Jam Kerja Karakteristik Anak 1. Anak-anak yang Bekerja menurut Provinsi

diatur tentang banyaknya jam kerja normal perminggu. Jam kerja normal untuk tenaga kerja umur 15 tahun ke atas adalah 40 jam perminggu, sedangkan untuk anak yang berumur kurang dari 15 tahun adalah 15 jam perminggu. Karena batasan-batasan mengenai jam kerja ini, maka perlu dianalisis kelompok jam kerja dengan melihat umur anak seperti yang terlihat dalam Gambar 10. Sumber: data diolah dari BPS, 2011 Gambar 10 Persentase anak bekerja menurut kelompok jam kerja dan umur di Indonesia, tahun 2011 Gambar 10 menunjukkan bahwa jam kerja bervariasi pada umur yang berbeda. Jam kerja 0-15 jam perminggu paling banyak ditemui di anak-anak yang berumur 10 dan 11 tahun, yaitu masing-masing sebesar 60,38 persen dan 60,18 persen. Persentase ini menunjukkan penurunan seiring dengan pertambahan umur anak. Sebaliknya, jam kerja lebih dari 40 jam perminggu, yang sebenarnya tidak diperbolehkan untuk anak berdasarkan undang-undang, menunjukkan persentase yang kecil pada anak yang berumur 10 dan 11 tahun, yaitu masing-masing sebesar 7,49 persen dan 7,99 persen. Persentase ini semakin meningkat untuk anak-anak dengan umur yang lebih tinggi. Pada anak yang berumur 16 dan 17 tahun, terdapat sebanyak 36,15 persen dan 43,72 persen anak yang bekerja lebih dari 40 jam perminggu. Kondisi ini menunjukkan bahwa jam kerja memiliki hubungan dengan umur, dimana semakin tinggi umur, anak cenderung memiliki jam kerja perminggu yang lebih lama. Hal ini diduga salah satunya karena semakin besar anak, semakin besar tanggung jawab yang dimiliki, sehingga anak-anak umur 15- 17 tahun biasanya akan bekerja penuh seperti halnya orang dewasa karena mereka telah memiliki fisik kuat dan produktivitas yang diharapkan menyamai produktivitas orang dewasa.

4.1.5. Status Pekerjaan dan Lapangan Usaha

Berdasarkan status pekerjaan anak, sebanyak 54,50 persen anak bekerja sebagai pekerja bebas, 23,88 persen anak bekerja sebagai pekerja keluargapekerja tidak dibayar, dan 20,28 persen bekerja sebagai buruhkaryawanpegawai. Anak-anak yang berstatus berusaha baik sendiri maupun dibantu buruh persentasenya sangat kecil, hanya 1,33 persen. Hal ini diduga karena anak-anak pada umumnya belum mampu bekerjaberusaha sendiri apalagi biasanya anak-anak belum memiliki modal atau masih terlalu sedikit modalnya untuk berusaha. Tabel 6 Persentase anak yang bekerja menurut status pekerjaan dan daerah tempat tinggal di Indonesia, tahun 2011 Status Pekerjaan Klasifikasi Daerah Tempat Tinggal Perdesaan Perkotaan Perdesaan+perkotaan Berusaha Sendiri 0,30 1,20 0,59 Berusaha Dibantu Buruh Tidak TetapTidak Dibayar 0,01 0,12 0,05 Berusaha Dibantu Buruh TetapDibayar 0,33 1,45 0,69 BuruhKaryawanPegawai 13,60 34,29 20,28 Pekerja Bebas 67,90 26,42 54,50 Pekerja KeluargaTidak Dibayar 17,85 36,52 23,88 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: data diolah dari BPS, 2011 Apabila dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, terdapat perbedaan struktur anak bekerja berdasarkan status pekerjaan untuk daerah perdesaan dan perkotaan. Di daerah perdesaan, sebanyak 67,90 persen anak yang bekerja merupakan pekerja bebas. Mereka bekerja pada orang lainmajikaninstitusi yang tidak tetap lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir. Selain sebagai pekerja bebas, sebanyak 17,85 persen anak bekerja di perdesaan merupakan pekerja keluarga, dan 13,60 persen merupakan buruhkaryawanpegawai. Struktur yang berbeda terjadi di daerah perkotaan. Sebanyak 36,52 persen anak yang bekerja merupakan pekerja keluarga, 34,29 persen merupakan buruhkaryawanpegawai, dan 26,42 persen merupakan pekerja bebas. Sejalan dengan keadaan bahwa sebagian besar anak bekerja berada di daerah perdesaan, maka lapangan pekerjaan terbesar yang digeluti oleh anak-anak juga didominasi oleh pekerjaan yang banyak dilakukan di perdesaan, yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, dengan persentase anak sebesar 49,04 persen. Dua sektor berikutnya adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang digeluti oleh 22,10 persen anak dan sektor industri pengolahan yang digeluti oleh 13,21 persen anak, sedangkan 15,65 persen anak terbagi kedalam enam sektor lainnya. Hasil ini sejalan dengan dengan data dari BPS tahun 2011 bahwa sektor pertanian dan perdagangan merupakan dua sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja, yaitu masing-masing sebesar 39,33 persen dan 23,40 persen BPS, 2012. Banyaknya anak-anak yang bekerja di sektor pertanian dan perdagangan diduga karena pengaruh dari orang tuakeluarga yang juga bekerja di kedua sektor tersebut. Tabel 7 Persentase anak yang bekerja menurut lapangan usaha dan daerah tempat tinggal di Indonesia, tahun 2011 Lapangan Usaha Klasifikasi Daerah Tempat Tinggal Perdesaan Perkotaan Perdesaan+perkotaan Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 66,22 13,05 49,04 Pertambangan dan Penggalian 2,00 1,33 1,78 Industri Pengolahan 9,20 21,62 13,21 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,02 0,12 0,05 Konstruksi 3,02 4,54 3,51 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,68 37,67 22,10 Pengangkutan dan Komunikasi 1,26 3,30 1,92 Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 0,29 1,17 0,57 Jasa-jasa 3,31 17,20 7,80 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: data diolah dari BPS, 2011