Gambar 10. Diagram Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
4.7 Penilaian Pengunjung Terhadap Sarana Prasarana
Pemasaran yang dilakukan harus selaras dengan perbaikan sarana prasarana yang tersedia. Dalam penelitian ini beberapa sarana-prasaran yang dianalisis yaitu
Pusat Informasi yakni balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS, kantor pengawas, homestay, area tempat makan, MCK Mandi, Cuci, Kakus, dan
penerangan. Sarana prasarana merupakan hal yang perlu diperhatikan pihak pengelola, selain karena merupakan kebutuhan pengunjung, yakni juga karena
salah satu media yang digunakan untuk mempromosikan ekowisata di TNGHS berupa cerita dari mulut ke mulut word of mouth dimana pengaruh penilaian
pengunjung terhadap sarana dan prasarana yang ada dianggap penting karena termasuk dari bagian yang akan dicari calon pengunjung berikutnya saat
berkunjung. Menurut pengunjung seluruh sarana-prasarana yang disebutkan dalam
keadaan yang baik. Hanya terdapat sedikit perbedaan dalam sarana area makanan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada bagian area makanan. Dalam diagram
disebutkan bahwa menurut pengunjung, Pusat informasi yaitu BTNGHS Balai TNGHS sudah berfungsi baik, hal ini terlihat dari mayoritas responden yang
menjawab pusat informasi berfungsi dengan baik. Namun masih ada responden yang belum tahu mengenai kantor Balai TNGHS yang terletak di Kabandungan
31
69
Perempuan Laki-laki
yakni sekitar 14, hal ini terjadi karena biasanya pengunjung melewati pintu lain yang tidak melewati kantor balai TNGHS, atau juga mereka tidak mendaftar atau
mendapatkan informasi dari kantor BTNGHS. Sekitar 6 responden menjawab sangat baik, dan 30 responden menjawab kurang baik, responden yang
menjawab kurang baik karena mereka merasa belum mendapatkan informasi yang cukup saat melewati atau bertanya kepada kantor balai.
Ket.: PI Pusat Informasi, MCK Mandi Cuci Kakus
Gambar 11. Diagram Penilaian Responden Mengenai Sarana- parasarana
Indikator selanjutnya adalah penerangan. Mengingat area wisata di TNGHS merupakan area wisata alam yang masih memiliki hutan lebat, sebanyak 30
responden menilai penerangan di area wisata ini kurang baik. Hal ini terjadi karena memang listrik baru masuk di Citalahab sekitar satu bulan sebelum
penelitian ini dilakukan, dan saat ini listrik yang digunakan oleh masyarakat adalah pulsa listrik dimana masyarakat masih takut-takut untuk menggunakan
lampu dengan watt yang tinggi. Selain itu juga akan sangat sulit menemukan penerangan yang baik ditengah kawasan tracking ataupun di area perkebunan teh.
Hal ini karena sulitnya akses menuju kawasan tersebut. Sedangkan 42 atau sekitar 16 responden yang menilai penerangan baik karena pengunjung tersebut
tinggal di homestay yang memang menggunakan lampu yang cukup terang. Hal
20 40
60 80
100
14 5
22 38
9 30
50 47
6 45
39 50
42 50
66 17
41 6
3 3
6 11
TIDAK TAHU KURANG BAIK
BAIK SANGAT BAIK
ini terjadi karena memang tiap pengelola homestay menggunakan pulsa yang berbeda-beda. Semua ini tidak terlepas dari pendapat individu mengenai
kecukupan penerangan menurut pribadi masing-masing. Sesuai dengan penuturan salah satu responden bernama AH.
“... Menurut saya ini sudah cukup terang dan ramai.. karena saya pernah ke wisata alam lain yang keadaan nya
lebih parah dari ini..” Indkator lainnya berupa fasilitas MCK. Sama seperti pada indikator
penerangan, setiap homestay memiliki fasilitas MCK yang berbeda-beda. Sehingga menyebabkan perbedaan yang cukup besar, dimana 50 atau sekitar 18
responden menjawab MCK yang mereka gunakan memiliki fasilitas yang baik, sedankan 47 lainnya menganggap MCK yang mereka gunakan dalam keadaan
yang kurang baik. Namun memang MCK merupakan fasilitas yang agak sulit ditemukan dalam kawasan ini, fasilitas MCK hanya terdapat di homestay-
homestay dan stasiun penelitian Cikaniki. Karena ekowisata merupakan wisata
alam yang memang memiliki kawasan yang masih sangat alami, sehingga akan sulit ditemukan fasilitas MCK yang bagus di area-area tracking ataupun curug,
dan lain-lain. Penilaian pengunjung terhadap sarana-prasaran selanjutnya yaitu keadaan
homestay secara keseluruhan, seperti keadaan kamar, tempat tidur, stop-contact
listrik, televisi, ataupun keadaan bangunan. Kamar dalam homestay di Citalahab beragam karena homestay yang disediakan merupakan rumah warga yang kualitas
nya memiliki standar yang berbeda-beda di tiap rumah. Kebanyakan rumah yang dijadikan homestay merupakan rumah panggung yang dindingnya merupakan
dinding kayu. Sebagian homestay sudah menggunakan kompor gas, namun masih ada pengelola homestay yang masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.
