TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis keunggulan komparatif dan kompetitif usaha pembenihan ikan patin siam: studi kasus perusahaan Deddy Fish Farm

12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Gambaran Umum Ikan Patin Gambaran umum berisi mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan ikan patin. Diantaranya klasifikasi ikan patin, jenis, ciri fisik, kandungan gizi, dan pemanfaatan. Selain itu juga terdapat penjelasan mengenai sentra perikanan, syarat lokasi dan pedoman budidaya, pakan, hama dan penyakit, serta pemasaran.

2.1.1. Klasifikasi dan Jenis-jenis Ikan Patin

Klasifikasi ikan patin yaitu sebagai berikut 9 : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Siluriformes Famili : Pangasiidae Genus : Pangasius Spesies : Pangasius sp. Jenis ikan patin di Indonesia cukup banyak, diantaranya Prahasta dan Masturi, 2008 : 1 Patin lokal dengan nama ilmiah Pangasius sp. Terdapat beberapa jenis ikan patin yang populer di Indonesia. Salah satu jenis populer yang berpeluang menjadi komoditas ekspor adalah patin djambal Pangasius djambal. 2 Patin siam Pangasius hypopthalmus atau Pangasius sutchi yaitu patin bangkok karena asalnya dari Bangkok Thailand. Patin jenis ini banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena ukurannya yang relatif lebih 9 http:id.m.wikipedia.org diakses tanggal 2 Februari 2010 13 besar, relatif mudah untuk dibudidayakan, dan memiliki laju perumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan patin lokal. 3 Pangasius polyuranodo ikan juaro, Pangasius macronema ikan rios, riu, lancang, Pangasius micronemus wakal, rius caring, Pangasius nasutus pedado dan Pangasius nieuwenbuissii ikan lawang yang penyebarannya hanya di Kalimantan Timur. 4 Patin bocourti yang terdapat di perairan umum di Vietnam dan merupakan komoditas ekspor ke Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa negara Asia.

2.1.2. Ciri Fisik

Ciri morfologi ikan patin yaitu memiliki kepala yang melebar ke arah punggung. Mata berukuran sedang pada sisi kepala, lubang hidung relatif besar. Mulut relatif kecil dan melebar ke samping serta memiliki gigi yang tajam. Ikan patin berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuh bisa mencapai lebih dari satu meter. Kepala ikan patin relatif kecil, dengan mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah merupakan ciri khas golongan catfish dan memiliki dua pasang kumis atau antena pendek yang berfungsi sebagai peraba Prahasta dan Masturi, 2008.

2.1.3. Kandungan Gizi dan Pemanfaatan

Daging ikan patin memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi protein 65, lemak 2, dan kalori 48. Rasa dagingnya khas, enak, lezat dan gurih. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya lebih rendah dibandingkan dengan daging ternak 10 . Produk olahan patin diantaranya nugget, empek-empek, dan kerupuk kulit ikan patin. 10 http:www.samarinda.go.id diakses tanggal 1 Juli 2010 14

2.1.4. Sentra Perikanan

Daerah yang merupakan sentra perikanan ikan patin di Indonesia meliputi Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Daerah Kalimantan yang menjadi sentra produksi patin yaitu Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Daerah Sumatera yang menjadi sentra produksi patin yaitu Riau, Jambi, Lampung, dan Sumatera Selatan, sedangkan di Jawa yaitu Jawa Barat 11 .

2.1.5. Persyaratan Lokasi

Budidaya pembesaran ikan patin dapat dilakukan dengan sistem kolam, sistem karambakaramba jaring apung, dan sistem Fence. Jenis kolam yang biasa digunakan yaitu kolam irigasi, kolam tadah hujan, dan kolam rawa. Lokasi pemasangan karamba bisa di kolam, danau, waduk atau di pinggir sungai dengan kedalaman tertentu. Pembesaran dengan sistem Fence dilakukan di pinggir sungai atau rawa dengan membuat pagar-pagar keliling yang ditanam di dasar sungai atau rawa dengan kedalaman tertentu. Perbedaan cara budidaya ini terkait dengan skala usaha Prahasta dan Masturi, 2008. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi jika petani ingin melakukan pemeliharaan di kolam yaitu 12 : 1 Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan yaitu jenis tanah liatlempung dan tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematangdinding kolam. 2 Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5 untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. 11 http:www.dkp.go.id diakses tanggal 5 April 2010 12 http:www.bappenas.go.id diakses tanggal 5 April 2010 15 3 Untuk pemeliharaan larva, kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruh, dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun maupun minyaklimbah pabrik. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium yaitu antara 26 -28 C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater pemanas untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil. 4 Keasaman air berkisar antara 6,5-7.

