penawaran hybrid dengan tiga wilayah yang berbeda hanya tenaga kerja dewasa, pekerja anak meningkat dan total penawaran tenaga kerja. Terdapat ekuilibrium
ganda dalam pasar tenaga kerja, ekuilibrium dengan upah tenaga kerja dewasa yang murah dan anak-anak bekerja, dan upah tenaga kerja dewasa tinggi dan
anak-anak tidak bekerja.
b. Altruisme dan Isu dari Informasi yang Tidak Sempurna
Altruisme orang tua merupakan asumsi sederhana yang dibuat oleh model tenaga kerja anak. Altruisme ini akan berimplikasi terhadap keputusan rumah
tangga apakah akan mengirim anaknya untuk bekerja atau sekolah. Anker 2000 menyatakan bahwa terdapat keterbatasan altruisme orang tua terutama untuk
keluarga miskin di negara miskin. Terdapat enam alasan, pertama, keberlangsungan keluarga untuk rumah tangga miskin memerlukan pendapatan
dari pekerja anak. Kedua, keluarga miskin mendapatkan manfaat apabila memiliki beberapa sumber pendapatan untuk meyakinkan adanya aliran pendapatan untuk
setiap saat. Ketiga, orang tua tidak secara penuh altruistik terhadap anak-anak mereka. Keempat, krisis keluarga akan menyebabkan anak menjadi putus sekolah
untuk bekerja dan membantu kelangsungan hidup keluarga. Kelima, ketidakpastian keuntungan yang diterima orang tua dari anak-anak yang
terdidiksekolah. Keenam, bekerja dan sekolah sering merupakan sebuah kombinasi.
c. Norma Sosial dan Budaya dan Faktor Komunitas
Pengaruh dari norma sosial, budaya, dan faktor komunitas berhubungan dengan diterima atau tidaknya keberadaan pekerja anak. Faktor komunitas seperti
pedesaan dan lingkungan, kelompok agama, suku, kasta berperan penting dalam menentukan boleh tidanya pekerja anak, serta bentuk terburuk dan berbahaya dari
pekerja anak.
d. Transisi Ekonomi
Transisi ekonomi menyajikan berbagai macam studi kasus keadaan yang mengarahkan anak ke bentuk terburuk dari pekerja anak. Kombinasi faktor sosial
dan ekonomi yang dapat menyebabkan anak rentan untuk dieksploitasi dan diperdagangkan adalah kemiskinan dan pengangguran, kurangnya jaringan
keamanan sosial, kriminal dan korupsi, struktur keluarga tanpa kehadiran orang
tua, rumah tangga dengan orang tua tunggal, keluarga besar, kebiasaan hidup yang buruk seperti alkohol, kekerasan, dan obat-obatan terlarang, putus sekolah dan
tingkat partisipasi sekolah yang rendah, masuknya anak secara dini ke dunia kerja, putus asa, tidak terpenuhinya aspirasi, depresi, hidup dan bekerja di jalanan,
migrasi, dan lain-lain.
e. Teori Risiko
Semua orang, rumah tangga, dan komunitas rentan terhadap berbagai resiko, baik secara alami seperti gempa bumi, banjir, dan wabah penyakit atau
buatan manusia seperti pengangguran, degradasi lingkungan, dan perang. Guncangan ini dialami oleh sebagian besar individu, komunitas, dan wilayah
dengan cara yang tidak dapat diprediksi atau tidak dapat dicegah, oleh karenanya dapat menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan berhubungan dengan kerentanan
karena orang miskin cenderung lebih mudah terkena risiko padahal mereka memiliki akses yang terbatas. Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah dengan
mempekerjakan anak.
f. Kualitas Sekolah dan Partisipasi Sekolah
Terdapat trade-off antara anak yang bekerja dan anak yang bersekolah. Ketika anak-anak bekerja penuh waktu maka kemungkinan akan mengalami putus
sekolah, anak-anak yang bekerja paruh waktu akan merelakan waktu belajarnya untuk bekerja. Oleh karena itu keputusan rumah tangga yang lebih memilih
anaknya untuk bekerja daripada bersekolah tentu dengan pertimbangan bahwa tingkat pengembalian relatif dari sekolah lebih rendah atau biaya relatif untuk
bersekolah lebih tinggi. Salah satu cara yang efektif untuk menarik anak keluar dari pekerjaan yang berbahaya adalah dengan mendorong mereka untuk
bersekolah dengan meningkatkan kualitas sekolah. Tjandraningsih 1995 juga memandang anak-anak yang bekerja dari sisi
pasar tenaga kerja upahan berdasarkan beberapa teori berikut: 1.
Teori yang mendukung dari sisi penawaran, menyatakan bahwa kemiskinan merupakan sebab utama yang mendorong anak-anak bekerja untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup diri dan keluarganya. Dorongan tersebut bisa datang baik dari diri anak-anak itu sendiri maupun dari orang tua. Dengan