24
konsumen menjadi lebih tinggi. Kondisi ini lebih buruk dibandingkan saat sebelum adanya kebijakan subsidi negatif.
2 Kelompok Penerimaan
Klasifikasi kelompok penerimaan adalah kebijakan yang dikenakan pada produsen dan konsumen. Subsidi atau kebijakan perdagangan mengakibatkan
terjadinya transfer di antara produsen, konsumen, dan pemerintah. Anggaran pemerintah tidak dibayarkan seluruhnya untuk transfer, hal ini mengakibatkan
produsen mengalami keuntungan dan konsumen mengalami kerugian. Akan tetapi, dengan adanya transfer yang diikuti efisiensi ekonomi yang hilang akan
menyebabkan keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari kerugian yang diterima. 3
Tipe Komoditas Klasifikasi ini bertujuan untuk membedakan harga barang impor dan
ekspor. Jika tidak ada kebijakan ini, maka harga domestik sama dengan harga dunia, dimana untuk ekspor digunakan harga fob free on board dan untuk impor
digunakan harga cif cost freight and insurance. Adanya kebijakan komoditas menyebabkan harga domestik berbeda dengan harga fob dan cif.
3.1.1.1. Kebijakan Pemerintah terhadap Output
Kebijakan yang ditetapkan pada output dapat berupa kebijakan subsidi subsidi positif dan negatif dan kebijakan hambatan perdagangan. Kebijakan
subsidi produsen barang sustitusi impor S+PI akan menguntungkan bagi produsen lokal barang substitusi impor karena dengan adanya kebijakan subsidi
bagi produsen barang substitusi impor, penerimaan produsen lokal akan meningkat. Kebijakan subsidi konsumen barang substitusi impor S+CI akan
25
menguntungkan konsumen barang substitusi impor. Kebijakan subsidi positif baik pada barang ekspor maupun impor ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 hanya untuk dampak subsidi positif, sedangkan untuk subsidi negatif adalah kebalikannya. Gambar a menunjukkan subsidi positif untuk
produsen pada barang impor di mana harga yang diterima produsen lebih tinggi dari harga dunia. Hal ini mengakibatkan output produksi dalam negeri meningkat
dari Q
1
ke Q
2
sedangkan konsumsi tetap di Q
3
. Subsidi ini mengakibatkan jumlah impor turun dari Q
3 -
Q
1
menjadi Q
3
- Q
2
. Tingkat subsidi peroutput sebesar Pd - Pw pada output Q
2
, maka transfer total dari pemerintah ke produsen sebesar Q
2
Pd - Pw atau PdABPw. Pembiayaan ini akan menghilangkan efisiensi ekonomi karena pemerintah memilih untuk tidak mengalokasikan sumberdaya pada harga
dunia Pw. Subsidi mengakibatkan barang yang sebelumnya diimpor menjadi diproduksi sendiri dengan biaya yang dikorbankan Q
1
CAQ
2
, sedangkan opportunity cost
jika barang tersebut dimpor adalah sebesar Q
1
CBQ
2
sehingga efisiensi yang hilang sebesar CAB.
Gambar c menunjukkan subsidi positif pada konsumen untuk output yang diimpor. Kebijakan subsidi sebesar Pw - Pd mengakibatkan produksi turun
dari Q
1
ke Q
2
dan konsumsi naik dari Q
3
ke Q
4
sehingga impor meningkat dari Q
3
- Q
1
menjadi Q
4
- Q
2
. Transfer yang terjadi terdiri dari dua bagian yaitu transfer dari pemerintah ke konsumen sebesar ADEB dan transfer dari produsen kepada
konsumen sebesar PwABPd. Dengan demikian kehilangan efisiensi ekonomi terjadi baik pada produksi maupun konsumsi. Di sisi produksi turunnya output
dari Q
1
ke Q
2
mengakibatkan terjadinya kehilangan pendapatan sebesar Pw Q
1
- Q
2
atau Q
2
ACQ
1
. Dengan berkurangnya output, input dapat dihemat sebesar
26
Q
2
BCQ
1
sehingga efisiensi ekonomi yang hilang sebesar ACB. Dilihat pada sisi konsumsi, opportunity cost dari peningkatan konsumsi adalah Pw Q
4
- Q
3
atau Q
3
FDQ
4,
sedangkan kemampuan membayar konsumen sebesar Q
3
FEQ
4
sehingga efisiensi yang hilang sebesar FDE.
