Aplikasi Stoikiometri Larutan Stoikiometri 1. Stoikiometri dengan faktor konversi.
38 Proses penambahan ini dilakukan sedikit demi sedikit tetes demi tetes memakai suatu alat
yang disebut buret. Tiap skala buret volumnya 1 ml dan dibagi menjadi 10 bagian. Setiap satu tetes larutan standar yang keluar dari buret volumnya
± 120 mL Zat yang akan dititrasi
ditempatkan dalam erlenmeyer Gambar 7. Saat terjadinya reaksi sempurna antara larutan
standar dengan larutan yang dianalisis disebut titik akhir tittasi. Pasa saat ini titrasi
dihentikan. Reaksi yang terjadi antara larutan standar dengan larutan yang dianalisis dalam analisis volumetri harus memenuhi beberapa syarat antara lain :
1. Reaksi kimia yang terjadi harus sederhana dan mudah ditulis persamaan reksinya.
2. Reaksi harus dapat berjalan cepat. Tetesan terakhir dari larutan standar harus sudah dapat
menunjukkan reaksi sempurna. Kalau tidak akan terjadi kesalahan titrasi. 3.
Reaksi harus kuantitatif, artinya reaksi dapat berlangsung sempurna menghasilkan hasil reaksi.
4. Pada saat reaksi sempurna titik akhir titrasi harus ada perubahan fisik atau sifat kimia
yang dapat diamati. Titik ekivalen dapat diketahui dengan menambahkan larutan indikator ke dalam larutan yang dititrasi atau dapat pula disebabkan oleh warna larutan
standarnya sendiri. Tidak semua indikator dapat digunakan pada setiap titrasi oleh karena setiap reaksi
mencapai titik ekivalen pada derajat keasaman pH tertentu dan setiap indikator mengalami perubahan warna pada derajat keasaman pH sendiri-sendiri. Sering dikatakan bahwa setiap
indikator mempunyai trayek pH perubahan warna sendiri-sendiri. Misalnya fenolftalein p.p, mempunyai trayek perubahan warna pada pH 8,3 – 10, artinya pada pH larutan lebih kecil
dari 8,3 indilator p.p tidak berwarna, pada pH larutan lebih besar dari 10, p.p berwarna merah, dan pada pH antara 8,3 – 10 terjadi warna peralihan dari tidak berwarna sampai
Tabel 4: Trayek pH perubahan warna beberapa indikator asam-basa
Indikator Asam-basa
Warna pK
In
Trayek pH Asam
Basa Timol biru
Bromofenol biru Klorofenol biru
Bromotimol biru Kresol merah
Metil Oranye Metil merah
Fenolftalein Merah
Kuning Kuning
Kuning Kuning
Oranye Merah
Tak berwarna
Kuning Biru
Merah Biru
Merah Kuning
Kuning Merah
1,51 3,98
5,98 7,0
8,3 3,7
5,1 9,4
1,2 – 2,8 3,0 – 4,6
4,8 – 6,4 6,0 – 7,6
7,2 – 8,8 3,1 – 4,4
4,2 – 6,3 8,3 – 10
39 merah. Beberapa trayek pH perubahan warna indikator dapat dilihat pada
Tabel 4. Oleh
karena setiap indikator mempunyai trayek pH perubahan warna sendiri-sendiri, maka pemilihan indikator yang tepat untuk digunakan pada titrasi, dilakukan dengan menghitung
pH larutan yang terjadi pada saat titik ekivalen. Pemilihan indikator ini dalam praktek biasanya dilakukan dengan terlebih dahulu membuat
kurva titrasi yaitu kurva yang dibuat
dengan mengalurkan pH larutan pada setiap penambahan volum zat penitrasi titran terhadap volum titran. pH larutan pada setiap penambahan volum titran dapat diukur secara
eksperimen dengan menggunakan pH meter atau dapat dihitung secara teoritis dengan hitungan menggunakan prinsip kesetimbangan kimia.
Misalnya, titrasi 25 mL 0,0920 HCl dengan 0,10 M NaOH, data pH larutan pada setiap penambahan volum titran dapat dilihat pada
Tabel.5. Perhitungan pH larutan yang
terjadi setiap
penambahan volum
titran akan
dibahas secara rinci di Parwa 2.
Dari data dapat dibuat kurva titrasinya
coba Sdr buat kurva ini dan dari kurva dapat
diketahui bahwa semua indikator dengan trayek
pH antara 4 s.d 11 dapat digunakan pada titrasi tersebut, karena pada titik ekivalen, pH larutan berubah drastis dari 4 – 11.
Disamping titrasi digunakan untuk menentukan konsentrasi atau kadar zat dalam sampel, titrasi mempunyai banyak kegunaan, antara lain : menentukan massa molekul relatif
asam dan basa, menentukan persamaan reaksi asam-basa, menentukan persentase kemurnian dalam titrasi asam-basa, menentukan persamaan reaksi redoks, menentukan bilangan oksidasi
pada titrasi redoks.