Eksploitasi Anak Tinjauan Teori 1. Pengertian Anak

Untuk mencegah terjadinya eksploitasi terhadap pekerja anak, Indonesia memiliki perangkat hukum antara lain melalui UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 69 mengatur tentang usia anak yang bekerja, yaitu anak berumur 13 sampai 15 tahun dengan ketentuan-ketentuan tertentu yang ketat dapat melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak menghambat atau mengganggu perkembangan fisik, mental, dan sosial anak yang bersangkutan. Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Pengusaha harus mendapatkan izin tertulis dari orang tua atau wali. 2. Harus ada perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali. 3. Pengusaha tidak boleh mengharuskan anak untuk bekerja lebih dari 3 tiga jam sehari. 4. Pengusaha hanya dibenarkan mempekerjakan anak pada siang hari tanpa mengganggu waktu sekolah anak yang bersangkutan. 5. Dalam mempekerjakan anak, pengusaha harus memenuhi syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja. 6. Ada hubungan kerja yang jelas antara pengusaha dan pekerja anak yang bersangkutanorang tua atau walinya. 7. Anak berhak menerima upah sesuai ketentuan yang berlaku. Tingkat keparahan eksploitasi terhadap anak yang bekerja dihitung untuk mengetahui seberapa jauh jarak antara kondisi normatif sesuai aturan yang berlaku mengenai kondisi anak yang bekerja yang masih bisa ditoleransi dan kondisi yang sebenarnya terjadi. Untuk mengukur tingkat keparahan eksploitasi terhadap anak yang bekerja digunakan pendekatan Indeks Foster-Greer- Thorbecke FGT dari ukuran kemiskinan.

2.1.5. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja secara Umum

Permintaan adalah hubungan antara harga dan kuantitas. Permintaan tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk dipekerjakan pada suatu tingkat upah tertentu. Kurva permintaan mempunyai slope negatif artinya jumlah tenaga kerja yang diminta akan naik bila tingkat upah mengalami penurunan. Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah, teknologi yang digunakan, produktivitas, kualitas tenaga kerja dan besarnya modal. Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah yang ditawarkan dengan jumlah tenaga kerja yang disediakan. Kurva penawaran tenaga kerja menggambarkan jumlah maksimum tenaga kerja yang tersedia dengan kemungkinan tingkat upah tertentu. Jumlah tenaga kerja yang tersedia dapat diketahui berdasarkan jumlah penduduk di suatu daerah, persentase jumlah angkatan kerja serta jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja. Kurva penawaran mempunyai slope positif artinya jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik bila tingkat upah mengalami kenaikan. Interaksi permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja secara bersama menentukan suatu tingkat upah keseimbangan dan penggunaan tenaga kerja keseimbangan dalam pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja dalam keadaan seimbang terjadi ketika permintaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. Gambar 1 Kurva permintaan, penawaran, dan pasar tenaga kerja. Pada Gambar 1, fungsi permintaan tenaga kerja D L sama dengan nilai Value Marginal Physical Product Labour VMPP L yang merupakan besarnya nilai hasil marginal tenaga kerja. VMPP L diperoleh dengan mengalikan MPP L Marginal Physical Product yang merupakan tambahan hasil marginal dengan P harga barang produksi per unit. Keseimbangan pasar tenaga kerja ditunjukkan dengan titik E pada fungsi pasar tenaga kerja yang merupakan perpotongan antara kurva penawaran tenaga kerja S L dengan kurva permintaan tenaga kerja D L .