Staco Jasapratama. Hasil analisis terhadap kondisi eksternal perusahaan berupa peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Faktor-faktor yang terkait
dengan lingkungan eksternal perusahaan meliputi lingkungan jauh dan lingkungan industri.
5.2.1. Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pemasaran PT. Staco Jasapratama. Faktor lingkungan jauh yang memiliki
pengaruh terhadap kegiatan pemasaran perusahaan adalah : 1 politik dan hukum, 2 ekonomi, 3 sosial dan 4 teknologi.
1. Politik dan Hukum
Kondisi politik dan hukum suatu negara akan mempengaruhi kebijakan suatu perusahaan. Kondisi politik yang stabil dapat memberikan pengaruh yang
positif bagi perusahaan sedangkan kondisi politik yang tidak stabil dapat memberikan pengaruh yang negatif bagi perusahaan, bahkan mampu mematikan
bisnis. Sebagai contoh kondisi politik yang tidak stabil di Indonesia pada tahun 1997. Ketidakstabilan politik dan keamanan telah memaksa banyak kegiatan
bisnis berhenti beroperasi karena mengalami kebangkrutan. Butuh waktu yang lama untuk memulihkan kondisi politik dan mengembalikan kepercayaan investor
asing untuk berbisnis dan menanamkan modalnya di Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu kondisi politik di Indonesia mulai membaik walaupun belum
stabil benar. Tingkat risiko yang tinggi akibat kondisi politik yang belum stabil
menyebabkan para pelaku bisnis dan investor merasa ragu untuk memulai atau mempertahankan bisnisnya. Apabila para pelaku bisnis tersebut memutuskan
untuk menghentikan kegiatan bisnisnya maka peluang perusahaan untuk memperoleh bisnis semakin kecil.
Kepedulian pemerintah terhadap industri asuransi properti masih kurang. Hal ini terbukti dengan adanya peristiwa perang tarif sejak tahun 2004 pada
asuransi properti dan asuransi kendaraan bermotor. Asosiasi Asuransi Umum AAUI telah menyuarakan hal ini kepada pemerintah dan KPPU untuk segera
mengambil tindakan. Namun nampaknya pemerintah sebagai regulator belum
serius membantu menyelesaikan peristiwa tersebut, terlihat belum adanya tindak lanjut yang tegas dari pemerintah.
Namun usaha pemerintah untuk menciptakan keterbukaan terlihat dari adanya peraturan kepada setiap perusahaan asuransi baik asuransi umum maupun
jiwa untuk menampilkan profil serta laporan keuangan yang dipublikasikan lewat surat kabar. Dari laporan keuangan tersebut maka masyarakat dapat melihat
kualitas setiap perusahaan asuransi dari segi keuangan. Pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai kesehatan keuangan
perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No.424KMK.062003 dalam pasal 2 ayat 1 yang berbunyi :
”Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120 persen dari risiko kerugian yang mungkin
timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.” Tingkat solvabilitas dalam asuransi lebih dikenal sebagai Risk Based Capital
RBC. RBC yang mengalami peningkatan merupakan bentuk penyesuaian kekuatan perusahaan asuransi dengan keadaan perekonomian Indonesia yang
membaik. RBC pada tahun 2002 sebesar 75 persen kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi 100 persen. Pada tahun 2004 hingga tahun 2007 RBC sebesar
120 persen. PT. Staco Jasapratama sejak berdiri hingga tahun 2006 selalu melampui
tingkat RBC yang telah ditetapkan pemerintah. Pada tahun 2005 RBC PT. Staco Jasapratama mencapai 180 persen dan pada tahun 2006 mengalami penurunan
sebesar 2 persen dari tahun sebelumnya yaitu 178 persen. Bagi PT. Staco Jasapratama peningkatan RBC tidak dirasakan memberatkan perusahaan karena
setiap tiga bulan sekali Departemen Keuangan akan mengontrol kinerja perusahaan asuransi melalui evaluasi. Hasil evaluasi akan membantu perusahaan
memperbaiki dan meningkatkan kinerja keuangannya. Namun RBC dapat menjadi ancaman bagi perusahaan apabila peningkatannya terlalu tinggi atau perusahaan
dalam kondisi tidak sehat penurunan kinerja.
