Komponen Pembelajaran Kontekstual Kajian Tentang Pembelajaran Kontekstual
29 dari berpikir kritis ini ialah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam, sedangkan berpikir kreatif adalah proses berfikir yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, memunculkan imajinasi,
mengungapkan ide-ide yang tak terduga dan membuka sudut pandang yang baru. Berfikir kritis dan kreatif ibarat dua sisi mata uang, sisi
pertama berpikir kreatif menemukan cara baru dalam menyelasaikan suatu permasalahan dan sisi kedua berpikir kritis mempelajari apakah
cara itu layak dan tepat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan itu.
Pembelajaran kontekstual banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan kehidupannya dan membuat mereka berpikir kritis dan kreatif dalam meyelesaikan berbagai permaalahan tersebut.
f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang Pembelajaran kontekstual menuntut guru untuk dapat mengenal
setiap siswa dan mengetahui karakteristiknya. Guru harus mengetahui dan mengenal siswanya agar guru dapat membantu individu itu
tumbuh dan berkembang mencapai prestasi terbaiknya. Pembelajaran kontekstual mengharuskan setiap guru untuk
membantu setiap siswa tumbuh dan berkembang, agar dapat membantu siswa tumbuh dan berkembang guru harus membangun
hubungan dengan siswa, salah satunya dengan cara mengenal kehidupan setiap siswa di rumahnya.
30 g. Mencapai standar yang tinggi
Salah satu komponen yang tidak kalah penting dalam pembelajaran konteksual adalah menetapkan standar akademik yang
tinggi untuk dicapai oleh setiap siswa Eliane B. Jhonson, 2008:260. Standar akademik yang dimaksud adalah aspek-aspek yang harus
dikuasai siswa setelah menyelesaikan pembelajaran. Pembelajaran kontekstual tidak hanya menetapkan standar akademik yang tinggi,
tetapi menetapkan tujuan yang menggabungkan pengetahuan dan tindakan yang bermakna bagi siswa.
Salah satu contoh yang dapat dilakukan guru untuk mencapai standar yang tinggi yaitu guru menentukan standar nilai yang tingi
untuk setiap materi yang akan diajarkan. Setelah materi tersebut diajarkan, guru mengadakan evaluasi dan siswa harus mencapai
standar yang telah ditentukan. Jika siswa belum mencapai standar yang ditentukan maka dilakukan remedial agar standar yang tinggi itu
dapat tercapai. h. Menggunakan Penilaian Autentik
Penilaian autentik dalam pembelajaran kontekstual sangat dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat berpikir siswa menjadi lebih
tinggi. Masnur Muslichach 2009:51 mengungkapakan bahwa penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi
akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik mengajak para siswa untuk
31 menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata
untuk tujuan bermakna Eliane B. Jhonson, 2008:288. Penialaian autentik merupakan proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa Wina Sanjaya, 2008:122. Penilaian autentik
dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Penilaian autentik yang dilakukan guru diperoleh bukan hanya dari hasil pembelajaran saja, tetapi hasil proses mengamati,
menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika proses pembelajaran berlangsung. Penilaian autentik mempunyai
empat jenis penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu portofolio, pengukuran kinerja, proyek, dan jawaban tertulis secara
lengkap Eliane B. Jhonson, 2008:290. Selain komponen-komponen yang di jelaskan diatas, Wina
Sanjaya 2008:118 mengembangkan dan menyederhanakan delapan komponen diatas menjadi tujuh komponen pembelajaran kontekstual
yaitu kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian nyata. Ketujuh komponen tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut : a. Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
32 pengalaman
Udin Syaefudin Sa’ud, 2010:168. Secara garis besar kontruktivisme merupakan proses membangun pemahaman sendiri
secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang bermakna.
Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan berasal dari luar dan kemudian dikontruksi didalam diri seseorang. Pengetahuan
terbentuk dari dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek dalam menginterpretasi objek
tersebut. Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan bukanlah serangkaian fakta , konsep dan kaidah yang siap dipraktikkan., akan
tetapi siswa harus mengkontruksi terlebih dahulu pengetahuan tersebut melalui pengalaman nyata agar tercipta pengetahuan yang
bermakna. Guru dalam proses pembelajaran harus bisa membuat siswa
membangun sendiri pengetahuannya dengan terlibat aktif dalam pembelajaran.
