Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja secara Umum

Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah, teknologi yang digunakan, produktivitas, kualitas tenaga kerja dan besarnya modal. Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah yang ditawarkan dengan jumlah tenaga kerja yang disediakan. Kurva penawaran tenaga kerja menggambarkan jumlah maksimum tenaga kerja yang tersedia dengan kemungkinan tingkat upah tertentu. Jumlah tenaga kerja yang tersedia dapat diketahui berdasarkan jumlah penduduk di suatu daerah, persentase jumlah angkatan kerja serta jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja. Kurva penawaran mempunyai slope positif artinya jumlah tenaga kerja yang ditawarkan akan naik bila tingkat upah mengalami kenaikan. Interaksi permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja secara bersama menentukan suatu tingkat upah keseimbangan dan penggunaan tenaga kerja keseimbangan dalam pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja dalam keadaan seimbang terjadi ketika permintaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. Gambar 1 Kurva permintaan, penawaran, dan pasar tenaga kerja. Pada Gambar 1, fungsi permintaan tenaga kerja D L sama dengan nilai Value Marginal Physical Product Labour VMPP L yang merupakan besarnya nilai hasil marginal tenaga kerja. VMPP L diperoleh dengan mengalikan MPP L Marginal Physical Product yang merupakan tambahan hasil marginal dengan P harga barang produksi per unit. Keseimbangan pasar tenaga kerja ditunjukkan dengan titik E pada fungsi pasar tenaga kerja yang merupakan perpotongan antara kurva penawaran tenaga kerja S L dengan kurva permintaan tenaga kerja D L . Berdasarkan titik keseimbangan tersebut diperoleh tingkat upah W dan jumlah tenaga kerja L keseimbangan.

2.1.6. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Anak

ILO 2007 menjelaskan tentang permintaan dan penawaran tenaga kerja anak sebagai berikut:

1. Permintaan Tenaga Kerja Anak a. Hipotesis “

Nimble Fingers” Jari yang Lincah Teori jari yang lincah menyatakan bahwa anak-anak memiliki keunggulan komparatif dalam beberapa jenis pekerjaan, sehingga untuk beberapa jenis pekerjaan ini anak-anak lebih cocok untuk dipekerjakan dibandingkan tenaga kerja dewasa. Teori ini secara masuk akal menjelaskan keberadaan sejumlah besar pekerja anak. Namun saat ini sudah banyak penelitian yang membantah Teori Nimble Finger dan menggali penyebab lain yang menjelaskan sisi permintaan terhadap tenaga kerja anak. Grimsrud 2001 menyatakan bahwa upah tenaga kerja anak lebih rendah daripada pekerja dewasa pada jenis pekerjaan yang sama yang berarti bahwa biaya produksi yang lebih rendah bagi pengusaha. Terdapat dua kemungkinan alasan mengapa upah tenaga kerja anak lebih rendah: pertama, produktivitas dan kualitas kerja dari anak lebih rendah daripada pekerja dewasa dan kedua, anak- anak mudah untuk dieksploitasi. Kemungkinan lain yang bisa menjelaskan sisi permintaan tenaga kerja anak adalah karena adanya kekurangan tenaga kerja dewasa. Maka dapat disimpulkan bahwa secara langsung, permintaan terhadap tenaga kerja anak berhubungan erat dengan harga tenaga kerja anak upah. Semakin banyak kesempatan pengusaha untuk mempekerjakan anak-anak dengan upah yang lebih rendah daripada pekerja dewasa, semakin besar permintaan terhadap tenaga kerja anak. Hal ini terjadi karena tidak adanya peraturan, kurangnya pengawasan, atau diperbolehkannya oleh norma sosial. Sedangkan permintaan tidak langsung terhadap tenaga kerja anak dihubungkan dengan rentang pendapatan dari tenaga kerja dewasa. Grimsrud juga melihat permintaan dan penawaran tenaga kerja secara keseluruhan. Penawaran tenaga kerja anak merupakan akibat dari keputusan rumah tangga yang berkenaan dengan kesejahteraan rumah tangga. Anak-anak yang bekerja berhubungan dengan pasar tenaga kerja orang tua mereka. Berkurangnya pendapatan rumah tangga akan direspon dengan mengirim anak- anak mereka ke pasar tenaga kerja atau menyuruh anak-anak mengerjakan tugas rumah tangga atau bekerja pada lahan keluarga, sedangkan tenaga kerja dewasa akan berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja.

b. Kemajuan Tekhnologi

Hazan dan Berdugo 2002 menjelaskan evolusi dari tenaga kerja anak, fertilitas, dan modal manusia dalam proses pembangunan. Pada tahap awal pembangunan ekonomi tenaga kerja anak melimpah, fertilitas tinggi, dan output perkapita rendah. Perkembangan tekhnologi secara bertahap meningkatkan perbedaan upah antara orang tua dan tenaga kerja anak, orang tua akan menyubstitusi pendidikan untuk pekerja anak dan mengurangi fertilitas. Perekonomian lepas landas kearah pertumbuhan yang berkelanjutan, ekuilibrium dalam kondisi steady state dimana pekerja anak secara efektif dihapuskan dan fertilitas menurun. Larangan pekerja anak ini akan mempercepat proses transisi dan menghasilkan hasil yang pareto dominan.

c. Efisiensi Upah

Upah yang efisien adalah upah yang dibayarkan melebihi upah di pasar. Upah ini merangsang produktivitas pekerja dan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi bagi pengusaha karena dapat mengimbangi biaya untuk membayar upah pekerja yang lebih tinggi. Jika sebagian upah dari tenaga kerja dewasa digunakan untuk meningkatkan gizi bagi anak dan jika upah yang efisien dibayarkan, pekerja anak cenderung akan meningkat. Hal ini terjadi karena altruisme dari orang tua, sebagai akibat dari pendapatan orang tua yang lebih tinggi dan gizi yang lebih baik bagi anak, akan menyebabkan kebocoran efisiensi upah tenaga kerja dewasa yang dapat meningkatkan insentif bagi pengusaha untuk mempekerjakan orang dewasa dan anak-anaknya. Analisis ini konsisten dengan fakta bahwa beberapa keluarga sering melakukan pekerjaan bersama-sama sekeluarga di ladang dan pabrik-pabrik.