BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Kawasan Gunung Halimun ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1924. Setelah Indonesia merdeka,
pengelolaan kawasan tersebut dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan wilayah propinsi Jawa Barat sampai tahun 1978 ketika semua hutan di Jawa Barat
pengelolaannya diserahkan ke Perum Perhutani. Pada tahun 1979 statusnya berubah jadi cagar alam sehingga pengelolaannya dilaksanakan oleh PPA
sekarang Ditjen PHKA Kawasan Cagar Alam Gunung Halimun kemudian ditetapkan menjadi Taman
Nasional pada tanggal 26 Februari 1992 berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 282Kpts-II1992. Tanggung jawab pengelolaan TNGHS untuk
sementara diserahkan kepada TNGGP Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan surat keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam No. 1554DJ-VITN1992. Menteri Kehutanan melalui surat Keputusan Nomor 185Kpts-II1997 bulan Februari 1997 menetapkan organisasi
pengelola Taman Nasional Gunung Halimun menjadi Unit Pelaksana Teknis UPT tersendiri setingkat Eselon III dengan nama Balai Taman Nasional Gunung
Halimun yang terdiri dari dari 3 sub-seksi yaitu Cikidang, Bayah, dan Cigudeg. Sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, TNGHS memiliki 3 fungsi Pokok sebagai berikut:
1. Perlindungan proses ekologis sistem penyangga kehidupan 2. Pengawetan
keanekaragaman tumbuhan
dan satwa
beserta ekosistemnya
3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dalam bentuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang
budidaya dan pariwisata alam.
Potensi yang dimiliki TNGHS mampu memenuhi ketiga fungsi pokok taman nasional tersebut. Nilai-nilai penting yang terkandung di TNGHS meliputi
potensi keanekaragaman hayati perlindungan fungsi hidro-orologi, potensi wisata alam dan lokasi yang strategis secara keseluruhan mencerminkan keberadaan
TNGHS sebagai suatu sumber keanekaragaman hayati dunia. Menurut Rencana Pengelolaan Lima Tahunan Jangka Menengah TNGHS
2007-2011, adapun visi TNGHS adalah terwujudnya TNGHS sebagai taman nasional terbaik yang dikonstruksikan secara sosial dan menjamin kelestarian
fungsinya sebagai sistem penyangga kehidupan. Sedangkan misi TNGHS adalah: 1. Memantapkan hak-hak masyarakat sebagai landasan pengelolaan tata
ruang kesepakatan 2. Memantapkan perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan
keanekaragaman hayati melalui implementasi adi-praktis best practices 3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya TNGHS secara berkelanjutan
dan berkeadilan sosial.
4.2 Kondisi Fisik TNGHS