Unsur elements, senyawa compounds, dan campuran mixtures.

3 yaitu dispersi yang ukuran partikelnya terletak di antara dispersi homogen dengan dispersi heterogen 2 nm ≤ d ≤ 200 nm Senyawa-murni dapat mengalami perubahan fasa : padat menjadi cair atau cair menjadi gas pada suhu tetap. Sebagai contoh, es meleleh pada suhu 0 o C, yaitu suatu suhu yang tetap konstan pada saat air berubah dari padat menjadi cair. Bila campuran mengalami perubahan fasa, maka umumnya berlangsung pada suatu kisaran range suhu. Oleh karena itu untuk memisahkan penyusun campuran perlu dilakukan percobaan terlebih dahulu untuk mengetahui suhu terjadinya perubahan fasa penyusun campuran itu.

1.3 Hukum kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap

Ahli kimia Jerman, Becher dan Stahl, pertama kali menyimpulkan dari eksperimennya bahwa pembakaran suatu zat pembakaran kayu, perkaratan besi disebabkan karena sesuatu yang disebut flogiston phlogiston. Tetapi Antoine Lavoisier 1743-1794 ahli kimia Perancis, yang juga merupakan korban Revolusi Perancis dan di guillotine pada 8 Mei 1794, telah membantah kesimpulan tersebut dan melalui peragaan mengatakan bahwa pembakaran terjadi dari reaksi zat dengan oksigen. Dia juga menunjukkan, melalui pengukuran yang sangat hati-hati, bahwa bila reaksi dilakukan di dalam ruang tertutup, sehingga tidak ada hasil reaksi yang      → ← Kimia Perubahan          → ← Fisika Perubahan Dispersi Heterogen Campuran Senyawa Unsur 4 hilang, jumlah total massa semua zat yang ada setelah reaksi sama dengan sebelum reaksi. Hasil pengamatannya ini dikenal dengan hukum kekekalan massa the law of conservation of mass yang mengatakan bahwa dalam reaksi kimia massa bersifat kekal tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Ini merupakan salah satu prinsip kimia yang sangat penting sampai saat ini. Sebenarnya Einstein telah menunjukkan bahwa ada hubungan antara massa dan energi, yaitu dengan ungkapan yang sangat terkenal : E = m c 2 . Prubahan energi yang terjadi dalam reaksi kimia semestinya diikuti dengan adanya perubahan massa, tetapi perubahan massa tersebut terlalu kecil untuk dapat diukur secara eksperimen. Sebagai contoh, perubahan energi yang terjadi pada reaksi 2 gram hidrogen dengan 16 gram oksigen setara ekivalen dengan perubahan massa sekitar 10 -9 g. Timbangan analitik yang sensitif hanya dapat mendeteksi perbedaan massa sekitar 10 -6 – 10 -7 g, sehingga perubahan massa sebesar 10 -9 tidak dapat terukur. Hasil eksperimen Lavoisier, mendorong ahli kimia lain untuk menyelidiki aspek kuantitatif dari reaksi kimia. Penyelidikan Joseph Proust 1754 – 1826 akhirnya medapatkan hukum perbandingan tetap the law of definite proportions. Hukum perbandingan tetap menyatakan bahwa di dalam suatu zat murni, unsur-unsur penyusunnya selalu mempunyai perbandingan massa tetap. Air misalnya, perbandingan massa hidrogen dengan oksigennya selalu 1 : 8. Jadi apabila 9,0 gram air diuraikan akan terjadi 1 gran hidrogen dan 8 gram oksigen. Apabila 18 g air diuraikan, maka akan terbentuk 2 g hidrogen dan 16 g oksigen. Lebih lanjut apabila 2 gram hidrogen dicampur dengan 8 g oksigen, dan campuran itu direaksikan, maka akan terjadi 9 gram air dan 1 g hidrogen akan tetap sebagai sisa setelah reaksi. Hasil penelitian Proust ini ditentang oleh Claude Berthollet 1748 – 1822, yang berpendapat bahwa penyusun suatu zat tergantung pada bagaimana zat itu dibuat. Tetapi saat itu pendapat Berthollet tidak mendapat pengakuan karena sistem analisisnya masih sangat belum maju dan sampel yang digunakan adalah berupa paduan alloy atau campuran yang penyusunnya memang sangat bervariasi. Namun kini, beberapa senyawa dalam keadaan padat diketahui mempunyai penyusun yang sedikit bervariasi dan tidak selalu tetap. Senyawa seperti itu disebut bertolida berthollides.