Segmentation, Targetting, Positioning Asuransi Properti PT. Staco

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Lingkungan Internal PT. Staco Jasapratama

Lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan. Kondisi lingkungan internal perusahaan dianalisis dan hasilnya akan digunakan dalam proses penyusunan strategi pemasaran asuransi properti PT. Staco Jasapratama. Hasil analisis terhadap kondisi internal perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan internal perusahaan meliputi Segmentation, Targetting, dan Positioning serta Marketing Mix.

5.1.1. Segmentation, Targetting, Positioning Asuransi Properti PT. Staco

Jasapratama 1. Segmentation Segmentation segmentasi merupakan tindakan mengidentifikasi dan mengelompokkan pasar yang heterogen berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, sehingga dapat memudahkan perusahaan memilih segmen pasar yang dituju. Pengelompokkan nasabah PT. Staco Jasapratama dilakukan berdasarkan dua kriteria, yaitu : a sumber bisnis dan b jenis nasabah. a. Sumber bisnis PT. Staco Jasapratama membagi pasarnya berdasarkan sumber bisnis yang diperoleh. Sumber bisnis perusahaan terdiri dari : 1 bank bisnis dan 2 non bank bisnis. 1 Bank Bisnis Bank bisnis maksudnya adalah bisnis yang diperoleh PT. Staco Jasapratama yang berasal dari Bank Mandiri. Yang menjadi objek dalam bank bisnis antara lain aset Bank Mandiri gedung, inventaris kantor, kendaraan, jaminan kredit aset yang dijadikan agunan oleh debitur Bank Mandiri, dan lain-lain. 2 Non Bank Bisnis Non bank bisnis maksudnya adalah bisnis yang diperoleh PT. Staco Jasapratama yang berasal dari luar Bank Mandiri. b. Jenis nasabah Berdasarkan besarnya nilai pertanggungan Nasabah PT. Staco Jasapratama dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 1 ritel dan 2 korporasi. 1 Ritel Nasabah dalam kelompok ini memiliki nilai pertanggungan yang relatif lebih kecil dibanding korporasi. Yang termasuk dalam kelompok ritel adalah individu tertanggung secara pribadi mengasuransikan rumah, kendaraan, dan lain-lain, micro business nasabah Bank Mandiri yang mengajukan kredit di bawah 100 juta rupiah, small business nasabah Bank Mandiri yang mengajukan kredit antara 100 juta rupiah hingga 2 milyar rupiah dan commercial banking center nasabah Bank Mandiri yang mengajukan kredit antara 2 milyar rupiah hingga 25 milyar rupiah. 2 Korporasi Nasabah dalam kelompok ini memiliki nilai pertanggungan yang relatif besar. Yang termasuk dalam kelompok korporasi adalah Badan Usaha Milik Negara BUMN, perusahaan swasta nasional non persero, bank dan nasabah Bank Mandiri yang mengajukan kredit diatas 25 milyar rupiah.

