Bagi anak yang tinggal di daerah perdesaan, ternyata sebanyak 67,71 persen memiliki KRT dengan status berusaha sendiri dibantu buruh tidak
tetaptidak dibayar. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan untuk status pekerjaan yang lain terjadi kondisi
yang sebaliknya, yaitu persentase untuk daerah perkotaan lebih besar dibandingkan daerah perdesaan.
Tabel 12 Persentase anak yang bekerja menurut status pekerjaan KRT dan daerah tempat tinggal di Indonesia, tahun 2011
Status Pekerjaan Klasifikasi Daerah Tempat Tinggal
Perdesaan Perkotaan
Perdesaan+perkotaan
Berusaha Sendiri 12,04
19,93 14,10
Berusaha Dibantu Buruh Tidak TetapTidak Dibayar
67,71 31,82
58,34 Berusaha Dibantu Buruh
TetapDibayar 2,72
8,66 4,27
BuruhKaryawanPegawai 9,23
27,49 14,00
Pekerja Bebas 7,12
10,03 7,88
Pekerja KeluargaTidak Dibayar
1,18 2,06
1,41
Jumlah 100,00
100,00 100,00
Sumber: data diolah dari BPS, 2011
Apabila status pekerjaan KRT dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pekerja sektor formal dan informal, demikian juga lapangan usaha KRT yang
dibedakan menjadi sektor pertanian dan nonpertanian, maka hasilnya dapat dilihat di Gambar 13. Sebagian besar
anak yang bekerja memiliki KRT yang bekerja dengan status pekerja informal, yaitu sebanyak 55,89 persen, sedangkan 44,10
persen merupakan pekerja di sektor formal. Sektor informal biasanya diidentikkan dengan sektor yang mengalami masalah underpayment atau pendapatan yang
rendahbesarannya tidak tetap. Selain itu, biasanya pekerja sektor informal bekerja tanpa jaminan sosial yang jelas dan tidak ada keberlanjutan sustainability dari
pekerjaan mereka. Adanya perbedaan persentase antara kedua status pekerjaan KRT menunjukkan bahwa jika KRT bekerja di sektor informal, maka
kecenderungan anak untuk bekerja akan lebih besar dibandingkan mereka yang memiliki KRT yang bekerja di sektor formal. Anak-anak didorong bekerja untuk
menambah penghasilan rumah tangga.
Sumber: data diolah dari BPS, 2011
Gambar 13 Persentase anak yang bekerja menurut status pekerjaan dan lapangan usaha KRT di Indonesia, tahun 2011.
Apabila status pekerjaan KRT dihubungkan dengan lapangan usaha KRT, terlihat bahwa untuk KRT yang bekerja di lapangan usaha pertanian hampir
seluruhnya berstatus sebagai pekerja informal. Pertanian memang merupakan lapangan usaha tradisional yang banyak menyerap pekerja informal. Sedangkan
untuk KRT yang bekerja di lapangan usaha nonpertanian lebih dari 60 persennya berstatus sebagai pekerja formal.
V . FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN
ANAK UNTUK BEKERJA
Berdasarkan teori-teori yang mendasari penelitian, dan penelitian- penelitian terdahulu, maka faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini yang
diduga memengaruhi keputusan anak untuk bekerja adalah umur anak, jenis kelamin anak, partisipasi sekolah anak, umur KRT, jenis kelamin KRT, lapangan
usaha KRT, statuskedudukan KRT dalam pekerjaan, pendidikan KRT, status perkawinan KRT, jumlah anggota rumah tangga, dan daerah tempat tinggal.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik dengan variabel dependen terdiri atas dua kategori, yaitu keputusan anak untuk bekerja
dan tidak bekerja. Prosedur yang digunakan untuk membentuk regresi logistik terbaik pada penelitian ini adalah stepwise backward wald. Berdasarkan output
SPSS, diperoleh model terbaik melalui satu tahap iterasi.
5.1. Likelihood Ratio Test
Untuk mengetahui peran seluruh variabel penjelas di dalam model secara bersama-sama, dapat digunakan uji Likelihood Ratio atau uji signifikansi model.
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai observasi terhadap nilai dugaan yang diperoleh pada model yang terbentuk dengan model penuh.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah : Ho: tidak ada pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.
