Struktur Organisasi Deskripsi Produk, Konsumen, dan Rantai Pemasaran

65 permintaan benih terhadap DBFF sehingga DBFF memilih untuk pindah ke kedua lokasi tersebut untuk meningkatkan volume produksinya. Awalnya kedua lokasi digunakan untuk seluruh kegiatan pembenihan mulai dari pemeliharaan induk hingga pemeliharaan larva sampai siap jual. Akan tetapi pada tahun 2007, rumah yang berlokasi di Blok A No. 10A hanya digunakan untuk pemeliharaan larva hingga siap jual, sedangkan rumah yang berlokasi di Blok D No. 8A digunakan sebagai tempat memelihara induk, pemijahan, pendederan benih yang tertunda penjualannya, dan sebagai basecamp usaha. Tahun 2006 akhir, Bapak Budi meninggalkan DBFF karena membuka usaha yang sama di daerah Kalimantan sehingga DBFF dipegang sepenuhnya oleh Bapak Deddy dan berganti nama menjadi Deddy Fish Farm. Tahun 2007 DFF menghentikan kontrak rumah yang terletak di Blok D No. 8A dan berpindah ke daerah Cibanteng Sawah, Cihideung Hilir. Di lokasi baru ini DFF melakukan kegiatan mulai dari pemeliharaan induk hingga pemeliharaan larva sampai siap jual, sedangkan rumah yang berlokasi di Blok A No. 10A tetap digunakan sebagai tempat pemeliharaan larva hingga siap jual. Di lokasi Cibanteng Sawah ini DFF memiliki kolam yang khusus digunakan untuk pemeliharaan induk dan pendederan. Di lokasi ini juga DFF mulai mengintensifkan pembenihan ikan bawal yang sebelumnya juga sudah digeluti.

5.2. Struktur Organisasi

Deddy Fish Farm merupakan badan usaha milik swasta yang dipimpin oleh seorang manajer. Sebelumnya DBFF berbentuk firma, namun setelah berganti menjadi DFF berubah menjadi perusahaan perseorangan. Struktur organisasi DFF dapat dilihat pada Gambar 7. 66 Keterangan : : Tenaga Kerja Tetap : Tenaga Kerja Tidak Tetap Sumber: Perusahaan DFF 2009 Gambar 7. Struktur Organisasi Deddy Fish Farm Struktur organisasi DFF terdiri dari manajer, tenaga kerja utama I, II, III, dan tenaga kerja tambahan untuk penyuntikan dan hitung benih. Manajer dipegang oeh Bapak Deddy sendiri sebagai pemilik. Tenaga kerja I, II, dan III merupakan tenaga kerja tetap DFF. Tenaga kerja I dan II memegang bagian pembenihan ikan patin dari tahap awal sampai akhir, sedangkan tenaga kerja III memegang pembenihan ikan bawal. Saat penyuntikan induk maupun hitung benih yang akan dijual, DFF mengambil tenaga kerja dari luar. Bagian penyuntikan dipegang oleh satu orang, sedangkan bagian hitung benih dipegang oleh dua sampai tiga orang. Adapun tugas dari masing-masing bagian yaitu sebagai berikut: 1 Manajer Manajer bertugas mengawasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir, mengoordinasikan masing-masing bawahan, memberikan petunjuk, serta apabila terjadi penyimpangan dan kendala segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Manajer Tenaga Kerja I Tenaga Kerja II Tenaga Kerja III Tenaga Kerja Hitung Benih Tenaga Kerja Penyuntikan 67 2 Tenaga Kerja I, II, dan III Tenaga kerja memegang peranan dalam keseluruhan kegiatan berupa pemeliharaan induk dan pemeliharaan larva pemberian pakan, penyiponan, penggantian air, pemberian antibiotik, packing, dan lain-lain. 3 Tenaga Kerja Penyuntikan Bertanggung jawab terhadap semua rangkaian kegiatan penyuntikan, mulai dari pemeriksaan tingkat kematangan gonad induk patin, penyuntikan, hingga proses stripping. 4 Bagian Hitung Benih Bertugas untuk menghitung benih sebelum packing sesuai jumlah permintaan konsumen.