Fasilitas homestay yang tersedia cukup banyak dengan kamar yang memiliki standar cukup baik. Tarif yang diberikan untuk pengunjung yang ingin bermalam
yaitu sekitar Rp. 50.000,00 malam kamar. Kamar yang ditawarkan pun beragam, kamar dengan fasilitas double bed, single, atau hanya kasur. Namun tarif tersebut
belum termasuk makanan nya. Makanan yang disediakan dapat dinegosiasikan dengan pemilik rumah mengenai harga maupun macamnya. Mayoritas responden
menganggap keadaan homestay cukup baik. Pengunjung cukup puas bahkan menikmati rumah panggung dengan dinding kayu. Kebanyakan di tiap rumah
memiliki kebun bunga sehingga tetap asri dan indah. Sekitar 22 pengunjung belum mengetahui bagaimana kondisi homestay yang ada, hal ini karena mereka
tidak menginap di homestay. Indikator selanjutnya adalah area tempat mendapatkan makanan seperti
misalnya kantin, ataupun warung makan. sebanyak 16 responden atau sekitar 45 menjawab kurang baik, hal ini berarti mereka kesulitan untuk menemukan
kantin atau warung untuk mendapatkan makanan. Sekitar 14 responden atau 38 menjawab tidak tahu yang berarti mereka tidak tahu dimana mendapatkan
makanan. Sebanyak 6 responden atau sekitar 17 menilai area mendapatkan makanan cukup mudah. Kebanyakan pengunjung yang datang menggunakan
konsumsi yang diberikan pengelola homestay, namun tiap homestay memiliki harga yang berbeda-beda untuk itu. Kebanyakan warga yang memiliki homestay
membeli bahan makanan dari tukang sayur yang selalu lewat membawa sayuran dari pasar Cibeber dua hari sekali, oleh karena itu makanan yang ditawarkan
kurang beragam. Kebanyakan warga merupakan petani gurem yang memiliki kolam ikan, atau kebun sayur sendiri di halaman rumah mereka.
Indikator terakhir yang dianalisis adalah kantor pengawas, selain sebagai kantor penelitian, secara tidak langsung Cikaniki berfungsi juga sebagai kantor
pengawas. Sebanyak 15 responden atau 41 menjawab kantor pengawas dalam keadaan baik, responden yang menjawab seprti ini biasanya pengunjung yang
memang pernah melewati dan masuk Cikaniki dan menemui atau sempat berbincang dengan penjaga atau polisi hutan yang menjaga kantor tersebut.
Sedangkan 14 responden yaitu sekitar 39 menganggap kantor pengawas kurang bekerja dengan baik. Biasanya mereka kecewa karena tidak bisa mendapatkan
informasi dan arahan dari pegawai yang kebetulan saat itu tidak berada di Cikaniki. Hal ini terjadi karena kurangnya tenaga kerja, sehingga ketika salah
satu pegawai mempunyai urusan atau harus masuk ke hutan kantor Cikaniki terpaksa ditinggalkan kosong beberapa waktu. Sekitar 4 orang responden atau
sekitar 11 menjawab sangat baik, hal ini berarti mereka puas dengan arahan yang diberikan pegawai di kantor Cikaniki. Sedangkan 9 oengunjung yang
menjawab tidak tahu karena kemungkinan mereka tidak melewati Cikaniki di perjalanan mereka, karena terdapat empat pintu masuk dan hanya satu arah yang
melewati cikaniki jika ingin bepergian ke Citalahab. Hal ini kemungkinan juga terjadi karena tidak ada plang atau papan pemberitahuan bahwa pengunjung dapat
meminta informasi ke Cikaniki, sehingga pengunjung yang lewat, sekedar lewat saja tanpa melapor atau bertanya ke Cikaniki terlebih dahulu. Oleh karena itu
sebaiknya perlu dipasang papan pemberitahuan mengenai Cikaniki sebagai kantor pengawas
BAB V KARAKTERISTIK KOMUNIKASI PEMASARAN EKOWISATA
BERBASIS MASYARAKAT
Langkah awal penelitian ini adalah mencari efektivitas komunikasi pemasaran Ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS dengan cara identifikasi
dan menganalisis media serta kerumian isinya. Beberapa variable yang dianalisis yaitu rancangan pesan, frekuensi penyampaian pesannya, dan ragam media yang
digunakan. Keseluruhan data tersebut diolah menggunakan regresi logistik biner. 5.1
Rancangan Pesan
Dalam rancangan pesan, terdapat beberapa variabel yang dianalisis, yaitu Attention, Need, Satisfaction, Visualization,
dan Action. Menurut Monroe dalam Kusumastuti 2009 urutan pesan yakni pesan yang disesauikan dengan cara
berpikir manusia terutama disesuaikan dengan proses penerimaan pesan. Proses tersebut meliputi perhatian, pengertian, dan penerimaan. Berdasarkan hasil regresi
logistik biner diperoleh hasil berikut secara lengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran
Tabel 2 Hasil Estimasi Model Regresi Logistik terhadap Rancangan Pesan Serta Unsurnya yang Mempengaruhi Keefektivitasan Komunikasi Pemasaran
2
Variabel p-value sig
Odds Ratio Exp β
Rancangan Pesan .007
1.204 Attention
.041 1.063
Need .007
1.181 Satisfaction
.158 1.045
Visualization .079
1.074 Action
.627 .984
Sumber: Olah data SPSS Keterangan:
-- =
tingkat kepercayaan 15
Dari output tersebut, diperoleh koefisien regresi dalam variabel rancangan pesan adalah sebesar 0.186 dengan statistik uji wald sebesar 7.364, nilai-p dalam
2
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 pada bagian Hasil Olahan Regresi Logistik Biner Rancangan Pesan