sehingga batasan jam kerja juga semakin longgar 40 jam perminggu untuk anak umur 15 tahun ke atas.
7. Status perkawinan KRT memiliki koefisien yang bertanda positif, hal ini
berarti anak dari KRT yang berstatus singlecerai cenderung memiliki peluang lebih besar untuk tereksploitasi dari segi jam kerja dibandingkan anak dari
KRT yang berstatus kawin. Hal ini terjadi karena pada rumah tangga dengan KRT yang berstatus singlecerai, beban yang harus ditanggung KRT akan
semakin besar sehingga dengan anak membantu bekerja dalam waktu yang lama diharapkan akan memberikan tambahan pendapatan rumah tangga yang
besar dan dapat membantu mengurangi beban ekonomi rumah tangga. Kecenderungan anak dari KRT berstatus singlecerai untuk tereksploitasi dari
segi jam kerja sebesar 1,415 kali dibandingkan anak yang berasal dari KRT yang berstatus kawin.
8. Faktor lapangan usaha anak terdiri atas dua kategori, yaitu pertanian dan
lainnya nonpertanian. Dengan nilai exp B yang sebesar 0,489 menunjukkan bahwa besarnya peluang anak-anak yang bekerja di sektor pertanian untuk
tereksploitasi dari segi jam kerja adalah 0,489 kali dibandingkan anak-anak yang bekerja di sektor lainnya.
9. Pendidikan KRT dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu KRT tidak pernah
bersekolahtidak tamat SD, KRT berpendidikan SD-SMP, dan lainnya. Oleh karena itu, faktor ini terdiri atas dua variabel bebas, yaitu tdktamatSD1 dan
tamatSDSMP1. Nilai odds ratio tdktamatSD1 adalah 1,994 artinya anak dengan KRT yang tidak pernah bersekolahtidak tamat SD memiliki peluang
untuk tereksploitasi dari segi jam kerja sebesar 1,994 kali dibandingkan anak dengan KRT yang berpendidikan lebih tinggi. Sedangkan variabel
tamatSDSMP1 memiliki nilai odds ratio sebesar 1,376, yang berarti anak dengan KRT berpendidikan SD-SMP memiliki kecenderungan untuk
tereksploitasi dari segi jam kerja sebesar 1,376 kali anak dari KRT yang berpendidikan lainnya. Lebih tingginya peluang terjadi eksploitasi dari segi
jam kerja anak pada KRT dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah menunjukkan bahwa pada KRT yang berpendidikan rendah, kesadaran akan
pentingnya pendidikan dan kesehatan terhadap anak juga rendah sehingga
mereka cenderung tidak memerhatikan jam kerja anak mereka yang panjang yang dapat menghambat pendidikan anak atau membahayakan fisik dan psikis
anak. 10.
Variabel statuskerjaanak1 memiliki koefisien negatif, yang berarti bahwa anak yang bekerja dengan status kerja informal memiliki pengaruh negatif
terhadap terjadinya eksploitasi dari segi jam kerja anak atau dengan kata lain anak yang bekerja di sektor formal memiliki pengaruh positif terhadap
kecenderungan terjadinya eksploitasi dari segi jam kerja. Anak-anak yang bekerja pada sektor informal memiliki peluang 0,134 kali untuk tereksploitasi
dari segi jam kerja dibandingkan anak-anak yang bekerja pada sektor formal. Tjandraningsih 1995 mengemukakan bahwa anak yang bekerja di sektor
formal pabrik bekerja dengan jam kerja relatif panjang dan memperoleh gaji yang relatif lebih rendah dari pekerja dewasa.
6.2.2. Eksploitasi dari Segi Upah Kerja
Faktor-faktor yang diduga memengaruhi terjadinya eksploitasi terhadap anak yang bekerja dari segi upah dalam penelitian ini adalah umur anak, jenis
kelamin anak, lapangan usaha anak, status pekerjaan anak, dan daerah tempat tinggal. Berdasarkan output SPSS, diperoleh model terbaik melalui satu tahap
iterasi. Hasil dari beberapa tahapan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Likelihood Ratio Test
Uji Likelihood Ratio atau uji signifikansi model digunakan untuk mengetahui peran seluruh variabel penjelas di dalam model secara bersama-sama.
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai observasi terhadap nilai dugaan yang diperoleh pada model yang terbentuk dengan model penuh.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah : Ho: tidak ada pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.