5.3. Deskripsi Produk, Konsumen, dan Rantai Pemasaran

Ukuran benih yang dihasilkan DFF bervariasi, yaitu ukuran larva, ½, ¾, 1, 1½, hingga 2 inchi. Akan tetapi, DFF lebih terfokus pada benih dengan ukuran larva, ¾ inchi, dan 1 inchi. Benih dengan ukuran 1½ dan 2 inchi biasanya merupakan benih yang tertunda penjualannya saat periode sebelumnya. Benih tersebut dipindahkan ke kolam pendederan dan dipelihara sampai ukuran 1½-2 inchi untuk dijual kembali pada periode penjualan berikutnya. Konsumen DFF terdiri dari pembesar, pengumpul, dan supplier ikan yang berasal dari berbagai daerah mulai dari Palembang, Tulung Agung Solo, Jatiluhur, Kalimantan, dan petani-petani pembesaran ikan di sekitar Bogor. Banyaknya konsumen disebabkan karena benih ikan patin di Bogor relatif lebih berkualitas dibandingkan benih ikan patin yang dihasilkan di daerah lain. Rantai pemasaran produk DFF ditunjukkan pada Gambar 8: 68 Sumber: Perusahaan DFF 2009 Gambar 8. Rantai Pemasaran Benih Ikan Produksi Deddy Fish Farm 5.4. Fasilitas Pembenihan Deddy Fish Farm merupakan usaha pembenihan yang masih berskala menengah sehingga peralatan yang digunakan masih sederhana. Fasilitas tersebut terdiri dari: 1 Wadah a Kolam Kolam yang dimiliki DFF berdiri dari dua kolam kecil dan tiga buah kolam besar dan yang semuanya berbentuk persegi panjang dengan ukuran masing-masing 2mx1x0,9m dan 4mx3mx1,8m. Kolam yang kecil digunakan untuk induk jantan. Kolam besar dibagi menjadi dua bagian tidak sama besar yang dibatasi dengan pagar bambu. Bagian yang besar untuk pemeliharaan induk betina, sedangkan bagian yang kecil digunakan untuk menampung induk betina yang siap ovulasi. b Tandon Tandon berfungsi sebagai wadah penampungan dan treatment air sebelum digunakan dalam kegiatan pembenihan. DFF memiliki dua buah Pedagang Pengumpul Broker Konsumen Pedagang Besar DFF Petani Pembesaran Ikan Pedagang Pengecer 69 tandon air yaitu satu tandon untuk masing-masing unit farm. Tandon air seperti kolam tetapi dibatasi dengan semen dan diberi aerasi. Aerasi berfungsi untuk menaikkan pH air sampai netral sehingga ikanlarva tidak mati karena kondisi air yang terlalu asam. c Fiber Fiber merupakan wadah penampungan yang berfungsi seperti kolam. Fiber yang digunakan berbentuk tabung dengan ukuran diameter 1 m dan tinggi 70 cm. Fiber digunakan untuk penampungan sementara induk yang akan diovulasikan serta penampungan benih yang akan dihitung untuk dijual. d Akuarium Pada tahun 2006, DFF masih menggunakan akuarium dengan ukuran 90x50x35cm berjumlah 120 unit. Tahun 2007 semua akuarium diganti dengan ukuran yang lebih besar yaitu 120x50x40cm berjumlah 68 unit agar lebih efisien. Akuarium-akuarium tersebut ditata rapi di atas rak kayu. Fungsi akuarium yaitu sebagai tempat pemeliharaan larva dari menetas hingga siap jual. e Wadah kultur pakan alami Pakan alami yang digunakan DFF yaitu Artemia sp dan cacing sutra. Pakan yang berupa artemia, tidak langsung diberikan kepada larva melainkan dikulturkan lebih dahulu agar menetas. Wadah yang digunakan untuk mengulturkan artemia adalah ember yang totalnya 16 buah. f Fasilitas lain Selain fasilitas di atas, DFF juga memiliki fasilitas lain yang digunakan dalam pembenihan. Fasilitas lain yang dimiliki DFF misalnya jaring untuk 70 menangkap induk, corong, serokan, baskom, kompor, selang, pompa air, hi blow , blower, dan generator set. 2 Pengairan Air yang digunakan oleh DFF dalam proses pembenihan berasal dari dua sumber yaitu sungai kecil di sekitar farm dan sumur bor. Air sungai digunakan dalam pemeliharaan induk sedangkan air sumur digunakan untuk pemeliharaan larva di akuarium. Distribusi air sumur tersebut menggunakan pompa listrik standar pompa hisap.

5.5. Manajemen Budidaya Ikan Patin