2. Ekonomi
Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan pertumbuhan
asuransi. Dalam Tabel 9 dapat dilihat pertumbuhan asuransi umum 43 perusahaan di Indonesia. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi
umum di Indonesia mengalami pertumbuhan pada tahun 2006 dibanding tahun sebelumnya. Klaim bruto pada tahun 2006 mengalami penurunan dibanding tahun
2005, hal ini mengindikasikan bahwa jumlah klaim yang diajukan nasabah berkurang dan kondisi ini justru baik bagi industri asuransi umum. Sedangkan
variabel lainnya mengalami peningkatan pada tahun 2006 dibanding tahun 2005. Tabel 9. Pertumbuhan Asuransi Umum per Desember 2005-2006
No Keterangan 2005
Rp juta 2006
Rp juta Pertumbuhan
1 Aset 21,223,931
23,741,332 11,86
2 Modal disetor
3,867,347 4,501,73
16,41 3 Modal
sendiri 11,734,748
13,679,653 16,57
4 Premi bruto
15,026,497 15,497,757
3,14 5 Premi
neto 6,547,138
7,241,303 10,60
6 Cadangan tekn
4,547,882 4,586,086
0,84 7 Investasi
14,113,851 16,220,539
14,93 8 Non
investasi 7,088,400
7,519,396 6,08
9 Hasil investasi
880,185 1,296,704
47,32 10 Klaim
bruto 7,027,380
7,007,556 0,28
11 Kewajiban 9,389,190
10,019,742 6,72
12 Jumlah beban
2,343,884 2,542,732
8,48 13 Laba
1,427,414 1,537,009
7,68 Sumber : Majalah Media Asuransi, 2007
Kondisi makro ekonomi Indonesia yang stabil membuat iklim bisnis di Indonesia cukup mengalami perkembangan yang baik, termasuk PT. Staco
Jasapratama. Variabel ekonomi yang mempengaruhi kebijakan perusahaan adalah suku bunga kredit, suku bunga Bank Indonesia, inflasi, Produk Domestik Bruto
PDB, kurs Dollar dan kredit macet. Suku bunga kredit yang tinggi menyebabkan nasabah harus membayar bunga yang tinggi atas pinjaman dana yang
diperolehnya dari bank. Pembayaran bunga yang tinggi tersebut membuat nasabah mengenyampingkan kewajibannya membayar premi. Premi yang tidak tertagih
out standing premi tentunya akan merugikan perusahaan. Kondisi sebaliknya dapat terjadi ketika suku bunga kredit mengalami penurunan seperti pada tahun
2007 ini. Tingkat suku bunga merupakan landasan atau ukuran bagi layak atau tidak
layaknya suatu usaha atau investasi. Tingkat suku bunga juga merupakan
indikator penentuan tingkat pengembalian modal atas risiko yang ditanggung oleh pemilik modal di pasar keuangan dan pasar modal. Suku bunga Bank Indonesia
berada pada tingkat 8,50 persen pada periode pertengahan Juni hingga awal Juli 2007 dan mengalami penurunan pada periode pertengahan hingga awal Agustus
2007 menjadi 8,25 persen. Tingkat suku bunga yang rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor riil ke arah yang lebih baik.