2.1.6. Pedoman Teknis Budidaya

Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi dua kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran 13 . Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhir dari kegiatan pembenihan berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya merupakan benih selepas masa pendederan. Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1 pemilihan calon induk siap pijah 2 persiapan hormon perangsang 3 kawin suntik induced breeding 4 pengurutan striping 5 penetasan telur 6 perawatan larva 7 pendederan dan 8 pemanenan. Sementara kegiatan pembesaran merupakan upaya membesarkan benih sampai dewasa untuk kemudian dijual.

2.1.7. Pakan Patin

Pakan merupakan kebutuhan primer untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang lahap mengonsumsi pakan. Pakan ikan patin terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan Prahasta dan Masturi, 2008. 13 http:www.bappenas.go.id diakses tanggal 5 April 2010 16 1 Pakan Alami Pakan alami mengandung komposisi gizi yang baik diantaranya protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Pakan alami seperti infori, dapnia, dan artemia, dan cacing sutra Tubifex dibutuhkan dalam proses pembenihan karena pakan dapat bergerak aktif dan merangsang larva ikan untuk memakannya. Selain itu, ukurannya yang sangat kecil sesuai dengan ukuran mulut larva. 2 Pakan Buatan Pakan buatan berbentuk pelet, bisa berupa pelet buatan pabrik maupun buatan sendiri yang dibuat dari campuran ikan asin, dedak, ampas tahu, dan lain- lain. Ada dua cara pembuatan pakan ramuan sendiri yaitu dengan direbus lebih dahulu dan tanpa direbus.

2.1.8. Hama dan Penyakit

Salah satu kendala yang sering dihadapi dalam dunia agribisnis perikanan adalah hama dan penyakit yang menyerang ikan. Hama dan penyakit tersebut bisa diatasi tapi tidak jarang pula yang menyebabkan kematian ikan secara massal. Berikut adalah beberapa hama dan penyakit yang sering terdapat pada ikan patin Prahasta dan Masturi,2008: 1 Hama Hama yang mengganggu diantaranya yaitu predator dan kompetitor. Pada pembesaran ikan patin di jaring apung, sistem sekat, dan karamba, hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal Tetraodon sp. yang merusak jala dan memangsa ikan. Ikan-ikan kecil yang 17 masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. 2 Penyakit a Penyakit Parasit Penyakit white spot bintik putih disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus Multifilis Foquet. Penyakit ini menyerang benih berumur 1-6 minggu. Ciri-ciri : adanya bintik-bintik putih di lapisan lendir kulit, sirip, dan lapisan insang. Penyakit ini menyebabkan kematian benih secara masal. b Penyakit Jamur Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Ciri-ciri ikan patin yang terserang jamur adalah luka di bagian tubuh, terutama pada tutup insang, sirip, dan bagian punggung. Bagian-bagian tersebut ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih hingga kecoklatan. c Penyakit Bakteri Bakteri yang sering menyerang patin yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp . Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Gejalanya lendir di tubuh ikan berkurang dan terasa kasar saat diraba. Penyakit akibat bakteri mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeksi tetapi belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. 18 d Penyakit Noninfeksi Keracunan dan Kurang Gizi Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gejala keracunan yaitu ikan akan lemah, berenang tersengal-sengal di permukaan air. Pada kasus keracunan yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Penyakit noninfeksi lainnya disebabkan karena kurang gizi. Gejala yang sering timbul adalah kurangnya nafsu makan terutama pada musim kemarau. Ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah, dan berkembang tidak normal.

2.1.9. Pemasaran

Ikan patin dikenal sebagai komoditas yang berprospek cerah karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya Prahasta dan Masturi, 2008. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Di luar hal tersebut, penjualan benih ikan patin dapat dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditas perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah 14 . 14 http:www.bappenas.go.id diakses tanggal 5 April 2010 19

