Proses yang demikian merupakan konsep perkembangan kognitif menurut Piaget”. 9 Pada realita sekarang, materi Sejarah Kebudayaan Islam selalu disajikan dalam bentuk narasi kurang menarik. Kisah sejarah yang sering tampil dan menjadi bahan dialog adalah kisah sepotong-potong atomic narrative yang mematikan daya kognitif dan keaktifan siswa. Inilah sebabnya mengapa hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam kerap kali tidak memberikan perkembangan berarti bagi kecerdasan kognitif siswa dan hanya kebosanan yang membodohkan mereka the numbing dullness. Salah satu lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam ini yaitu Madrasah Aliyah MA Al- Falah Jakarta. Tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap Sejarah Kebudayaan Islam masih relatif kurang. Hal ini dikarenakan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang cenderung berkesan membosankan dan monoton. Selain itu minat siswa untuk membaca literatur tentang Sejarah Kebudayaan Islam juga masih kurang sehingga pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kerap kali mematikan keaktifan dan kemampuan kognitif siswa. Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul yaitu: 8 Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995, Cet. I, h. 185. 9 Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. I, h. 25. “Hubungan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam SKI dengan Kecerdasan Kognitif Siswa Kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta ”.

B. Identifikasi Masalah

Kajian tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan kognitif siswa terkait dengan aspek atau variabel yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Kurang bervariasinya penerapan metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 2. Kurang berkembangnya kecerdasan kognitif siswa dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 3. Rendahnya kualitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam menumbuh kembangkan kecerdasan kognitif siswa. 4. Berbeda-bedanya kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 5. Kurang menariknya penyajian materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dalam skripsi ini, melihat luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas membutuhkan spesifikasi kajian hal-hal yang dilakukan agar pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Berbeda-bedanya kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 2. Kurang berkembangnya kecerdasan kognitif siswa dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empiris mengenai hubungan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan kecerdasan kognitif siswa kelas XII Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta. 2. Manfaat penelitian Secara teoritis dan praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang, selain itu, sebagai bahan pengembangan ilmu dan menambah wawasan tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan kecerdasan kognitif di Madrasah Aliyah Al-Falah Jakarta.