Inflasi secara langsung mempengaruhi kinerja tingkat laba perusahaan di sektor riil. Kenaikan inflasi dalam suatu periode dapat meningkatkan biaya
produksi sehingga laba perusahaan di sektor riil menjadi berkurang. Daya beli masyarakat pun melemah akibat kenaikan inflasi, apalagi didukung bahwa
asuransi properti bukan merupakan salah satu kebutuhan pokok. Laju inflasi juga mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam rencana target penjualan tahun
berikutnya. Dalam Tabel 10 dapat dilihat bahwa mulai akhir tahun 2006 hingga pertengahan 2007 laju inflasi mengalami penurunan yang cukup besar dan hal ini
memberikan pengaruh yang positif bagi perusahaan. Tabel 10. Tingkat Inflasi di Indonesia
Bulan2006 Tingkat Inflasi
Bulan2007 Tingkat Inflasi
Agustus 14.90 Januari 6.26
September 14.55 Februari 6.30
Oktober 6.29 Maret 6.52
November 5.27 April
6.29 Desember 6.60
Mei 6.01
Sumber : Bank Indonesia, 2007 Industri asuransi umum termasuk asuransi properti memberikan kontribusi
kepada Produk Domestik Bruto PDB melalui premi bruto. Perkembangan premi bruto asuransi properti secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 11. Dalam tabel
tersebut dapat terlihat bahwa premi bruto sejak tahun 2001 terus mengalami peningkatan hingga tahun 2004, namun pada tahun 2005 premi bruto mengalami
penurunan. Tabel 11. Perkembangan Premi Bruto Asuransi Properti
Tahun Premi Bruto Rp milyar
2001 3.512,3 2002 4.797,6
2003 4.935,8 2004 5.766,8
2005 5.410,4
Sumber : Federation of Indonesian Insurance Associations FAPI, 2006
Kurs Dollar berpengaruh terhadap perusahaan disebabkan oleh dua hal. Yang pertama adalah perusahaan menggunakan perusahaan reasuransi luar negeri
sebagai reasuradurnya. Apabila nilai tukar Dollar terhadap Rupiah mengalami peningkatan Rupiah melemah maka perusahaan harus membayar lebih mahal
kepada reasuradur. Dan hal yang kedua karena banyak nasabah perusahaan yang membayar premi dengan menggunakan Dollar. Perusahaan dapat merugi apabila
nasabah membayar premi ketika nilai tukar Dollar terhadap Rupiah mengalami penurunan Rupiah menguat. Kurs jual Dollar terhadap Rupiah dapat dilihat
dalam Tabel 12. Tabel 12. Kurs jual Dollar Terhadap Rupiah
Akhir Bulan2006
Nilai Jual USDRP
Akhir Bulan2007
Nilai Jual USDRP
Agustus 9.600 Januari 9.590
September 9.735 Februari 9.660
Oktober 9.610 Maret 9.618
November 9.665 April
9.583 Desember 9.520
Mei 9.328
Sumber : Bank Indonesia, 2007 Kredit macet juga menjadi hal yang dapat mempengaruhi kebijakan
perusahaan. Nasabah yang tidak mampu membayar dana pinjaman yang diperoleh dari Bank Mandiri otomatis juga mengalami kesulitan membayar premi. Kesulitan
dana yang dihadapi mengakibatkan nasabah tersebut akan mendahulukan kewajibannya membayar kredit dibanding premi. Kondisi ini akan merugikan
perusahaan karena premi tak tertagih out standing premi akan semakin meningkat.
