Analisis Sensitivitas METODE PENELITIAN

62 Sumber : Gittinger, 1986 Gambar 6. Bagan D. Diagram Pengambilan Keputusan untuk Menentukan Nilai Ekonomi : Komoditas yang Tidak Diperdagangkan

4.6. Analisis Sensitivitas

Menurut Kadariah et al. 1978, analisis sensitivitas dilakukan dengan: 1 Mengubah besarnya variabel-variabel yang penting, masing-masing terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu presentase dan menentukan seberapa peka hasil perhitungan terhadap perubahan-perubahan tersebut. 2 Menentukan dengan berapa suatu variabel harus berubah sampai ke hasil perhitungan yang membuat proyek tidak diterima. Upah pasaran Input proyek Tidak diproduksi Tanah TK Biaya oportunitas: - Sewa - Harga beli - Perkiraan langsung Tidak diperdagangkan Tidak bekerja penuh tanpa proyek NPM TK yang bekerja penuh tanpa proyek Memenuhi permintaan industri yang beroperasi dengan kapasitas penuh Harga pasar dari input Memenuhi permintaan industri yang memiliki kelebihan kapasitas Diproduksi domestik Bekerja penuh tanpa proyek Biaya marjinal memproduksi input Output proyek Mengganti posisi barang lain di pasar Harga tanpa+harga dengan2 Sumber ‐sumber yang dihemat dari produksi lainnya Proyek kecil dalam hubungannya dengan pasar; harga tidak terpengaruh Proyek besar dalam hubungannya dengan harga; harga jatuh Memenuhi permintaan baru Harga pasar tanpa proyek 63 Analisis proyek membantu menentukan unsur-unsur kritikal yang berperan dalam menentukan hasil dan proyek. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur atau kombinasi unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut terhadap hasil analisis. Proyek cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya oleh karena itu analisis sensitivitas terhadap biaya paling sering dilakukan. Analisis sensitivitas yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu: 1. Kenaikan UMR sebesar 7 terhadap upah tenaga kerja 2. Kenaikan inflasi sebesar 4 terhadap harga input 3. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar 6 4. Penurunan permintaan terhadap harga output sebesar 20 5. Pengurangan subsidi BBM terhadap kenaikan harga premium sebesar 40 dan minyak tanah sebesar 200 6. Penghapusan PPN pakan ikan sebesar 10 7. Adanya kelembagaan pemerintah 8. Analisis gabungan 64

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah

Lokasi Usaha pembenihan ikan patin Deddy Fish Farm DFF pada awalnya bernama Deddy-Budi Fish Farm DBFF. DBFF didirikan tahun 1999 oleh kakak beradik Bapak Budi dan Bapak Deddy. Usaha ini dilakukan dengan menyewa rumah yang terletak di jalan Matoa Blok C No. 10A Komplek BTN Darmaga Permai, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Awalnya usaha DBFF masih bersifat sebagai pengumpul telur dari petani ikan di sekitar Bogor yang kemudian ditetaskan dan dipelihara hingga menjadi ukuran siap jual. Hal ini dikarenakan pada saat itu DBFF masih belum memiliki modal yang cukup untuk membeli sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan usaha pembenihan. Tahun 2000, DBFF mampu memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk untuk melaksanakan usaha pembenihan ikan patin, sehingga pada tahun yang sama DBFF mengalihkan usahanya dari pengumpul telur menjadi pembenih ikan. Alasan utama DBFF memilih ikan patin sebagai produk usahanya karena pada saat itu ikan patin konsumsi merupakan komoditas yang banyak dicari oleh masyarakat terutama dari Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, ikan patin merupakan ikan yang baru bisa dibudidayakan secara intensif sehingga peluang pasarnya memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Selain ikan Patin, DBFF juga melakukan usaha sampingan yaitu beternak ikan hias seperti Tiger Catfish, Sinodontis, Discus, Stenopoma, dan Agamycus. Bulan Agustus 2003, DBFF pindah lokasi ke Jalan Matoa Blok D No. 8A dan Blok A No. 10A Cihideung Hilir Komplek BTN Darmaga Permai, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hal ini disebabkan oleh naiknya