Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

informan merupakan orang-orang yang dianggap berkompeten dalam pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di Citalahab, TNGHS. Informasi yang digali dari responden yakni mengenai rancangan pesan yang diterima responden dari media pemasaran ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS, ragam, serta frekuensi responden mendapatkan informasi dari media pemasaran yang diterima. Dalam pelaksanaan penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa pengamatan langsung terhadap seluruh kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan pihak TNGHS dan masyarakat lokal, serta wawancara yang dilakukan kepada informan yang dianggap dapat memberi penjelasan mengenai hal yang berkaitan dengan komunikasi pemasaran yang dilakukan. Informan dibagi kedalam tiga bagian yakni, TNGHS, LSM, serta masyarakat lokal. Informan dalam penelitian ini yaitu Bapak NRF, selaku Kepala Urusan Pemanfaatan Jasa Lingkungan TNGHS, Bapak SRY selaku pengelola homestay dan ketua KSM, dan Bapak TGH selaku ketua Yayasan Ekowisata Halimun YEH yang juga ketua Yayasan Ekowisata Bogor, serta masyarakat yang melakukan pemasaran ekowisata berbasis masyarakat, serta pengunjung ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS. Data sekunder didapatkan dari kantor balai TN. Gunung Halimun-Salak, berupa artikel, iklan serta brosur, serta data- data yang didapatkan dari sumber pustaka serta penelitian sebelumnya. 3.5.Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dengan kuisioner akan diolah secara kuantitatif. Langkah yang dilakukan setelah seluruh data terkumpul adalah melakukan pengkodean data. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data. Setelah pengkodean, tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabel data menggunakan program Microsoft Excel. Metode pengolahan dan analisis data kuantitatif selanjutnya diolah dengan Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan Uji Regresi Logistik Biner untuk menguji ketergantunganpengaruh suatu variabel variabel bebas pada satu atau lebih variabel lain variabel tak bebas, artinya dalam penelitian ini variabel bebasnya terdiri dari beberapa variabel yang mempengaruhi satu variabel tak bebas. Dengan kata lain, hanya terdapat dua pilihan apakah variabel tersebut memiliki pengaruh atau tidak. Dalam hal ini regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh variabel terhadap kefektivitasan media komunikasi pemasaran yang digunakan, sehingga variabel tak bebas ini bersifat efektif atau tidak efektif. Regresi logistik memiliki persamaan sebagai berikut: Log P 1 – p = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + …. + β k X k Dimana p adalah kemungkinan bahwa Y = 1, dan X1, X2, X3 adalah variabel independen, dan b adalah koefisien regresi. Regresi logistik akan membentuk variabel prediktorrespon log p1-p yang merupakan kombinasi linier dari variabel independen. Nilai variabel prediktor ini kemudian ditransformasikan menjadi probabilitas dengan fungsi logit. Di dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. ukuran asosiasi ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah rasio odd. Odd sendiri dapat diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dari peubah respon. Adapun rasio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitanny adengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya. Interpretasi koefisien untuk model regresi logistik adalah dengan cara melihat rasio oddnya. Koefisien model logit, β i , mencerminkan perubahan nilai fungsi logit gx untuk perubahan satu unit variabel penjelas x. Dalam analisis model logit rasio odds didefinisikan sebagai : Interpretasi dari rasio odds ini adalah untuk variabel penjelas x yang berskala nominal, yaitu kecenderungan untuk Y=1 pada X=1 sebesar Ψ kali dibandingkan pada X=0. Data-data kualitatif yang didapatkan saat wawancara menjadi informasi tambahan dan diintegrasikan dengan jawaban yang ada pada kuesioner untuk mendukung dan memperkuat data kuantitatif yang diperoleh. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa program microsoft Excel ] 1 exp[ exp g g i      sebagai alat pengolah data. Program ini digunakan untuk mengkuantifikasi data yang berasal dari kuesioner sekaligus untuk menetapkan efektivitas komunikasi pemasaran yang telah dilakukan pihak TNGHS. Analisis ini digunakan untuk menghubungkan antara tiap variabel yang ada, uji hipotesis, dan menemukan varabel mana dalam komunikasi pemasaran yang dianggap paling efektif untuk digunakan dalam strategi komunikasi pemasaran. Setelah efektivitas komunikasi pemasaran berhasil dianalisis, langkah selanjutnya adalah menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan formulasi strategi komunikasi pemasaran untuk dapat digunakan oleh TNGHS. Menurut Rangkuti 1997, matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, dan kebijakan komunikasi pemasaran taman nasional. Analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT model kualitatif. Urut- urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut- urutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, SubKomponen pada masing-masing komponen S-W-O-T adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya, Subkomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6 buah. Langkah-langkah dalam membuat matriks SWOT adalah: 1. Memasukkan faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan perusahaan pada kolom yang tersedia. 2. Sesuaikan kekuatan dengan peluang untuk menghasilkan strategi SO 3. Sesuaikan kelemahan dengan peluang untuk menghasilkan strategi WO 4. Sesuaikan kekuatan dan ancaman untuk menghasilkan strategi WT Gabungan empat faktor tersebut adalah empat set kemungkinan alternatif strategi yaitu: 1. Strategi SO, strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang 2. Strategi WO, strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang 3. Strategi ST, strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman 4. Strategi WT, strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Adapun bentuk matriks SWOT menurut Rangkuti 1997 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Strength S Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Weakness W Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Opportunity O Tentukan 5-10 faktor- faktor peluang eksternal Strategi S-O Rumusan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi W-O Rumusan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threat T Tentukan 5-10 faktor- faktor ancaman eksternal Strategi S-T Rumuskan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi W-T Rumusan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman Sumber: Rangkuti 1997 Gambar 5. Matriks SWOT