H
1
: ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji kelayakan secara keseluruhan overall fit test dilihat dari nilai -2 log
likelihood. Nilai -2 log likelihood yang semakin rendah dibandingkan dengan nilai awal, menunjukkan bahwa model akan semakin fit secara keseluruhan. Dari hasil
run data menggunakan SPSS terlihat bahwa nilai -2 log likelihood pada awalnya adalah 886.069,797, kemudian semakin menurun menjadi 860.801,826, sehingga
nilai G yang dihasilkan adalah 25.267,961. Uji kemaknaan koefisien regresi overall fit test juga dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan uji Chi Square. Nilai signifikansi yang didapat dari hasil pengolahan lebih kecil dari 0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa
terjadinya eksploitasi terhadap anak yang bekerja dari segi upah dapat diprediksi dengan menggunakan variabel-variabel dependen tersebut.
2. Output Classification Model
Classification model digunakan untuk menentukan kesesuaian model dalam memprediksi terjadinya eksploitasi terhadap anak yang bekerja dari segi
upah. Semakin tinggi nilai overall percentage mendekati 100 maka ketepatan model dalam memprediksi akan semakin baik.
Berdasarkan output classification table terlihat bahwa nilai overall percentage sebesar 89,30 persen. Angka ini menunjukkan bahwa model secara
keseluruhan memiliki tingkat kesesuaian sebesar 89,30 persen dalam memprediksi terjadinya eksploitasi terhadap anak yang bekerja dari segi upah kerja. Artinya,
model tersebut memiliki kemampuan yang cukup baik untuk memprediksi dan layak dipakai.
3. Uji Wald
Setelah secara simultan model dinyatakan berpengaruh nyata dan dapat digunakan, tahap selanjutnya adalah menguji keberartian masing-masing
parameter dalam model secara parsial. Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel penjelas dalam model digunakan statistik uji Wald. Parameter yang
digunakan adalah dengan membandingkan antara nilai signifikansi setiap variabel dengan taraf nyata 5 persen 0,05. Apabila signifikansi kurang dari 0,05, maka
variabel bebas tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat dan berlaku pula sebaliknya.
Uji Wald memberikan hasil bahwa setelah melalui satu tahap iterasi terdapat lima variabel yang memiliki signifikansi kurang dari 0,05 yang berarti
variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap terjadinya eksploitasi
terhadap anak yang bekerja dari segi upah. Nilai B yang bertanda positif + menunjukkan bahwa variabel bebas tersebut berpengaruh secara positif terhadap
variabel terikat, begitu pula sebaliknya. Model regresi logistik yang diperoleh untuk mengestimasi faktor-faktor
yang memengaruhi terjadinya eksploitasi terhadap anak yang bekerja dari segi upah kerja adalah:
x g
= -4,300 - 0,221 anak_B1P05 + 0,113 anak_UMUR+0,857 anak_JK+ 0,258 KLUIanak1+0,082 statuskerjaanak1 ………………………………. 6.3
Tabel 29 Hasil estimasi koefisien model, nilai uji Wald, signifikansi, dan nilai odds ratio dari model regresi logistik faktor-faktor yang memengaruhi
terjadinya eksploitasi anak bekerja dari segi upah di Indonesia, tahun 2011
Nama Variabel B
Wald Signifikansi
ExpB
Anak_B1P051 -0,221
1,199E3 0,00
0,802 anak_JK1
0,857 1,921E4
0,00 2,357
anak_UMUR 0,113
2,335E3 0,00
1,120 KLUIanak1
0,082 151,359
0,00 1,085
Statuskerjaanak1 0,258
1,010E3 0,00
1,295 intersep
-4,300 1,244E4
0,00 0,014
Sumber: data diolah dari BPS, 2011
4. Odds Ratio
Besarnya pengaruh masing-masing variabel terhadap terjadinya eksploitasi terhadap anak yang bekerja dari segi upah kerja dapat dilihat berdasarkan nilai
odds ratio sebagai berikut: 1.
Anak-anak yang bekerja yang tinggal di perdesaan memiliki peluang untuk tereksploitasi dari segi upah sebesar 0,802 kali dibandingkan anak-anak yang
bekerja di perkotaan. Atau dengan kata lain, anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan memiliki pengaruh positif terhadap kecenderungan terjadinya
eksploitasi terhadapa anak dari segi upah. 2.
Anak perempuan memiliki peluang 2,357 kali untuk tereksploitasi dari segi upah dibandingkan anak laki-laki. Adanya pembedaan upah berdasarkan jenis
kelamin diduga menjadi penyebabnya.