9
G. Batasan Istilah
Sangatlah penting bagi penulis dalam memberikan batasan istilah untuk membuat pembaca mudah memahaminya. Dalam skripsi ini, penulis memberikan
batasan istilah sebagai berikut.
1. Keefektifan adalah peningkatan skor rerata sebelum dan sesudah dikenai perlakuan pembelajaran membaca teks cerpen dengan strategi timbal balik.
2. Membaca cerpen adalah suatu kegiatan yang membutuhkan keterampilan memahami
isi cerita
dalam cerpen
sehingga pembaca
mampu mengimajinasikan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut menjadi sesuatu yang
nyata. 3. Strategi timbal balik adalah strategi dalam pembelajaran membaca yang
ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan skill-skill yang dimiliki oleh pembaca dan pembelajar efektif seperti merangkum, bertanya,
mengklarifikasi, memprediksi, dan merespon apa yang dibaca.
10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Sastra
Sastra merupakan sebuah karya yang terinspirasi dari kehidupan sehari- hari. Dilihat dari pengertian umum, sastra adalah lembaga sosial yang
menggunakan bahasa sebagai medium bahasa itu sendiri. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial Sapardi DJoko Damono via Priyatni 2010: 12.
Berbeda dengan Sapardi Djoko Damono, Wellek dan Warren via Wiyatmi, 2008: 14-15 menjelaskan bahwa
pertama, sastra adalah segala sesuatu yang tertulis dan tercetak. Dengan pengertian demikian, maka segala sesuatu yang tertulis, entah itu ilmu
kedokteran, ilmu sosial, atau apa saja yang tertulis adalah sastra. Kedua, sastra dibatasi hanya pada “mahakarya” great books, yaitu buku-buku
yang dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya. Dalam hal ini, kriteria yang dipakai adalah segi estetis, atau nilai estetis
dikombinasikan dengan nilai ilmiah. Ketiga, sastra diterapkan pada seni sastra, yaitu dipandang sebagai karya imajinatif .
Berdasarkan pendapat Wellek dan Warren dapat diketahui bahwa sastra merupakan sebuah karya yang berbentuk tulisan dan bersifat imajinatif serta
dalam mengaplikasikan hanya dibatasi sampai pada buku yang diberi unsur karya ilmiah. Namun, meskipun Wellek dan Warren menyebutkan sastra bersifat
imajinatif tetapi pada kenyataannya sastra dibuat masih terdapat kebenaran yang masuk akal. Hal ini sesuai dengan Altenbernd dan Lewis via Priyatni, 2010: 12
menyatakan bahwa meskipun karya sastra bersifat imajiner, tetapi tetap masuk akal dan mengandung kebenaran.
11
Pendapat-pendapat tersebut kemudian diperjelas oleh George Lukas via Priyatni, 2010: 12 bahwa sastra adalah pengungkapan realitas kehidupan
masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. Dalam hal ini, sastra dibuat terinspirasi dari perilaku masyarakat yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Kemudian, pengarang membuatnya berbentuk karya sastra dengan sedikit bersifat imajiner dari pengarangnya. Berdasarkan uraian mengenai pengertian sastra
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sastra adalah segala sesuatu yang tertulis, memiliki ekspresi sastra, serta bersifat imajinasi dan terinsipirasi dari
kehidupan sosial masyarakat baik berupa hubungan antarmanusia, antarperistiwa atau berupa cerminan dari masyarakat.
Sastra berfungsi menghibur dan sekaligus juga mendidik. Melalui sastra, seseorang dapat merasakan kepuasan pribadi. Sastra juga mempunyai fungsi
mendidik karena seseorang memperoleh kemampuan yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Budianta via Priyatni,
2010: 21 sastra berfungsi memberikan kesenangan dan kenikmatan kepada pembacanya. Kadang-kadang dengan membaca sastra justru muncul ketegangan-
ketegangan, dan dari ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis yang aktif. Adakalanya dengan membaca sastra kita terlibat secara total dengan apa yang
dikisahkan. Dalam keterlibatan itulah justru kemungkinan muncul kenikmatan estestis dan bersifat menghibur. Fungsi-fungsi sastra tersebut menjadi penting
sebagai usaha agar mampu membentuk karakter siswa lebih baik dan mampu mengapresiasikan karya sastra. Oleh karena itu, sastra dimasukan pada
pembelajaran siswa di kelas.