H
1
: ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji kelayakan secara keseluruhan overall fit test dilihat dari nilai -2 log
likelihood. Nilai -2 log likelihood yang semakin rendah dibandingkan dengan nilai awal, menunjukkan bahwa model akan semakin fit secara keseluruhan. Dari hasil
run data menggunakan SPSS terlihat bahwa nilai -2 log likelihood pada awalnya adalah 72.548,598, kemudian semakin menurun menjadi 53.707,055, sehingga
nilai G yang dihasilkan adalah 18.841,543. Uji kemaknaan koefisien regresi overall fit test juga dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan uji Chi Square. Nilai signifikansi yang didapat dari hasil pengolahan adalah sebesar 0,00. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari
0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa keputusan anak untuk bekerja dapat diprediksi dengan menggunakan variabel-variabel dependen tersebut.
5.2. Output Classification Model
Classification model digunakan untuk menentukan kesesuaian model dalam memprediksi keputusan anak untuk bekerja. Semakin tinggi nilai overall
percentage mendekati 100 maka ketepatan model dalam memprediksi akan semakin baik.
Dari output classification table terlihat bahwa nilai overall percentage sebesar 90,9 persen. Angka ini menunjukkan bahwa model secara keseluruhan
memiliki tingkat kesesuaian sebesar 90,9 persen dalam memprediksi keputusan anak untuk bekerja. Artinya, model tersebut memiliki kemampuan yang baik
untuk memprediksi dan layak dipakai.
5.3. Uji Wald
Setelah secara simultan model dinyatakan berpengaruh nyata dan dapat digunakan, tahap selanjutnya adalah menguji keberartian masing-masing
parameter dalam model secara parsial. Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel penjelas dalam model digunakan statistik uji Wald. Parameter yang
digunakan adalah dengan membandingkan antara nilai signifikansi setiap variabel dengan taraf nyata 0,05. Apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka variabel
bebas tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat dan berlaku pula sebaliknya.
Melalui uji Wald diperoleh hasil bahwa semua variabel yang dimasukkan ke dalam model memiliki signifikansi 0,00 yang berarti memiliki pengaruh
terhadap keputusan anak untuk bekerja. Nilai B yang bertanda positif + menunjukkan bahwa variabel bebas tersebut berpengaruh secara positif terhadap
variabel terikat, begitu pula sebaliknya. Model transformasi logit yang diperoleh adalah:
gx= -6,385+ 0,510 anak_B19051 - 0,451 anak_JK1 + 0,240 anak_UMUR + 0,040 anak_JART0 + 0,337 krt_JK1 - 0,014 krt_UMUR + 2,339
sekolah1 + 0,503 status_kerja1 + 0,208 statuskawin_KRT1 + 0,268 KLUIKRT1 – 0,060 tamatSDSMP1 + 0,246 tdktamatSD1 ……5.1
− 1
x x
π π
Tabel 13 Hasil estimasi koefisien model, nilai uji Wald, signifikansi, dan nilai odds ratio dari model regresi logistik faktor-faktor yang memengaruhi
keputusan anak untuk bekerja di Indonesia, tahun 2011
Nama Variabel B
Wald Signifikansi
ExpB
anak_B1P051 0,510
314,571 0,00
1,665 anak_JK1
-0,451 365,993
0,00 0,637
anak_UMUR 0,240
1,724E3 0,00
1,271 anak_JART0
0,040 39,035
0,00 1,041
krt_JK1 0,337
31,389 0,00
1,400 krt_UMUR
-0,014 111,705
0,00 0,986
sekolah1 2,339
8,221E3 0,00
10,370 status_kerja1
0,503 253,626
0,00 1,653
statuskawin_KRT1 0,208
13,614 0,00
1,231 KLUIKRT1
0,268 88,111
0,00 1,307
TamatSDSMP1 -0,060
3,076 0,00
0,942 TidaktamatSD1
0,246 42,304
0,00 1,279
intersep -6,385
3,713E3 0,00
0,002
Sumber: data diolah dari BPS, 2011
Terlihat dari fungsi regresi logistik bahwa koefisien umur anak dan jumlah anggota rumah tangga bertanda positif, yang berarti bahwa semakin tinggi umur
anak dan semakin banyak anggota rumah tangga, maka peluang anak untuk bekerja akan semakin besar. Sedangkan umur KRT yang bertanda negatif berarti
bahwa semakin tinggi umur KRT, maka peluang anak untuk bekerja akan semakin rendah.
Apabila fungsi regresi dimasukkan karakteristik yang dihipotesiskan mempunyai peluang lebih besar yang memunculkan anak untuk bekerja, yaitu:
tinggal di daerah perdesaan anak_B19051=1, anak berjenis kelamin laki-laki anak_JK1=0, anak belumtidak bersekolah sekolah1=1, KRT berjenis
kelamin perempuan
krt_JK1=1, KRT
berpendidikan rendah
tdkamatSD1=1, lapangan usaha KRT di sektor pertanian KLUIKRT1=1, status pekerjaan KRT di sektor informal status_kerja1=1, dan KRT berstatus