singlecerai statuskawin_KRT1=1, maka persamaan regresi logistik akan menjadi:
x g
= --6,385+ 0,510 1 - 0,451 0 + 0,240 anak_UMUR + 0,040 anak_JART0 + 0,337 1 - 0,014 krt_UMUR + 2,339 1 + 0,503 1 +
0,208 1 + 0,268 1 – 0,060 0 + 0,246 1
x g
= -1,974+0,240 anak_UMUR +0,040 anak_JART0- 0,014 krt_UMUR 5.2 Variabel anak_UMUR, anak_JART0, dan krt_UMUR merupakan variabel
data numerik sehingga dapat dimasukkan nilai berapa saja. Contohnya, apabila anak berumur 17 tahun, dengan jumlah anggota keluarga 6 orang, dan memiliki
KRT yang berumur 45 tahun, maka:
x g
= -1,974+ 0,240 17 + 0,040 6- 0,014 45 = 1,716
π π
− 1
= exp 1,716 = 5,562
π
= 0,848 Dengan demikian, anak yang berkarakteristik tinggal di daerah perdesaan,
berumur 17 tahun, berjenis kelamin laki-laki, belumtidak bersekolah, memiliki KRT berjenis kelamin perempuan, memiliki KRT berpendidikan tidak tamat
SDtidak pernah bersekolah, dengan lapangan usaha KRT di sektor pertanian, status pekerjaan KRT di sektor informal, KRT berstatus singlecerai, KRT
berumur 45 tahun, dan RT dengan jumlah anggota keluarga 6 orang, akan memiliki peluang untuk bekerja sebesar 0,848.
Sebaliknya, jika fungsi regresi memasukkan karakteristik yang dihipotesiskan memiliki peluang lebih rendah untuk anak memutuskan bekerja,
yaitu: tinggal di daerah perkotaan anak_B19051=0, anak berjenis kelamin perempuan anak_JK1=1, anak bersekolah sekolah1=0, KRT berjenis
kelamin laki-laki krt_JK1=0, KRT berpendidikan tamat SD atau SMP tamatSDSMP1=1, lapangan usaha KRT di sektor lainnya KLUI1=0, status
pekerjaan KRT di sektor formal status_kerja1=0, dan KRT berstatus kawin statuskawin_KRT1=0, maka persamaan regresi logistik akan menjadi:
x g
= -6,385+ 0,510 0 - 0,451 1 + 0,240 anak_UMUR + 0,040 anak_JART0 + 0,337 0 - 0,014 krt_UMUR + 2,339 0 + 0,503 0 + 0,208 0 +
0,268 0 – 0,060 1 + 0,246 0
x g
= -6,896 +0,240 anak_UMUR +0,040 anak_JART0-0,014 krt_UMUR 5.3 Kemudian, apabila anak berumur 17 tahun, dengan jumlah anggota keluarga 6
orang, dan memiliki KRT yang berumur 45 tahun, maka:
x g
= -6,896 + 0,240 17 + 0,040 6- 0,014 45 = -3,206
π π
− 1
= exp-3,206 = 0,041.
π
= 0,039 Hasil penghitungan memperlihatkan bahwa peluang anak untuk bekerja
rendah, yaitu 0,039. Angka tersebut akan semakin rendah apabila umur anak semakin rendah, jumlah anggota rumah tangga semakin rendah, dan umur KRT
semakin tinggi.
5.4. Odds Ratio
Besarnya pengaruh masing-masing variabel terhadap keputusan anak untuk bekerja dapat dilihat berdasarkan nilai odds ratio. Nilai odds ratio dalam
model tersebut adalah:
θ
= exp--6,385+ 0,510 anak_B19051 - 0,451 anak_JK1 + 0,240 anak_UMUR + 0,040 anak_JART0 + 0,337 krt_JK1 - 0,014
krt_UMUR + 2,339 sekolah1 + 0,503 status_kerja1 + 0,208 statuskawin_KRT1 + 0,268 KLUIKRT1 – 0,060 tamatSDSMP1 +
0,246 tdktamatSD1…………………………………………………… 5.4
Nilai exp B menunjukkan besarnya perubahan odds ratio jika X naik satu satuan. Oleh karena itu dapat ditafsirkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Koefisien variabel daerah tempat tinggal bertanda positif. Berarti anak-anak
yang tinggal di daerah perdesaan memiliki peluang lebih tinggi untuk bekerja dibandingkan anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan. Jika variabel yang
lain konstan, maka kecenderungan anak bekerja di daerah perdesaan sebesar 1,665 kali dibandingkan di daerah perkotaan. Besarnya kecenderungan anak
bekerja di daerah perdesaan diduga antara lain karena keadaan ekonomi di
daerah perdesaan yang lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan, rendahnya kemauan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya, dan
sistem budaya yang berlaku, yaitu pandangan bahwa anak bekerja sebagai salah satu cara untuk mendidik anak.