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Umum Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Kawasan Gunung Halimun ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1924. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan kawasan tersebut dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan wilayah propinsi Jawa Barat sampai tahun 1978 ketika semua hutan di Jawa Barat pengelolaannya diserahkan ke Perum Perhutani. Pada tahun 1979 statusnya berubah jadi cagar alam sehingga pengelolaannya dilaksanakan oleh PPA sekarang Ditjen PHKA Kawasan Cagar Alam Gunung Halimun kemudian ditetapkan menjadi Taman Nasional pada tanggal 26 Februari 1992 berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 282Kpts-II1992. Tanggung jawab pengelolaan TNGHS untuk sementara diserahkan kepada TNGGP Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan surat keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No. 1554DJ-VITN1992. Menteri Kehutanan melalui surat Keputusan Nomor 185Kpts-II1997 bulan Februari 1997 menetapkan organisasi pengelola Taman Nasional Gunung Halimun menjadi Unit Pelaksana Teknis UPT tersendiri setingkat Eselon III dengan nama Balai Taman Nasional Gunung Halimun yang terdiri dari dari 3 sub-seksi yaitu Cikidang, Bayah, dan Cigudeg. Sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, TNGHS memiliki 3 fungsi Pokok sebagai berikut: 1. Perlindungan proses ekologis sistem penyangga kehidupan 2. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya 3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dalam bentuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya dan pariwisata alam. Potensi yang dimiliki TNGHS mampu memenuhi ketiga fungsi pokok taman nasional tersebut. Nilai-nilai penting yang terkandung di TNGHS meliputi potensi keanekaragaman hayati perlindungan fungsi hidro-orologi, potensi wisata alam dan lokasi yang strategis secara keseluruhan mencerminkan keberadaan TNGHS sebagai suatu sumber keanekaragaman hayati dunia. Menurut Rencana Pengelolaan Lima Tahunan Jangka Menengah TNGHS 2007-2011, adapun visi TNGHS adalah terwujudnya TNGHS sebagai taman nasional terbaik yang dikonstruksikan secara sosial dan menjamin kelestarian fungsinya sebagai sistem penyangga kehidupan. Sedangkan misi TNGHS adalah: 1. Memantapkan hak-hak masyarakat sebagai landasan pengelolaan tata ruang kesepakatan 2. Memantapkan perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman hayati melalui implementasi adi-praktis best practices 3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya TNGHS secara berkelanjutan dan berkeadilan sosial.

4.2 Kondisi Fisik TNGHS

Secara geografis Taman Nasional Gunung Halimun-Salak TNGHS terletak diantara 106 21‟ – 106 38‟ BT dan 6 37‟-6 51‟ LS. Secara administratif TNGH termasuk dalam 2 wilayah propinsi dan 3 kabupaten yaitu Jawa Barat Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Bentuk kawasan TNGHS tidak beraturan. Kawasan ini dibatasi oleh lahan pertanian rakyat yang dikelola oleh penduduk desa, kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang pernah dikelola oleh Perhutani serta perkebunan teh yang dikelola oleh perusahaan swasta. TNGHS terletak tidak jauh dari beberapa kota yaitu Bogor, Sukabumi, dan Lebak. Kantor balai TNGHS terletak di Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Kabandungan dapat dicapai melalui Parung Kuda dengan jarak sekitar 30 km dengan kondisi jalan yang baik. Terdapat angkutan umum yang dapat digunakan dari terminal Parung Kuda menuju Kabandungan. Pintu masuk lain adalah melewati Pelabuhan Ratu. Selain melalui Kabupaten Sukabumi, TNGHS dapat dicapai menggunakan rute Leuwiliang, Bogor. Pintu masuk kawasan TNGHS dari kawasan Bogor adalah melalui Leuwiliang yang kemudian akan melewati