P P
Pd P
w
S
D E
F C
A B
D Q
Q
4
Q
3
Q
2
Q
1
Pd
Q
2
P
w
D C
S
A P
Pd B
Q
1
Q
3
A
Q D
D B
E F
C
Q
2
Q
1
Q
3
Q
4
Pw P
a S+ PI
b S+ PE
S
Q
c S+ CI
Pd
A
Q D
B C
Q
1
Q
2
Pw S
d S+ CE Keterangan:
Pw : Harga di pasar dunia
Pd : Harga
domestik S+ PI
: Subsidi kepada produsen untuk barang impor S+ PE : Subsidi kepada produsen untuk barang ekspor
S+ CI : Subsidi kepada konsumen untuk barang impor
S+ CE : Subsidi kepada konsumen untuk barang ekspor Sumber : Monke dan Pearson 1989
Gambar 1. Dampak Subsidi Positif terhadap Konsumen dan Produsen pada Barang Ekspor dan Impor
27
Selain kebijakan subsidi pada output, pemerintah juga memberlakukan kebijakan restriksi hambatan perdagangan pada barang-barang impor. Hal
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar a menunjukkan adanya hambatan tarif pada barang impor di mana terdapat tarif sebesar Pd - Pw sehingga
menaikkan harga di dalam negeri baik untuk produsen maupun konsumen. Output domestik meningkat dari Q
1
ke Q
2
dan konsumsi turun dari Q
4
ke Q
3
. Dengan demikian impor turun dari Q
4
- Q
1
menjadi Q
3
- Q
2
. Terdapat transfer penerimaan dari konsumen sebesar PdABPw yaitu kepada produsen sebesar PdDEPw dan
kepada pemerintah sebesar EDAB. Efisiensi ekonomi yang hilang dari konsumen adalah perbedaan antara opportunity cost konsumen dalam mengubah konsumsi
sebesar Q
4
BCQ
3
dengan kemampuan membayar yang sama Q
3
ACQ
4
sehingga didapatkan efisiensi ekonomi yang hilang pada konsumen sebesar ABC dan pada
produsen sebesar DEF.
K F
P
Pw Pd
B D
C E
A
Q
3
Q
1
Q
4
A
D Q
2
S
A
Q D
C D
B E
G F
H
J S
Q
1
Q
2
Q
3
Q
4
Pw Pd
P
a TPI
b TCE Keterangan:
TPI : Hambatan perdagangan pada produsen untuk barang impor
TCE : Hambatan perdagangan pada konsumen untuk barang impor
Sumber : Monke dan Pearson 1989
Gambar 2. Restriksi Perdagangan pada Barang Impor
28
Gambar b menunjukkan pada situasi perdagangan bebas harga yang diterima oleh produsen output dan konsumen dalam negeri sama dengan harga
dunia yaitu sebesar Pw. Dengan tingkat harga sebesar Pw, output yang dihasilkan produsen adalah sebesar Q
4
dan konsumsi sebesar Q
1
, sehingga terjadi ekses suplai di dalam negeri sebesar segitiga BHJ. Terjadinya ekses suplai tersebut
membuat output yang dihasilkan harus diekspor ke luar negeri yaitu sebesar Q
4
- Q
1
. Besarnya surplus konsumen adalah ABPw, sedangkan surplus produsen sebesar PwHK.
Adanya subsidi negatif pada produsen output NPCO negatif, mengakibatkan perubahan harga dalam negeri yaitu harga yang diterima produsen
dan konsumen harga finansial menjadi lebih rendah dari harga pasar dunia Pd Pw. Dengan tingkat harga sebesar ini, mengakibatkan konsumsi dalam
negeri meningkat dari Q
1
menjadi Q
2
, penurunan produksi dari Q
4
menjadi Q
3
, penurunan ekspor dari Q
4
– Q
1
menjadi Q
3
- Q
2
, terjadi perubahan surplus produsen yaitu sebesar PwHGPd, perubahan surplus konsumen sebesar PdEBPw,
dan besarnya transfer output atau transfer pajak kepada pemerintah sebesar DFGE. Efisiensi ekonomi yang hilang adalah sebesar BDE dan FGH yang
merupakan kesempatan yang hilang dari produsen untuk memperoleh keuntungan dan juga tidak ditransfer baik kepada konsumen maupun pemerintah.
3.1.1.2. Kebijakan Pemerintah terhadap Input