Tinjauan Empiris TINJAUAN PUSTAKA

tapi tidak berlaku pada pekerja anak perempuan, pendidikan orang tua berpengaruh negatif terhadap penawaran pekerja anak. Yunita 2006 dengan menggunakan data IFLS Indonesian Family Life Survey tahun 1997 dan 2000, meneliti hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga, posisi tawar dan pendidikan orang tua pada kecenderungan anak-anak mereka untuk bersekolah atau bekerja. Model yang digunakan adalah model probit. Hasil penelitian menyatakan bahwa posisi tawar ibu yang lebih tinggi secara signifikan mengurangi kecenderungan anak untuk bekerja. Jumlah tahun bersekolah ibu juga lebih mempengaruhi keputusan apakah anak bekerja atau bersekolah, dibandingkan dengan pendidikan ayah. Okurut dan Yinusa 2009 dengan menggunakan Survei Tenaga Kerja Labour Force SurveyLFS Botswana meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi anak untuk bekerja dan bersekolah. Model yang digunakan adalah multinomial logit. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah peluang anak-anak bekerja ketika bersekolah secara negatif dan signifikan dipengaruhi oleh umur anak, kepala rumah tangga berjenis kelamin perempuan, dan status bekerja kepala rumah tangga. Sedangkan peluang anak-anak bekerja dan bersekolah secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan anak, jumlah anak dalam rumah tangga, dan kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian. Triningsih dan Ichihashi 2010 memeriksa determinan dan dampak dari kebijakan pendidikan bagi anak-anak yang bekerja di Indonesia menggunakan data IFLS. Penelitian ini menggunakan model probit untuk mengestimasi kecenderungan anak-anak untuk bekerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa kemiskinan merupakan salah satu determinan anak-anak yang bekerja di Indonesia selain faktor-faktor lain seperti umur, sektor pertanian, dan pendidikan orang tua. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah bahwa tujuan penelitian ini selain untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keputusan anak untuk bekerja, juga menghitung tingkat keparahan eksploitasi terhadap pekerja anak dan meneliti faktor-faktor apa saja yang memengaruhi eksploitasi terhadap pekerja anak.

2.3. Kerangka Pemikiran

Anak adalah investasi yang sangat berharga karena merupakan sumber daya yang penting untuk pembangunan di masa yang akan datang. Agar mendapatkan SDM yang berkualitas, maka perlu diperhatikan tumbuh kembang anak sejak dini. Salah satu hak tumbuh kembang anak adalah pendidikan. Namun kenyataannya, pencapaian pendidikan dasar di Indonesia masih kurang. Pencapaian APM untuk SMP masih jauh dari target, walaupun APM untuk SD sudah cukup tinggi. Hal ini berarti bahwa masih banyak anak yang lulus SD tapi tidak melanjutkan ke jenjang SMP. Salah satu faktor penyebab anak putus sekolah adalah faktor ekonomi. Selain karena kesulitan dalam membayar uang sekolah dan biaya lainnya, sebagian orang tua memerlukan anak-anak mereka untuk bekerja. Keterangan: tidak diteliti Gambar 3 Alur kerangka pemikiran. Karakteristik Rumah tangga Karakteristik anak Karakteristik sekolah Implikasi kebijakan Pentingnya SDM yang berkualitas Adanya ancaman lost generation akibat lingkaran kemiskinan Karakteristik komunitas Anak bekerja Eksploitasi: - Dari segi jam kerja - Dari segi upah - Dari segi terhambatnya akses pendidikan Diperbolehkan Anak tidak bekerja Aturan mengenai pelarangan anak untuk bekerja dirasakan kurang efektif selama dorongan dari sisi permintaan dan penawaran anak untuk bekerja tetap besar. Upaya yang perlu dilakukan pemerintah saat ini adalah melindungi agar mereka tidak tereksploitasi dan menjaga kelangsungan pendidikan mereka. Oleh karena itu, perlu diteliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi keputusan anak untuk bekerja. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, maka bisa dirumuskan suatu kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah anak yang bekerja. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan karakteristik anak yang bekerja dan bentuk-bentuk eksploitasi terhadap anak yang bekerja, sedangkan analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan anak untuk bekerja dan faktor-faktor yang memengaruhi eksploitasi pada anak yang bekerja. Pada akhirnya diharapkan akan diperoleh implikasi kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah anak yang bekerja.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang mendasari penelitian dan dari penelitian- penelitian sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah: 1. Variabel umur anak, anak berjenis kelamin laki-laki, kepala rumah tangga KRT perempuan, umur KRT, pendidikan KRT tidak pernah sekolahtidak tamat SD, lapangan usaha KRT di pertanian, status pekerjaan KRT di sektor informal, KRT berstatus singletunggal, jumlah anggota RT, dan tinggal di desa memiliki pengaruh positif terhadap kecenderungan anak untuk bekerja. 2. Variabel umur anak, anak berjenis kelamin laki-laki, kepala rumah tangga KRT perempuan, umur KRT, pendidikan KRT tidak pernah sekolahtidak tamat SD, lapangan usaha anak di nonpertanian, status pekerjaan anak di sektor formal, KRT berstatus singletunggal, jumlah anggota RT, dan tinggal di kota memiliki pengaruh positif terhadap kecenderungan terjadinya eksploitasi terhadap anak yang bekerja dari segi jam kerja. 3. Variabel umur anak, anak berjenis kelamin perempuan, lapangan usaha anak di pertanian, status pekerjaan anak di sektor informal, dan tinggal di kota memiliki pengaruh positif terhadap kecenderungan terjadinya eksploitasi terhadap anak yang bekerja dari segi upah kerja.