2.1.10. Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Ikan Patin

Industri akuakultur saat ini menjadi salah satu andalan masyarakat dunia, karena selain bergizi tinggi, juga sebagai sumber ekonomi yang bernilai tinggi. Kebutuhan pasar akan produk akuakultur pun meningkat sejalan dengan turunnya produksi ikan hasil tangkapan dan meningkatnya jumlah populasi dunia yang mulai sadar pentingnya makan ikan untuk menjaga kesehatan. Direktur Pemasaran Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan P2HP Departemen Perikanan dan Kelautan DKP Saadullah Muhdi mengatakan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi yaitu banyaknya produk impor. Di samping itu, kontinuitas pasokan ikan juga menjadi kendala tersendiri 15 . Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketersediaan pasokan baik untuk domestik maupun ekspor yaitu 1 pengadaan benih unggul yang disertai ketersediaan pasar 2 menciptakan sinergitas yang erat antara swasta, masyarakat, dan pemerintah, termasuk melalui kelembagaan lokal yang berkewajiban memonitoring produksi kelompok pembudidaya, mengumpulkan hasil produksi, dan mengatur transportasi produk, dan 3 ketersediaan pakan yang murah. Ketersediaan pasar dan kelembagaan lokal terkait dengan pendapatan petani ikan. Harga ikan berfluktuasi tergantung permintaan. Adanya pasar dan kelembagaan lokal berperan dalam penciptaan harga yang stabil karena petani ikan harus mendapatkan pendapatan yang pasti, salah satunya dengan kestabilan harga 16 . Kaitannya dengan pakan, harga pakan pabrik menjadi kendala yang lain. Industri pakan ikan dan udang akan menurun akibat pemberlakuan pajak 15 http:www.foodreview.biz diakses tanggal 12 Oktober 2010 16 http:www.kpbptpn.co.id diakses tanggal 20 Oktober 2010 20 pertambahan nilai PPN atas bahan baku pakan maupun pakan itu sendiri. Bahan baku pakan berupa bungkil dan kedelai serta tepung ikan masih impor. Kebutuhan impor yang tinggi menyebabkan harga pakan tidak kompetitif. Karena itulah diperlukan langkah untuk menurunkan harga pakan ikan sehingga bisa menurunkan biaya produksi 17 . 2.2. Kajian Penelitian terdahulu Policy Analysis Matrix PAM merupakan metode yang diperkenalkan oleh Eric A. Monke dan Scott E. Pearson pada tahun 1989 yang merupakan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya dalam menganalisis keunggulan komparatif, kompetitif, dan dampak kebijakan pemerintah. Metode ini telah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian untuk menganalisis kebijakan pemerintah terhadap suatu komoditas. Penelitian-penelitian terdahulu yang menghitung keunggulan komparatif, kompetitif, dan dampak kebijakan pemerintah terhadap suatu komoditas antara lain telah dilakukan oleh Rina Oktaviani 1991, Eka Kaysmir 1994, dan Dewi Gustiani 2004. Rina Oktaviani melakukan penelitian mengenai efisiensi ekonomi dan dampak kebijakan insentif pertanian pada produksi komoditas pangan di Indonesia yaitu padi 1984 dan 1989, jagung 1984 dan 1989, dan ubi kayu 1984. Daerah penelitian meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan dengan pertimbangan bahwa keenam daerah tersebut merupakan penghasil pangan utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara finansial, pada tahun 1984 padi lebih efisien ditanam di Sulawesi Selatan, sedangkan pada tahun 1989 lebih efisien 17 http:www.indonesia.go.id diakses tanggal 12 Oktober 2010 21 ditanam di Lampung. Secara ekonomi, padi lebih efisien ditanam di Lampung 1984 dan Sulawesi Selatan 1989. Komoditas jagung secara finansial dan ekonomi memiliki efisiensi tertinggi di Lampung baik pada tahun 1984 maupun 1989. Demikian pula dengan ubi kayu, memiliki efisiensi finansial dan ekonomi tertinggi di Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Eka Kasymir meneliti mengenai keunggulan komparatif dan dampak kebijakan pada komoditas kopi dan lada pada tahun 1992 di wilayah Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas kopi dan lada biji kering asalan di tingkat petani, kopi biji grade IV, dan lada mutu ASTA di tingkat eksportir berdasar harga tahun 1991, secara finansial hanya komoditas kopi yang layak diusahakan. Secara ekonomi, kedua komoditas tidak memiliki keunggulan komparatif terutama bagi komoditas lada. Dewi Gustiani meneliti keunggulan kompetitif dan komparatif dari komoditas kain tenun sutera alam hasil produksi Kabupaten Garut. Penelitiannya menunjukkan bahwa komoditas kain tenun sutera alam tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Hal ini dilihat dari nilai PCR dan DCR yang lebih kecil dari satu yaitu masing-masing sebesar 0,95 dan 0,53. Analisis sensitivitas juga dilakukan dalam penelitian tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa pengusahaan kain tenun sutera alam memiliki stabilitas yang cukup tinggi terhadap perubahan harga output, upah tenaga kerja, harga BBM, nilai tukar rupiah, dan gabungan dari keempatnya . 22

III. KERANGKA PEMIKIRAN