Hakekat Pembelajaran Landasan Teoritis

40 nilai, organization organisasi, characterization karakterisasi. 3 Domain psikomotorik; berkenaan dengan hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan ketiga domainranah hasil belajar tersebut, domain kognitif merupakan ranah yang paling sering dinilai oleh guru. Domain kognitif berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai materi pelajaran. Pada penelitian ini, hasil belajar siswa merupakan penilaian kemampuan kognitif siswa yang diperoleh dari tes hasil belajar. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dalam penelitian ini berupa soal tes tertulis yang diujikan di akhir pembelajaran posttest. Namun demikian, domain afektif dan psikomotor tetap diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran. Domain afektif muncul pada nilai-nilai karakter yang terintegrasi pada setiap langkah pembelajaran dalam RPP, sedangkan domain psikomotor terakomodir dalam kegiatan praktikum selama proses pembelajaran IPA berlangsung. Sehingga dengan demikian, keseluruhan domain hasil belajar dapat tercakup pada saat pembelajaran IPA dilaksanakan.

2.1.5 Hakekat Pembelajaran

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal adalah berarti proses, cara, perbuatan mempelajari 41 Suprijono 2010: 13. Menurut Trianto 2012: 17 bahwa pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Ahli lain berpendapat bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa events yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh kemudahan Briggs 1 992 dalam Rifa‟i dan Anni 2010: 191. Pendapat lain menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang diharapkan Hernawan 2007: 9.4-9.5. Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana antara keduanya terjadi komunikasi transfer yang intens dan terarah untuk mencapai tujuan yang talah ditetapkan sebelumnya. 2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Berbicara tentang karakteristik siswa SD, Piaget 1950 dalam Susanto 2013: 77 membagi perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap. Adapun tahap perkembangan kognitif manusia menurut Piaget, yaitu: 1 Tahap sensorimotor umur 0-2 tahun; 2 Tahap pra operasional umur 2-7 tahun; 3 Tahap operasional konkret umur 7-11 tahun; dan 4 Tahap operasional formal umur 11 tahun keatas. Dilihat dari tahap perkembangan kognitif yang diutarakan Piaget, siswa Sekolah Dasar termasuk dalam tahap operasional konkret umur 7-11 tahun. 42 Siswa Sekolah Dasar masih belum dapat berpikir abstrak. Implikasinya dalam pembelajaran, guru harus menggunakan bantuan benda konkret untuk memperjelas penyampaian materi pelajaran. Selain itu dalam tahap perkembangan ini, terdapat fakta bahwa perbuatan atau percobaan yang dilakukan anak pada usia ini masih bersifat coba-coba, dan percobaan-percobaan tersebut masih jarang yang berhubungan antara satu dengan lainnya. Anak usia ini belum dapat secara mental mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang beragam lebih dari satu untuk memecahkan suatu masalah memperoleh jawaban dari suatu masalah. Mereka juga masih belum mampu mempergunakan ketentuan-ketentuan yang logis pada bendakejadian yang tidak nyatatampak. Seperti dikatakan di atas, bahwa mereka hanya mampu berhubungan dengan hal-hal yang nyata atau dengan hal-hal yang mereka bayangkan. Kenyataan inilah yang melahirkan pembelajaran IPA yang banyak melibatkan siswa secara langsung dan menjelaskan pentingnya dalam pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan percobaan-percobaan nyata. Sapriati dkk. 2009: 1.15. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan Sumantri 2011: 6.4 yang menyatakan bahwa guru hendaknya merancang pembelajaraan yang memungkinkan anak untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Menurut Handayani dkk. 2002: 19 ada beberapa karakterisktik siswa sekolah dasar yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang perlu diperhatikan guru sehubungan dengan implikasinya dalam pembelajaran. Holt menyatakan bahwa ciri siswa sekolah dasar adalah mempunyai rasa ingin tahu yan lebih, penyelidik, penemu, pembelajar, dan pencipta. Blosser dan Hogelsoon menyatakan bahwa siswa sekolah dasar lebih mudah memahami IPA bila melakukan sendiri 43 percobaan itu. Sedangkan Bingham menekankan pentingnya eksperimen, karena eksperimen dapat membantu untuk menemukan alasan mengapa proses sesuatu itu terjadi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka kegiatan yang melalui pengamatan dan percobaan sesuai dengan karakteristik sekolah dasar dan sesuai dengan pandangan konstruktivisme yang terwadahi dalam sebuah model pembelajaran yakni model pembelajaran Children Learning In Science CLIS . Model CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Untuk itu dalam kegiatan belajar mengajar, sebelum siswa melakukan eksplorasi melaui pengamatan dan percobaan terlebih dahulu diidentifikasi pengetahuan awal yang mereka miliki agar dapat diketahui seberapa jauh kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2.1.7 Hakikat IPA

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajan CLIS (Children Learning in Science) terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat dan perubahan wujud benda

0 6 256

PENGARUH MODEL PEMBELAJAN CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA (Penelitian Quasi Eksperimen di SD Islam Al-Syukro Universal)

1 23 256

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

0 12 65

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT OBSERVE EXPLAIN) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KEJAMBON 4 KOTA TEGAL

2 25 408

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PECAHAN KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1, 2, 3 KOTA TEGAL

5 24 333

KEEFEKTIFAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS TERHADAP HASIL BELAJAR SIFAT SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1 DAN 3 KOTA TEGAL

0 33 256

KEEFEKTIFAN MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR ENERGI SISWA KELAS III SDN 01 CIKAWUNG

0 15 293

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE(CLIS) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASARKELAS V PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

0 0 41

Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) untuk

1 3 4

1 PENERAPAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VB SD NEGERI 97 PEKANBARU

0 0 13