Siswa dalam
pembelajaran dibimbing
untuk memecahkan masalah , menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya dan mengembangkan ide-ide yang ada dalam dirinya. b. Inkuiri
Inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis
Udin Syaefudin Saud, 2010:169. Inkuiri merupakan bagian inti dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam
33 inkuiri pengetahuan bukanlah hasil mengingat seperangkat fakta-fakta
namun hasil dari menemukan sendiri. Guru dalam dalam pembelajaran harus menerapkan langkah-
langkah pembelajaran yang merujuk pada kegiatan menemukan. Langkah
– langkah kegiatan inkuiri yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan
membuat kesimpulan Sugiyanto, 2009:18. c. Bertanya
Bertanya adalah merupakan cara untuk menemukan pengetahuan. Menurut Sugiyanto 2010:18 bertanya merupakan bagian inti dalam
belajar dan menemukan penetahuan. Bertanya pada dasarnya merupakan suatu ungkapan dari keingintahuan setiap individu.
Pengetahuan yang dimilik seseorang selalu bermula dari proses bertanya. Untuk itu keterampilan guru dalam bertanya sangat
diperlukan. Bertanya dalam proses pembelajaran mempunyai manfaat yang
sangat besar. Bertanya dalam pembelajaran berguna untuk : menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon
siswa, memngetahui kadar keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang
diketahuai siswa,
memfokuskan perhatian
siswa, membangkitakan lebih banyak pertanyaan pada diri siswa dan
menyegarkan pengetahuan siswa Masnur Muslich, 2009:44.
34 Kegiatan bertanya selalu ada dalam proses pembelajaran. Guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan bertanya dan teknik-teknik bertanya
yang dimilikinya. d. Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontektual memandang bahwa hasil belajar harus diperoleh melalui kerjasama
dengan orang lain. Vygotsky dalam Wina Sanjaya, 2008:120 menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang
banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalah tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan orang lain dalam
memecahakannya, sehingga kerja sama dan komunikasi dengan orang lain sangat diperlukan dalam menyelesaikan masalah.
Konsep masyarakat belajar dalam penerapanya pada pembelajaran kontekstual dapat dilakukan melalui kelompok belajar. Siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen dilihat dari kecerdasannya, kecepatan belajar dan bakat serta minatnya.
Masyarakat belajar akan terjadi ketika proses komunikasi dua arah. Belajar didalam sebuah kelompok akan terjadi hubungan saling
membantu, saling membelajarkan agar setiap siswa dapat berkembang kemampuannya.
35 e. Permodelan
Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa Sugiyanto, 2010:19.
Dalam proses pembelajaran terdapat model yang bisa ditiru oleh siswa, misalnya guru memodelkan cara menggunakan suatu alat
dalam percobaan IPA. Permodelan dapat dilakukan dengan mendemonstrasikan kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam
pembelajaran. Proses permodelan tidak hanya terbatas dari guru saja, namun guru
bisa mendatangkan luar yang ahli dalam bidangnya atau memanfaatkan
siswa yang
dianggap memiliki
kemampuan. Permodelan merupakan komponen penting dalam pembelajaran
kontekstual, karena dengan permodelan siswa dapat terhidar dari pembelajaran yang hanya bersifat teori dan abstrak.
f. Refleksi Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian- kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya Wina
Sanjaya, 2008:122. Melalui proses refleksi pengalaman belajar siswa akan dimasukan kedalam struktur kognitifnya dan akan menjadi
bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Refleksi yang dilakukan dalam pembelajaran akan membuat siswa
memperbarui pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam
36 proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual, setiap
akhir dari pembelajaran guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Siswa diberi
kesempatan untuk menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajar yang telah
dipelajarinya. g. Penilaian Nyata
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa Sugiyanto, 2010:19. Perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar guru mengetahui apakah siswa benar-
benar belajar. Penilaian nyata diperoleh bukan hanya dari hasil pembelajaran saja, tetapi penilaian nyata merupakan proses
mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika proses pembelajaran berlangsung berupa pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa. Ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
menilai hasil belajar siswa secara nyata, hal itu antara lain : proyekkegiatan, pekerjaan rumah PR, kuis, karya siswa,penampilan
siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis Trianto, 2013:120
Berdasarkan uraian di atas mengenai komponen-komponen yang ada dalam pembelajaran kontekstual, dapat disimpulkan bahwa dalam
37 pembelajaran kontekstual pengetahuan yang diberikan kepada siswa
bukan merupakan informasi yang diberikan orang lain, akan tetapi pengetahuan itu diperoleh dari proses menemukan sendiri. Maka dari
itu, dalam pembelajaran kontekstual harus dihindari mengajar dengan penyampaian informasi saja dari guru kepada siswa. Guru dalam
melaksanakan pembelajaran harus memperhatikan komponen- komponen dalam pembelajaran kontekstual agar dapat menciptakan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan yang dia miliki dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan beberapa komponen yang dipaparkan diatas peneliti cenderung menggunakan komponen pembelajaran kontekstual yang
dikemukakan Eliane B. Jhonson.