91
lebih tinggi pada tahun 2008 dan 7,6 lebih rendah pada 2009 dibandingkan keuntungan yang diterima petani tanpa adanya campur tangan pemerintah. Tahun
2008 kebijakan pemerintah berjalan dengan efektif karena dapat memberikan keuntungan yang benar-benar diterima petani lebih tinggi dibandingkan
keuntungan sosial sedangkan pada 2009 terjadi hal sebaliknya.
6.3.3.4. Transfer Bersih NT
Berdasarkan Tabel 14, nilai NT berturut-turut yaitu Rp 2.502.591tahun dan negatif Rp 4.368.442tahun. Nilai positif diperoleh karena keuntungan privat
lebih besar dibandingkan keuntungan sosial yang menunjukkan bahwa petani diuntungkan. Hal itu terjadi karena dengan adanya kebijakan pemerintah, surplus
produsenpetani menjadi bertambah. Sebaliknya nilai negatif diperoleh karena keuntungan privat lebih kecil dibandingkan keuntungan sosial. Petani mengalami
kerugian karena dengan adanya kebijakan pemerintah, surplus petani menjadi berkurang.
6.3.3.5. Rasio Subsidi Produsen SRP
Nilai SRP yang diperoleh yaitu 0,015 dan -0,028. Nilai 0,015 menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku menyebabkan petani
mengeluarkan biaya produksi 1,5 lebih kecil daripada biaya imbangan untuk berproduksi. Jadi kebijakan pemerintah secara keseluruhan menguntungkan
produsen pembenihan ikan patin. Sedangkan nilai -0,028 ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan petani pembenihan
ikan patin mengeluarkan biaya produksi 2,8 lebih besar daripada biaya imbangan untuk berproduksi. Jadi kebijakan pemerintah merugikan petani
pembenihan ikan patin.
92
VII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN
7.1. Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output
Perubahan-perubahan dalam faktor eksternal maupun kebijakan pemerintah dapat menyebabkan perubahan struktur biaya maupun keuntungan
yang diterima petani. Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk melihat dampak dari perubahan-perubahan tersebut. PAM mempunyai keterbatasan yaitu
merupakan analisis yang bersifat statis sehingga memerlukan simulasi kebijakan untuk mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi di dalam sistem perekonomian
yang dinamis. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian meliputi kenaikan upah tenaga kerja, kenaikan harga input, melemahnya nilai tukar,
penurunan harga output, pengurangan subsidi BBM, penghapusan PPN pakan, adanya kelembagaan, serta analisis gabungan. Sensitivitas ini didasarkan pada
analisis PAM tahun 2009 dengan pertimbangan tahun terakhir sebagai acuan.
7.2. Analisis Sensitivitas pada Keunggulan Komparatif dan Kompetitif
Analisis sensitivitas memperlihatkan bila terjadi perubahan, suatu usahatani akan mengalami penurunan atau kenaikan keunggulan komparatif
maupun kompetitif. Dalam beberapa perubahan yang terjadi, bisa menyebabkan usahatani tidak lagi memiliki keunggulan komparatif maupun kompetitif.
Diharapkan, hasil analisis sensitivitas memperlihatkan bahwa suatu usahatani memiliki kestabilan yang tinggi dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
7.2.1. Analisis Sensitivitas bila Terjadi Kenaikan Upah Tenaga Kerja
Analisis sensitivitas dilakukan bila terjadi perubahan pada upah tenaga kerja dengan asumsi faktor yang lain tetap. Skenario peningkatan UMR yang
terjadi yaitu UMR naik 7. Hal ini sesuai dengan kenaikan UMR Jawa Barat dari