3. Sosial
Masyarakat tradisional yang menganut sistem gotong-royong menjadi sinyal bahwa asuransi properti belum menjadi alternatif pilihan terbaik bagi
mereka apabila terjadi musibah. Mereka terbiasa mengumpulkan dana dari warga sekitar atau bahkan seluruh warga Indonesia dan membagikannya kepada warga
yang terkena musibah. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, pertumbuhan asuransi lebih pesat
dibanding pertumbuhan pada periode 1980-1990an. Hal ini merupakan indikasi bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk berasuransi semakin tinggi. Keputusan
perusahaan asuransi umum memperluas pasarnya dengan mendirikan kantor
cabang dan perwakilan di berbagai daerah juga menjadi indikasi bahwa perusahaan asuransi menangkap peluang yang besar akibat meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk berasuransi. Kasus-kasus asuransi yang diajukan ke pengadilan pun semakin bertambah, dan hal ini mencerminkan tingkat kesadaran
hukum masyarakat semakin tinggi terutama terhadap hak-haknya. Telah berkembang anggapan dalam masyarakat bahwa asuransi
merupakan gaya hidup life style kalangan ekonomi menengah keatas. Asuransi sesungguhnya bukanlah gaya hidup namun suatu kebutuhan keamanan. Asalkan
memiliki insurance minded tanpa memperhatikan kelas ekonomi ataupun tingkat pendidikan maka orang tersebut akan berusaha mengalokasikan dana untuk
mengasuransikan harta bendanya. Tingginya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap asuransi membuat
mereka lebih selektif dalam memilih perusahaan asuransi umum yang menyediakan produk asuransi properti. Perusahaan yang mampu menyediakan
kebutuhan dan keinginan serta memuaskan nasabah akan menjadi alternatif pilihan terbaik. Oleh karena itu perusahaan harus peka dan mampu merespon
secara positif apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, dan kepuasan para nasabahnya.
Bencana seperti banjir, gempa bumi, kerusuhan dan kebakaran yang terjadi beberapa tahun belakangan ini di sejumlah daerah di Indonesia membuka peluang
yang besar bagi perusahaan asuransi untuk meningkatkan volume produksinya, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum. Bencana yang datang dengan tiba-tiba
dan mampu menghabiskan harta benda serta nyawa dengan sekejap membuat banyak orang ketakutan jika sewaktu-waktu bencana datang menimpa mereka.
Namun pada kenyataannya peningkatan permintaan asuransi properti tidak terlalu signifikan dibanding asuransi jiwa. Peningkatan terbesar terjadi di daerah
perkotaan sedangkan di daerah terpencil peningkatannya sangatlah kecil. Hal ini dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat mengantisipasi risiko bencana
katastropik dan masih banyak masyarakat tradisional lebih memilih bersikap pasrah daripada memproteksi harta bendanya dengan asuransi. Oleh karena itu,
pemerintah, asosiasi, dan perusahaan-perusahaan asuransi mempunyai tugas untuk
bersama-sama bergotong-royong mengkampanyekan pentingnya asuransi properti kepada seluruh masyarakat dari berbagai kalangan.
4. Teknologi
Pesatnya perkembangan teknologi telah membuat perubahan ke arah kemajuan. Jarak tidak lagi menjadi masalah karena teknologi informasi mampu
menjangkaunya hingga belahan dunia manapun dalam waktu yang sangat singkat bahkan tidak ada perbedaan waktu on-line. Internet hadir membuat dunia
menjadi tanpa batas. Bagi dunia asuransi, teknologi berperan sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan kepada
nasabahnya. Bagi PT. Staco Jasapratama kemajuan teknologi dan informasi
memberikan manfaat yang sangat besar, yaitu mempermudah koordinasi seluruh divisi di kantor pusat, kantor cabang, dan kantor perwakilan yang tersebar di
seluruh Indonesia. Walaupun sifatnya tidak real time pada saat yang bersamaan namun komputer sudah terintegrasi dengan baik. Teknologi komputer juga
mempermudah dan mempercepat karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dokumen, surat, dan informasi dapat dikirim melalui email hanya dalam beberapa
detik. Masyarakat juga dipermudah dengan semakin canggihnya teknologi. Walaupun website perusahaan belum on-line namun masyarakat dapat
mengunjungi website perusahaan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Kemajuan teknologi menjadi peluang besar bagi perusahaan apabila dimanfaatkan
dengan baik guna memenuhi kebutuhan nasabah dan menghadapi persaingan yang semakin ketat.
5.2.2. Lingkungan Industri