2. Targetting

Targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dituju. Berdasarkan segmentasi diatas, yang menjadi target atau pasar sasaran PT. Staco Jasapratama adalah bank bisnis, yaitu bisnis yang bersumber dari Bank Mandiri. Pemilihan target didasarkan pada tujuan awal berdiri PT. Staco Jasapratama sebagai anak perusahaan Bank Mandiri, yaitu melayani nasabah pada bank bisnis. PT. Staco Jasapratama harus mampu bersaing dengan perusahaan asuransi lain yang menjadi rekanan Bank Mandiri karena Bank Mandiri tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Seiring berjalannya waktu, PT. Staco Jasapratama tidak ingin terus bergantung pada Bank Mandiri. Langkah yang telah diambil untuk mencapai persentase ideal 50 untuk bank bisnis dan 50 untuk non bank bisnis menurut perusahaan adalah berusaha mengurangi persentase perolehan bisnis dari bank bisnis tiap tahunnya. Pada tahun 2006 perbandingan persentase untuk bank bisnis dan non bank bisnis adalah 70 persen berbanding 30 persen. Dan pada tahun 2007 ditargetkan dapat mencapai 65 persen untuk bank bisnis dan 35 persen untuk non bank bisnis. PT. Staco Jasapratama juga memilih pasar sasaran korporasi. Alasan pemilihan sasaran tersebut karena perolehan premi dari korporasi jumlahnya sangat besar hingga ada yang mencapai milyaran rupiah. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk bisnis yang jumlahnya hingga limit tertentu disesuaikan dengan kapasitas modal perusahaan perusahaan tidak dapat menyimpan sendiri premi yang jumlahnya sangat besar tersebut, yang kebanyakan diperoleh dari pasar korporasi. Perusahaan wajib membagikan bisnis tersebut kepada perusahaan asuransi lain atau perusahaan reasuransi. Dan jika terjadi klaim, maka pembayaran klaim akan dilakukan oleh PT. Staco Jasapratama beserta perusahaan lain atau perusahaan reasuransi yang terlibat dalam bisnis tersebut. Bisnis yang terlalu bergantung pada korporasi memiliki kelemahan, yaitu apabila perusahaan kehilangan satu nasabah saja maka akan berpengaruh besar terhadap pendapatan perusahaan yang berasal dari perolehan premi tersebut. Pasar ritel juga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Perolehan premi yang didapatkan dari pasar ritel dapat disimpan sendiri oleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan modal perusahaan. Namun yang menjadi kendala adalah sulitnya untuk mencari pasar ritel. Nilai premi pasar ritel juga tidak terlalu besar dibanding pasar korporasi. Contohnya adalah sebuah polis asuransi korporasi bernilai 1 milyar rupiah mencerminkan 10.000 polis asuransi ritel. Pada tahun 2007 ini, PT Staco Jasapratama menargetkan bisnisnya 60 persen berasal dari korporasi dan 40 persen berasal dari ritel, yang pada tahun sebelumnya mencapai 70 persen dan 30 persen. Pada tahun 2005 perusahaan berada dalam kondisi tidak sehat, dimana persentase untuk pasar korporasi dan ritel masing-masing 80 persen dan 20 persen. Kondisi ini menggambarkan bisnis perusahaan terlalu bergantung pada korporasi yang berdampak tidak baik bagi perusahaan. Pasar korporasi dan pasar ritel memiliki kegunaan masing-masing bagi perusahaan. Bisnis yang diperoleh dari pasar korporasi digunakan untuk pertumbuhan perusahaan sedangkan yang diperoleh dari pasar ritel digunakan untuk kekuatan perusahaan.

3. Positioning

Positioning adalah upaya mengkomunikasikan keunggulan produk yang bersifat khas kepada pasar sasaran, sehingga produk perusahaan memiliki posisi yang lebih baik dibanding produk pesaing. Dengan latar belakang pemegang saham mayoritas Bank Mandiri, PT. Staco Jasapratama ingin dikenal sebagai perusahaan asuransi yang berkualitas dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi seluruh nasabah pada umumnya dan para nasabah segmen bank bisnis pada khususnya. Perusahaan memusatkan pelayanan yang memuaskan pada bank bisnis dikarenakan perusahaan telah memiliki pengalaman menangani bank bisnis. Mulai dari kepentingan Bank Mandiri yang menyangkut aset-asetnya sampai dengan nasabah Bank Mandiri. Dari pengalaman tersebut perusahaan yakin bahwa bank lain juga memiliki kebutuhan yang sama, sehingga perusahaan berusaha untuk terus membina hubungan baik dengan para pelaku perbankan. Pelayanan dalam asuransi identik dengan pelayanan terhadap proses klaim. Semakin cepat pembayaran klaim maka citra dan posisi perusahaan semakin baik dalam benak nasabah. Perusahaan selalu berusaha agar pembayaran klaim dapat dilakukan sebelum masa tenggang waktu yang ditetapkan, yaitu 30 hari sejak persetujuan antara penanggung perusahaan asuransi dan tertanggung nasabah tentang besarnya pembayaran klaim. Pada tahun 2004 dan 2005 PT. Staco Jasapratama telah menerima penghargaan berupa Trophy Infobank Award atas prestasi kinerja dengan predikat sangat bagus yang diperoleh selama 5 tahun berturut-turut. Penghargaan ini juga telah membantu perusahaan menciptakan citra dan posisi yang baik di mata nasabah. Namun PT Staco Jasapratama tidak memiliki motto seperti beberapa pesaingnya, yang dapat memudahkan masyarakat dan nasabah mengingat perusahaan.

5.1.2. Marketing Mix