2. Koefisien jenis kelamin anak bertanda negatif. Koefisien tersebut
menunjukkan bahwa anak perempuan mempunyai peluang lebih kecil untuk bekerja dibandingkan dengan anak laki-laki atau dengan kata lain, anak laki-
laki mempunyai pengaruh positif terhadap kecenderungan anak untuk bekerja. Dengan nilai odds ratio sebesar 0,637 dapat diartikan bahwa anak perempuan
memiliki peluang 0,637 kali untuk bekerja dibandingkan anak laki-laki, atau jika dibalik, anak laki-laki memiliki peluang yang 1,570 kali lebih besar untuk
bekerja. Hal ini diduga karena anak laki-laki lebih dituntut untuk ikut bertanggung jawab secara ekonomi di dalam rumah tangga. Selain itu, diduga
anak perempuan lebih baik bekerja di rumah membantu orang tua dibandingkan masuk ke pasar tenaga kerja.
3. Koefisien umur anak bertanda positif, artinya semakin tinggi umur anak, maka
kecenderungan anak untuk bekerja semakin besar. Angka exp B yang sebesar 1,271 berarti bahwa apabila umur anak bertambah satu satuan, maka
kecenderungan anak untuk bekerja sebesar 1,271 kali dari umur sebelumnya. Hal ini diduga karena anak yang lebih tua memiliki tanggung jawab yang
lebih besar, termasuk juga tanggung jawab dalam masalah ekonomi rumah tangga.
4. Koefisien jumlah anggota rumah tangga bertanda positif, artinya semakin
banyak jumlah anggota rumah tangga, maka kecenderungan anak untuk bekerja semakin besar. Angka exp B yang sebesar 1,041 berarti bahwa setiap
penambahan satu anggota rumah tangga, maka kecenderungan anak untuk bekerja meningkat sebesar 1,041 kali. Hal ini diduga karena dengan
bertambahnya jumlah anggota rumah tangga, maka makin besar biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga tersebut, sehingga dengan anak ikut
bekerja, diharapkan memperingan beban ekonomi rumah tangga.
5. Jika variabel yang lain konstan, maka kecenderungan anak untuk bekerja pada
rumah tangga dengan KRT berjenis kelamin perempuan sebesar 1,400 kali dari pada anak pada rumah tangga dengan KRT laki-laki. Hal ini dapat
disebabkan beratnya beban ekonomi yang harus ditanggung karena suami sudah meninggal atau hidup terpisah.
6. Koefisien umur KRT bertanda negatif, yang berarti bahwa semakin
bertambahnya umur KRT, maka peluang anak dalam rumah tangga itu untuk bekerja semakin menurun. Dengan nilai odds ratio yang sebesar 0,986 dapat
diartikan bahwa apabila umur KRT meningkat satu tahun, maka kecenderungan anak untuk bekerja menjadi lebih kecil 0,986 kali. Hal ini
diduga antara lain karena semakin tua umur KRT maka sudah ada anggota rumah tangga yang dewasa yang menjadi pencari nafkah kedua selain KRT.
7. Odds ratio untuk perbandingan partisipasi sekolah anak adalah sebesar
10,370. Berarti, anak-anak yang belumtidak bersekolah lagi memiliki peluang untuk bekerja sebesar 10,370 kali dibandingkan anak yang masih bersekolah.
Seperti yang diungkapkan oleh Tjandraningsih 1995 bahwa ketika anak-anak tidak mempunyai kesempatan untuk bersekolah, maka pilihan hidupnya hanya
dua, yaitu masuk angkatan kerja atau tidak, dan apabila kondisi orang tuanya kurang mampu dalam hal ekonomi, anak cenderung memilih untuk bekerja.
8. Anak dari KRT yang bekerja di sektor informal memiliki kecenderungan
untuk bekerja sebesar 1,653 kali dibandingkan anak dari KRT yang bekerja di sektor formal. KRT yang bekerja di sektor informal tidak memiliki
pendapatanupah yang tetap dan jam kerja yang pasti, sehingga dengan bekerja, anak dapat membantu menambah pendapatan keluarga.
9. Pendidikan KRT dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu KRT tidak pernah
bersekolahtidak tamat SD, KRT berpendidikan SD-SMP, dan KRT berpendidikan lainnya. Oleh karena itu, faktor ini terdiri atas dua variabel
bebas, yaitu tdktamatSD1 dan tamatSDSMP1. Nilai odds ratio tdktamatSD1 adalah 1,279 artinya anak dengan KRT yang tidak pernah
bersekolahtidak tamat SD memiliki peluang untuk bekerja sebesar 1,279 kali dibandingkan anak dengan KRT yang berpendidikan lainnya. Sedangkan